Pasangan, bukan hanya sekedar saling cinta. Bukan hanya saling menciptakan hal manis, atau pun menjaga kesetiaan. Tetapi juga, bagaimana cara agar menjaga cinta itu tidak runtuh.
-Siswi bercadar2
Perjalanan berlanjut. Lampu-lampu dari berbagai kendaraan meramaikan suasana malam. Harist menyetir dengan satu tangan saja, karna efek dari luka jarinya yang membuat tangan melemas.
Jika bergeser ke samping, Aisyah sejak tadi berdiam saja tidak mengeluarkan suara lagi setelah kesalahan yang tidak disengajanya. Hem, mungkin, ia masih merasa sedih dan ingin berdiam diri.
"Hei," Harist memegang tangan Aisyah. Ia merasakan aura dingin dari istrinya yang memang masih bersedih. "ki-kita mau beli oleh-oleh gak buat nenek kakek, hem?" Harist mengajak ngobrol agar suasana tidak dingin seperti ini. Bagaimana pun juga, ia sebagai suami tidak menyukai jika istrinya sedang cembetut.
"Gak usah, Bib. Kita lanjut aja biar cepat sampai." jawab Aisyah dengan lirikan kecil.
"Oke, deh.." Harist usap-usap kepala Aisyah, lalu fokus pada jalan kembali. "baru ini aku ngerasain ada orang segitu sayangnya."
Melirik Aisyah apa yang baru suaminya ujarkan.
"padahal yaa.. cuman ke gores cater aja kok bisa sampai dia nangis, ya? Apalagi kalo aku jatoh, atau bahkan ketabrakan, bisa-bisa dia lebih parah dari ini. Udah lama gak rasain perhatian lebih kayak gini." buang nafas Harist. "ya Allah, Engkau memberikan aku seorang istri yang baik dan sangat penyayang. Dia cantik, dia pahlawan, dan dia..." melirik Aisyah. "sholelah."
Usai sudah, pipi Aisyah merah menyala bak tomat baru matang. "Habibb.."
Ketawa Harist. "Apaa?? Emang kamu denger apa yang aku omongin? Orang aku lagi curhat sama Allah, kok." beri meletan.
Aisyah jadi malu. Ia memukul-mukul kecil suaminya. Bagaimana ia tidak mendengar? Suaminya itu berbicara dengan kencang!
"Tapi bagus kalo kamu denger. Biar tahu betapa aku bersyukurnya bisa memiliki kamu."
"HABIB!!!" tangan Aisyah menutup mulut Harist agar cowok itu berhenti membuatnya jadi gila.
"Aduh-aduh! Awas nih, aku lagi nyetir, loh!" sambil ketawa Harist.
"Kamu, sih!"
"Kamu sih kenapa?"
"Gak usah gombal-gombal."
"Siapa yang gombal??"
"Kamu."
"Aku? Aku gak gombal. Itu omongan serius, serius dan sangat serius!"
Ummi.. Tolong Aisyah..
Aisyah gigit bibir.Tak tahu kenapa, Harist yang berucap manis, tetapi ia juga terikut berdebar. Hah, aneh. Tetapi, setidaknya Aisyah sudah kembali tersenyum karnanya. Itulah yang ia mau.
Mobil terus melaju di tengah jalan. Mobil ini pun telah berpetualang selama 12 jam sejak dari awal perjalanan. Syukurlah, tidak ada sesuatu yang terjadi pada mobil klasik tersebut hingga detik ini. Dengan begitu, mereka tidak akan berlama lagi untuk sampai di rumah nenek.
🔉Kini, anda telah memasuki Desa Cisari.
Mata Harist dan Aisyah melirik ke handpone.
Lalu, langsung muncul sebuah notifikasi bahwa baterai handpone itu tersisa 10%.
"Hp kamu lowbat, Bib." Aisyah melirik Harist. "sebentar, kayaknya power bank aku masih ada sisanya, deh." ia mengorek isi tas.
Harist tersenyum tiba-tiba Aisyah peka terhadap suasana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Grandmother (siswi bercadar season 2) ✅
Romance‼️🔞🔞‼️ Tiba-tiba Aisyah ingin bertemu nenek kakeknya yang tinggal jauh di pedesaan, diwaktu yang tidak tepat. "Habib, udah deket belum?" ini ke lima belas kalinya Aisyah bertanya. "Masih jauuuh.." Sejauh mana sih mereka pergi? dan apakah keingina...