13} Perjalanan Kelima

364 85 1
                                    

Krik  krik  krik  krik 

Krik krik krik krik

Suasana malam dibisingkan oleh suara jangrik dimana-mana. Dan lagi, dihutan ini betul-betul gelap gulita, dingin, dan tidak ada orang sama sekali.

Di mobil, Harist menurunkan Aisyah di kursi depan seperti sebelumnya.

"Makasih, Bib."

"Iya." Harist menutup pintu, dan berjalan memutari mobil untuk masuk juga.

Duk
Menutup pintu.

"Ahh," setelah didalam, cowok itu mencari tombol lampu bagian dalam mobil dengan cahaya senter. "ini dia." memencet.

💡Langsung terang.

Aisyah dan Harist pun jadi saling pandang.

"Astagfirullah, Bib.. Kenapa gak dari tadi.."

Harist ketawa malu. "Yaa.. namanya juga baru engeh. Maap, yaah." lega dirinya sekarang sudah lebih baik.

Senter-senter yang mereka pakai pun, langsung dimatikan dan ditaruh kembali.

Sementara itu, sambil memegang perut, Aisyah mengambil nafas lalu membuangnya terus demi terus. Ia masih butuh waktu untuk menghilangkan rasa sesaknya.

"Nih, kamu minum dulu." Harist memberi sebuah botol.

Tangan Aisyah menerima. Ia memutar tutup botol, lalu diminumnya perlahan-lahan.

Harist langsung perhatikan istrinya dalam diam. Matanya memandangi semua yang ada pada diri Aisyah. Didapati, pakaian wanita itu kotor akan daun kering dan  tanah.

"Untung pakaian kamu warna cream. Coba kalo item, udah deh aku bakal susah nyarinya." ujar Harist sambil membersihkan pakaian istrinya yang kotor itu.

Aisyah tersenyum saja.

"Mau makan?" Harist menawarkan.

"Nanti aja." Aisyah menyender kembali.

"Okeh.."

"Bib, kita belum sholat Isya, loh." kata Aisyah dengan bibir manyun.

"Yaudah yuk, sekarang kita sholat. Gak ada siapa-siapa jugakan disini?" Harist celingak-celinguk.

"Em." tersenyum Aisyah.

Keduanya pun keluar dari mobil. Aisyah ucap, lebih baik memanfaatkan saja air minum di galon kecil yang mereka bawa dari rumah sebagai wudhunya.

Setelah tubuh mereka bersih, Harist tidak sengaja menemui sebuah tikar yang ternyata ada di bagasi mobil. Sepetinya, tikar itu adalah bekas kegiatan almarhum Luzman ketika dulu.

Senang pelaksanaan sholatnya dimudahkan, mereka pun langsung menggelar tikar tersebut di belakang mobil untuk tempat mereka sholat.

"Bener Bib, arah kiblatnya kesana?"

"In syaa Allah. Soalnya kitakan dari arah selatan, terus belok ke arah kiri yang otomatis ke arah barat."

Senyum Aisyah. "Yaudah, yuk." keduanya langsung bersiap tuk memulai.

Bagai topan yang datang dadakan. Bagai api tanpa adanya air. Ada saja sesuatu yang terjadi tanpa diduga. Hari ini merupakan pengalaman yang sungguh menegangkan dan baru. Tak terbayang, mereka bisa sampai seperti ini hanya karna demi bertemu seseorang, yaitu neneknya sendiri. Sering kali, orang jahat dan gangguan kecil yang datang sebagai ujian mereka. Namun hebatnya, pasangan ini dapat bersabar dan selamat dari rintangan tersebut. Ya, begitulah. Iman yang kokoh pada diri seseorang, akan selalu ditolong dan dilindungi. Karna bagaimana pun juga, segala cobaan dan ujian, adalah datangnya dari Allah.

Meet Grandmother (siswi bercadar season 2) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang