|Oblivion
|Re; Oblivien
Bagi Datra, masa-masa SMA adalah masa terbaik dalam hidupnya, dan menjadi masa terakhir ia merasakan kehangatan keluarga menyelimuti perjalanan hidup.
Diwaktu itu, Datra hanya bergelut dengan aktivitas layaknya remaja biasa, penuh rasa ingin tahu dan pelik tentang tujuan hidup, dimasa itu pula, Datra masih bisa merasakan senyum merekah dibibir sang ayah yang setiap saat menyambutnya.
Kemudian menjadi dewasa, harus siap disambut kejamnya dunia.
Berbicara tentang Datra dimasa SMA, hanya ada dua hal yang selalu membayanginya, pelajaran matematika sebagai musuh abadi dan ekstrakulikuler musik yang menjadi alasannya bersemangat sekolah, dibentuk bersama beberapa teman sekelasnya yang pada akhirnya bubar setelah kelulusan.
Datra masih ingat saat itu ketika dirinya baru kelas 1 SMA. Hujan turun pukul 5 sore, saat ia baru selesai latihan band, jemputan dari sang ibu batal, Datra memutuskan untuk naik bus yang hanya akan sampai di pertigaan kompleksnya, dan masih butuh 15 menit lagi berjalan untuk sampai ke rumah.
Itu pilihan terakhir Datra, daripada menunggu kakaknya yang masih sibuk menjadi mahasiswa baru, atau ayahnya yang masih bekerja, hingga akan datang menjemput pukul 7 malam.
Datra melangkah cepat, menggunakan ranselnya sebagai payung menutupi kepala agar tak terkena rintikan hujan, berjalan menuju halte yang tak jauh dari sekolah.
Sesampainya, Datra mengibas rambut dan seragamnya yang lembab, setelah lengah, pandangannya teralih pada sosok yang duduk sibuk mengayun-ayunkan kedua kakinya yang memakai sepasang sepatu converse berwarna putih, orang itu menyibukkan jemarinya mengeser-geser layar ponsel, tak lupa ia memakai earphone kabel berwarna senada dengan sepatunya, entah lagu siapa yang sedang didengarkan.
Hari ini hari kamis, seragam yang dipakai insan itu sama yang dikenakan Datra, batik berwarna navy yang berpadu dengan warna jingga bercorak Magemendung batik khas Cirebon.
“Kak Pesona?”
Datra memberanikan memanggil orang itu yang tidak sadar bahwa Datra sudah berdiri tepat dihadapannya, gadis itu mendongakkan kepalanya, lalu melepas salah satu earphone yang menyubal telinga.
“Datra, kok lo belum pulang?”
Pesona menatap netra sosok lelaki yang tengah berdiri memandanginya, dengan tatanan rambut semi-lembab terasa basah dan berantakan, detik selanjutnya Pesona tersenyum cerah namun Datra hanya pias sebelum menjawab pertanyaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENYAWA ✔
Fanfiction[SELESAI] SENYAWA - melalui siaran radio, 4 pemuda dengan karakter yang berbeda ingin menyampaikan kepada pendengar, bahwa hidup adalah perjalanan paling cepat, kalo diiringi banyak pikiran akan sebuah hasil sebelum mencoba. Dan mereka berbagi kisah...