Jaemin memasuki rumahnya. Sepi dan kosong, itu yang Jaemin rasakan setiap ia memasuki rumahnya.
Jaemin berjalan memasuki kamarnya, namun langkahnya terhenti kala seseorang memanggil namanya.
"Jaem."
Jaemin menoleh pada arah sumber suara. "Apa? "
"Besok ikut gua jemput mama sama papa. "
"Gua sibuk, lo sendiri aja. "
"Ga bisa, lo harus ikut!"
"Lo ga usah ngatur gua! " Ketus Jaemin sebelum akhirnya kembali berjalan menuju kamarnya.
***
Esok harinya, Jaemin telah berada didalam mobil dengan rasa kesal dan malas karena ia dipaksa kakaknya untuk ikut menjemput ayah dan ibunya.
Mereka telah tiba dibandara, sembari menunggu kedua orang tuanya tiba, Jaemin hanya memainkan ponselnya.
Tak lama, kedua orang tuanya tiba dan berjalan menuju mobilnya.
"Turun." Titah kakak Jaemin padanya.
"Ogah."
"Gua bilang turun ya turun! "
"Apaan si anjing! "
"Gua ga mau ya lo kaya gini ke mama sama papa. "
"Bukan urusan lo! "
"Turun! "
Akhirnya Jaemin mengalah, ia menghela napasnya kasar dan keluar dari mobilnya.
Jaemin mencoba tersenyum ketika kedua orang tuanya tersenyum kearahnya, namun ternyata ia salah, senyum itu bukanlah untuknya melainkan seseorang yang berada disebelahnya, kakaknya. Iya, senyum orang tuanya hanya tertuju pada kakaknya, bukan untuknya. Jaemin hanya bisa tersenyum miris.
"Mama, papa. " Sapa kakak Jaemin.
Orang tuanya pun memeluk kakak Jaemin tanpa menghiraukan Jaemin yang berada disitu.
"Kamu gimana sekolahnya? Lancar? " Tanya mama Jaemin.
"Lancar ma, aku kangen banget sama mama. " Sahut kakak Jaemin.
Mama Jaemin mengelus pucuk rambut anak sulungnya. "Mama juga kangen sama kamu. "
"Oh iya ini papa ada sesuatu buat kamu. " Ucap papanya sembari memberi bingkisan kepada kakak Jaemin.
"Udah yuk masuk, mama pingin cepet pulang, mau tidur. "
Kakak Jaemin mengangguk dan merangkul mamanya untuk masuk kedalam mobilnya dan diikuti oleh sang ayah.
Jaemin yang melihatnya hanya mengepalkan tangannya dan menahan mati-matian air matanya agar tak terjatuh.
***
Mereka telah tiba dirumahnya, setelah membantu merapikan barang milik orang tuanya, kini Jaemin melihat kedua orangnya dan kakaknya berada diruang keluarga dan tengah asik mengobrol.
"Ma, pa. " Lirih Jaemin.
Mereka hanya memandang Jaemin sekilas tanpa enggan untuk menjawab panggilan dari Jaemin.
"Sebenernya peran aku disini apa sih? Aku masih anak kalian kan? Kalian masih nganggep aku ada kan? " Tanya Jaemin.
"Maksud lo apa sih? " Tanya kakak Jaemin.
"Gua ga ngomong sama lo! " Ketus Jaemin.
"Jaga mulut kamu Jaemin! " Sentak ayahnya.
"Kenapa selalu dia yang dibela? " Tanya Jaemin lagi.