"woi cepetan siap-siap ada Pak Hadi", teriak temanku yang bernama Rio, dia adalah ketua kelas sekaligus penjaga pintu yang betugas memberitahu para penghuni kelas untuk segera masuk ke meja kami masing-masing. Ketua kelas yang dapat diandalkan.
Pak Hadi adalah kepala sekolah kelas sekolah kami, beliau datang sembari membawa 2 bocah pindahan yang tadi aku dan Sela temui.
Apa jangan-jangan mereka akan belajar di kelasku? X MIPA 1?
Aku berbalik ke dua arah samping mejaku, ada Sela di sana (kami tidak duduk sebangku dikarenakan bosen).
Aku dan Sela sama kagetnya, tapi ya mau bagaimana lagi? Kelas kami memang unggulan, mereka murid beasiswa mau di taro dimana coba?
Tiba-tiba mataku bertemu dengan manik matanya si kacamata coklat, Rendra? Ah iya itu namanya, aku melupakan nya. Dia tersenyum manis padaku, dan akupun menghadiahkan senyuman manis ku padanya.
Anak cewek di kelasku yang lain, yang mengatakan kalau mereka tampan langsung melirik ke arahku tajam, seperti berkata 'kok si kutu itu bisa kenal cowok ganteng itu?'.
Haha aku jadi bangga pada diriku sendiri, karena aku kenal dengan anak baru ini, bibit-bibit bakalan jadi cowok populer di sekolahku😎.
Setelah Pak Hadi memberikan arahan pada kedua anak kacamata itu, Ronald dan Rendra duduk di kursi yang kosong, dan kebetulan di belakangku ada kursi kosong jadi mereka duduk disana.
Rendra duduk tepat di belakangku, lalu ia menoel pinggangku, "sstt"
Aku menoleh sambil tersenyum saja, aku bingung mau bicara apa.Sedangkan Sela? Dia sudah banyak celoteh pastinya. Sela anak yang sangat periang, tentu saja tanpa ada dirinya di kelas. Kelas bakalan sepi.
Selama beberapa menit berlalu akhirnya Bu Ranti guru mata pelajaran kimia sekaligus walikelasku datang. Beliau adalah orang yang sangat perfeksionis, akhirnya bukannya belajar tapi malah memindahkan tempat duduk kami beserta teman duduknya~
Aku sungguh kaget dan canggung sekali, Aku dipasangkan dengan Rendra si kacamata Coklat, sedangkan Sela? Kalian pasti sudah bisa menebaknya!
Yap! Ronald!
Dunia ini sangat sempit, sepanjang pelajaran tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut kami masing-masing, berbeda sekali dengan Sela dan Ronald, mereka terlihat akrab.
Bel istirahat berbunyi~
"Kutu sini deh!", Panggil Siska. Dia adalah ketua kumpulan cewek-cewek di sekolahku (bisa dibilang geng). CK aku tau pasti apa kelanjutan ceritanya.
"Kok Lo bisa kenal duluan sama dua anak baru itu si? Terus pake acara duduk barengan lagi, lo tuh ga cocok sama dia", ucap Siska dengan sombongnya seraya menoel lenganku dengan telunjuknya dan kuku panjangnya yang ia cat warna hitam seperti nenek sihir mengenai sedikit leherku, terasa perih.
CK aku malas sekali mendengarnya, tapi aku penasaran dengan omongannya selanjutnya, dia mau memaki aku dengan bahasa apalagi.
"Iya Lo tuh cocoknya sama Ucup noh dia lagi tidur di pojok kelas ya gak gengs hahahaha", sahut kaki tangannya Siska Lea dan 2 curutnya menertawaiku.
"Kok Lo diem aja? Gapunya mulut Lo? Apa gapunya kuping?", Siska semakin membullyku. Air liurnya sedikit terciprat di wajahku, Ew!.
Teman sekelas ku yang lain sudah sangat terbiasa sama tingkah Siska ini, mereka mungkin hanya memerhatikan dan kalau memang berani mereka akan menengahi perbuatan Siska yang selalu membuat resah para anak terkucilkan seperti aku.
Biasanya yang paling berani sih hanya Sela, makanya Siska kalau ada Sela suka menjauh dan membuat onar di tempat lain.
CK aku udah gak heran sama yang Kya beginian, kemarin si Dian yang jadi Bullyan mereka sekarang aku besok siapalagi?, Untungnya Sela sedang ke toilet dari 30 menit yang lalu jadi si bedebah Siska ini aman, kalo ada Sela? Hmm sepertinya kelas bakalan hancur.
"Gue punya kaca nih di saku, silahkan ambil dan liat siapa yang di pantulan itu. Silahkan ambil gue masih banyak kaca dirumah", ucapku santuy, sambil melenggang pergi meninggalkan bocah gabut itu ngedumel.
