Jehan; Calm Water and Kina

282 47 0
                                    


Biro Keuangan, first meet.

UGASA, kampus ternama di Yogjakarta ini, mungkin Jehan satu-satunya mahasiswa yang paling nyeleneh sendiri dan profit terlahir dari keluarga kaya raya tidak ada yang mau merecokinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


UGASA, kampus ternama di Yogjakarta ini, mungkin Jehan satu-satunya mahasiswa yang paling nyeleneh sendiri dan profit terlahir dari keluarga kaya raya tidak ada yang mau merecokinya. kuliah layaknya bertamasya.

Lembar nilai setiap semester selalu bersahabat dengan C dan D, mendapatkan nilai B saja, kemungkinan seluruh negeri akan berpesta ria.

Namun dibalik itu semua, Jehan tidak bertindak semena-mena, bukan karena nama keluarga yang senantiasa melindunginya agar tetap menjadi sebongkah berlian, Jehan masih bisa mengkondisikan kemampuannya. Mata kuliah yang mendapatkan nilai D dengan sks lebih dari 2 akan diulangnya, nanti.

Walaupun begitu, tidak ada yang mau berharap Jehan dapat lulus tepat waktu, malah-malah Jehan berpikir untuk diwisudakan, alias bertahan menjadi mahasiswa abadi sampai semeter 16 agar dapat pemutihan dari universitas, yang artinya Jehan akan diwisudakan karena waktunya. Bukan wisuda tepat waktunya.

Tak hanya nilai, pembayaran kuliah saja kadang Jehan suka terlambat, padahal nominal uang saku di rekening pribadinya mampu untuk membiayai 100 mahasiswa selama 4 tahun.

Dan keterlambatan itu selalu menyusahkan dirinya sendiri, dan itu sudah berlaku sejak semester awal.

Akhir semester Jehan selalu sibuk di biro keuangan dengan bolpoinnya, bakal menulis di surat pernyataan keterlambatan membayar untuk bisa mengakses KRS.

“Kina Al-Hannah,” panggil staff biro keuangan, yang terpanggil langsung berdiri dari tempat duduk tunggu lalu mendekat ke meja biro.

“Saya Bu.”

“Ini Mbak, di isi ya NIM sama nominal dispennya.” Staff memberikan lembaran kertas dispen pada Kina.

Jehan yang berdiri tepat disamping Kina hanya melirik sekilas lalu sibuk mengisi data pada lembar kertas keterlambatan membayar yang menyebabkan ia tak bisa mengakses KRS untuk memasukan pilihan mata kuliah semester 4.

Kina membuka totebag berwarna krem-nya untuk mengambil bolpoin, namun nihil, tangan Kina tidak meraih apapun, di tambah bolpoin di Biro sedang digunakan oleh mahasiswa lain yang disebelahnya lagi.

Kina linglung sampai mengeluarkan semua isi totebagnya, dari charger, parfum, buku tulis, hingga buku tebal tentang Hubungan International yang merupakan jurusannya di atas meja biro, dan ternyata pensil case-nya tidak ada di dalam totebag, baru ingat tertinggal di perpustakaan, di tambah ia memiliki janji dengan dosen DPA-nya perihal dispen setengah jam lagi, yang artinya Kina harus cepat mengisi lembar dispennya.

Kebingungan Kina menarik perhatian Jehan, yang langsung menyodorkan bolpoinnya dengan peka.

“Pake aja, kayanya lo butuh banget,” kata Jehan sambil menggoyangkan sedikit bolpoinnya.

“Ah, makasih, pinjem bentar ya.” Kina mengambil bolpoin dengan sopan menggunakan kedua tangannya.

No prob.”

SENYAWA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang