Happy reading 💚💚💚💚💚
"Diam bukan berarti gue gak tahu. Gue cuman gak mau ganggu privasi orang lain,"— Jeka
******
"Eum ... Jeff, bukannya tadi pagi, lo berangkat ke sekolah bawa motor ya?" tanya Chaca yang mencoba mencairkan suasana yang terasa begitu canggung.
"Iya, gue tadi pagi bawa motor. Tapi, dipinjem sama Jeno motor gue," jawab Jeffery dengan jujur.
"Oh, di pinjem sama Jeno. Soalnya dua kembaran dia pindah ke sini," jawab Jeffery. Chaca mengaga lebar mendengar apa yang barusan telah dikatakan oleh Jeffery.
"Gue tahu lo pasti bakalan kaget. By the way gue lebih ganteng dari mereka bertiga kok," jawab Jeffery.
"Pede banget anjir haha. Gantengan juga abang sama papa gue," jawab Chaca dengan santainya.
"Terserah lo deh," kata Jeffery yang kehabisan kata-kata untuk membalas perkataan Chaca.
Hujan malah turun semakin deras mengguyur ibu kota. Chaca menggosok kedua telapak tangannya dengan diberikan tiupan hangat dari mulutnya.
Tiba-tiba sebuah mobil melaju dengan kencang, Jeffery dengan cepat menghalangi Chaca. Agar gadis itu tidak terkena cipratan air. Tentu saja, Chaca terkejut sekali dan gugup dalam satu waktu. Sebab jaraknya dan Jeffery sangatlah tipis. Wajah Chaca pun mendadak memerah.
"Lo sakit?" tanya Jeffery.
"A—Apa? Enggak kok gue sehat sentosan begini," jawab Chaca sembari menghindari tatapan Jeffery dengan memalingkan wajahnya.
"Abisnya pipi lo merah," tukas Jeffery yang kembali ke posisi awal, yaitu berdiam diri di samping Chaca.
"Hei!" Suara yang familiar membuat keduanya menoleh dengan serempak.
"Eh Jeka," tukas Chaca dan Jeffery secara bersamaan.
"Kompak bener kayak paduan suara," ujar Jeka. Dia memakai sebuah payung dan menenteng satu buah payung lain ditangan kirinya.
"Bukan paduan suara tapi paduan hati," jawab Jeffery yang mencoba untuk bercanda. Tapi, dia tidak tahu bahwa Jeka sedikit tidak suka mendengar hal itu apalagi Chaca juga gadis yang sedang dia sukai saat ini.
"Iya terserah lo deh. Nih, gue bawa satu payung buat Chaca. Lo biar sama gue aja," tutur Jeka sembari menyodorkan sebuah payung berwarna abu-abu muda pada Chaca.
"Men—" Jeffery hendak berbicara lagi, tapi langsung dipotong oleh Chaca.
"Iya gue sendiri aja. Kalian payugan aja berduaan. Nanti gue balikin ya payungnya. See you tomorrow guys hehe," ucap Chaca yang sengaja ingin segera pergi dari sana. Entahlah, dia merasakan atmosfer yang tidak bersahabat sejak Jeka datang membawa payung.
"Sejak kapan lo suka sama Chaca?" tanya Jeffery dengan langsung ke poin yang akan dia tanyakan. Jeka tersenyum miring dengan samar-samar kala pertanyaan tanpa basa-basi itu terlontar dari bibir Jeffery, yang notabenenya adalah sahabatnya juga.
"Gue juga gak tahu. Bukannya lo juga suka sama dia? Gue mah gak masalah dia jadian sama lo. Asal satu, Lo jangan permainkan dia kayak mantan-mantan lo sebelumnya,"kata Jeka dengan berat hati, tapi dia begitu untuk menghibur dirinya sendiri.
"Kita lihat aja dia gue bakal perlakuan kayak mantan-mantan gue apa enggak," jawab Jeffery dengan sedikit nada yang menantang.
Jeka mengangkat sebelah alisnya karena kalimat jawaban dari Jeffery.
'Ok kalau gitu, gue gak bakalan nyerah disini aja,'— gumamnya dalam batinnya.
"Oke kita lihat aja. Karena perasaan seseorang bukan candaan semata."
KAMU SEDANG MEMBACA
97 hg: We Walk Together || 97 Line Kpop [ON GOING]
Ficção Geral"Thank you you guys for carving beautiful memories. All of you to me are my second home ...