Pas udah keluar kelas, aku ngeliat Sela tergopoh-gopoh, "ngapa lu kusut amat?", Tanyaku kaget.
"L-lo... hahh, ha-habiss dii apain sama jalangkung itu?, Tanyanya dengan nafas yang gak karuan.
"Hah kok Lo tau si?", Jawabku bingung, karena memang Sela sedang di toilet tadi.
"Kata si Rendra, dia cerita ke gue tadi, pas Rendra mau omelin si nenek moyang itu gue cegah lah, makanya gue langsung lari ke Lo biar gue aja yang ngomelin nenek itu", Sela berkata sambil menarik tanganku menuju kantin.
"O-oohh si Rendra yang ngasih tau", kataku sambil tersenyum.
Eh kok senyum si? T-tapi kok aku suka ada yang merhatiin aku selain Sela? Haha dasar aku.
Sela mengajakku duduk di kursi yang ada si kedua kacamata itu, pasti mereka udah janjian deh.
"Hai Silsa, Lo gapapa kan? Tadi gue mau belain Lo tapi di larang sama Sela", ucap Ronald. Ronald ini orangnya friendly banget, nyaman banget ngobrol sama dia kaya teman lama aja gitu, nah kalau Rendra ini sama juga sih friendly tapi agak pemalu, sama Kya aku sih hehe. Eh tapi aku kurang friendly.
"Haha gapapa kok, gue udah biasa udah kebal juga gue haha", jawabku terus duduk di bangku yang depannya itu Rendra.
Tampan! Hal itu terbesit di pikiranku, eh ahh Silsa ngapa jadi mikir kesituu...
Tanpa sadar aku menatap Rendra dari tadi
'ekhem...' dehemannya membuyarkan lamunanku, huaa mama aku maluuuu.
Tapi Rendra tertawa kecil melihatku salah tingkah, "ada sesuatu di wajah gue sampe Lo ga kedip mandangnya hah, ppfftt".Kan aku di ketawain, ah malu-maluin aja.
"Ah ma-maaf, gue Kya pernah liat Lo aja tapi gue lupa dimana", padahal aku bohong, tapi aku udah terlanjur malu.
"Haha iya gapapa kok santai aja", jawabnya ramah.
Tak lama mie ayam kami pun sampai
"Makasi Bu Odah", ucap Sela dan langsung meminum es teh manis buatan ibu Kantin tercinta ini."Iya sama-sama neng, neng eta bobogohan Eneng nyah? Eh eleh kasep pisan atuh neng pinter euy nyarinyaa", ucap Bu Odah dengan Bahasa Sundanya yang melekat di cara bicaranya.
"Atu hente lah Bu! Eta mah cuma temen Sela ya kan Sil, Baturan urang nte bobogohan Bu haha", jawab Sela seadanya. Emang Sela ataupun aku gabisa bahasa Sunda.
Dua kacamata itu senyum-senyum, ohiya aku lupa mereka dari Bogor, pasti paham!
Wah malu kedua kalinya ini.Aku pun kembali memakan makananku, Bu Odah kembali melayani murid lain yang sedang kelaparan.
Saat sedang makan tiba-tiba ada tissue melayang tepat menempel di bibirku, aku kaget tissue itu bisa terbang.
Pas aku melihat ke arah tangan yang memegang tissue itu ternyata si Rendra. Seketika pipiku memanas mendapat perlakuan seperti itu.
Apa-apaan ini?! Heh ini mimpi kan, kok aku deg-degan?
"Haha lo lucu deh makannya jangan belepotan dong jelek tau diliatnya", ucapnya sambil tertawa.
Oh tolonglah aku ga paham situasi ini, ini gabaik buat jantungku!, Aku langsung bergegas menghabiskan makananku tanpa membalas ucapan Rendra, aku langsung ke kamar mandi dan cuci muka disana.
Benar! Pipiku panas banget! Ada apa ini? Padahal biasanya aku makan ga sampe sepanas ini. Terus juga kenapa aku deg-degan parah??
Aku harus tanya Sela nih pasti Bu Odah pake ayam tiren, eh astaghfirullah Silsa gaboleh Suudzon!
Setelah selesai aku kembali ke tampat tadi dan membayar makananku.
**Oke sampe sini dulu ceritanya.
Semoga kalian suka dengan cerita receh tapi ga terlalu receh ini (garing malah huehue), yang penting kalian happy, dan aku mengucapkan terima kasih bagi kalian yang udah mau nyempetin baca cerita aku semoga hari kalian menyenangkanSee you♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Silsa
Teen FictionSilsa si anak kutu buku, ia di besarkan di panti asuhan sedari ia masih bayi. ia memiliki sahabat yang bernama Sela, Sela pun sama ia adalah anak yang di besarkan di panti asuhan. sejak umur 10 tahun, ada orang tua asuh yang mau mengangkat Silsa. Hi...