"Serius amat si lo!" Ucap suara yang baru saja masuk ke kamar dan mengejutkan ku.
"Astaga, ketok pintu dulu kek! kebiasaan asal masuk aja", omelku padanya. Aku sedang asyik mengetik sebuah cerita di laptopku.
Dia tersenyum menyebalkan tanpa rasa bersalah lalu mengambil cemilan yang berada di samping meja belajarku lalu langsung merebahkan tubuhnya di kasurku.
"Udah selesai belum bikin ceritanya?", tanyanya dengan mulut penuh sambil mengunyah keripik pisang yang baru saja ia ambil.
"Belum Sel masih lama, ide gue masih banyak", ucapku tanpa menghentikan tarian di jariku.
Ohiya, dia itu Sela. Sahabatku dari bayi, kami di temukan di depan rumah sebuah panti asuhan Bunda Diana.
Panti Asuhan? Yap, kami adalah anak-anak yang terbuang dan dibuang, kami pun tidak tau siapa orangtua kandung kami.
Miris bukan? Tapi begitulah yang terjadi. Untungnya kami mendapatkan orangtua angkat yang sangat baik dan selalu mencukupi kebutuhan kami.
Aku dan Sela bukan saudara kembar, karena waktu di temukannya berbeda namun dengan lokasi yang sama.
Sela lebih dulu di temukan pada waktu ia berumur 10 hari kurang lebih, dan dalam selang waktu seminggu akupun di temukan di tempat yang sama dengan umurku yang baru 7 hari saat itu.
Aku mengetahui itu dari cerita Bunda Diana pengasuh kami di panti.
"Oke semangat Silsa bikin novelnya, kalo udah selesai gue harus jadi orang pertama yang baca cerita lo!", akupun langsung meng-iya kannya dengan cepat dan tersenyum.
***
"Gue mau balik kerumah ah!", ucapnya sambil melanggang pergi meninggalkan kamarku.
"Hei lo ke kamar gue cuma buat ngabisin keripik pisang gue.. ganti gamau tau!", teriakku kepadanya yang sudah keluar dari kamarku dan di hadiahi wajahnya yang super super jelek sambil berlari kecil ke luar rumahku.
Aku hanya menggeleng kepala, sudah biasa Sela kalau ke kamar pasti aku harus marah di akhir.
Sudah jam 4 sore. Berapa lama aku menatap laptop? Oh tidak aku belum sempat makan siang, tadi di sekolah tidak sempat makan karena aku ketiduran di jam istirahat.
Dira teman sebangku ku sudah membangunkan ku tapi aku tidak kunjung bangun, ia pasrah dan membiarkan ku tertidur di kelas saat jam istirahat.
Semalam aku memang begadang, maraton baca novel karena aku penasaran dengan endingnya, untung saja happy ending jadi aku bisa bernafas lega yang mengakibatkan aku tidur di kelas, untungnya tidak ada guru yang tau.
Mamah menyuruhku mandi tapi aku tidak menurutinya karena badanku bergetar meminta makanan. Aku gamau penyakit magh ku kambuh lagi.
Mamah sedang libur bekerja hari ini, jadi dirumah aku tidak berdua saja dengan Bi Ijah.
Bu Ijah itu pembantu rumah ini, beliau baru saja bekerja sekitar 5 bulan lalu. Sebelumnya Bi Ina yang bekerja tapi beliau sekarang sudah menetap di kampung halamannya karena harus merawat kebun semangka nya di kampung.
Setalah makan aku langsung mandi di temani teriakkan Sela yang mengeluh sakit perut karena mandiku lama, padahal menurutku ini adalah mandi paling cepat dari biasa yang aku lakukan.
Sela suka menginap di kamarku, menurutnya kamarku ini unik dia bisa menatap masa depan dengan tidur disini, aneh.
Setelah mandi diiringi omelan Sela, aku langsung ke kamarku menggunakan piyama berwana buru tosca favoritku, mengerjakan PR, dan santai sampai akhirnya tertidur pulas sampai pagi.
Sela? Udh tidur duluan tadi sehabis azdan Maghrib, karena ia sedang halangan jadi tidak menunaikan ibadah sholat
Ibu angkatku dan Sela sangatlah dekat seperti anaknya sendiri, jadi tidak heran kalau Sela bisa keluar masuk sesuka hatinya dirumah ini.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Silsa
Teen FictionSilsa si anak kutu buku, ia di besarkan di panti asuhan sedari ia masih bayi. ia memiliki sahabat yang bernama Sela, Sela pun sama ia adalah anak yang di besarkan di panti asuhan. sejak umur 10 tahun, ada orang tua asuh yang mau mengangkat Silsa. Hi...