tadaima

738 112 15
                                    

6 bulan terlewati. Kuro melangkahkan kaki nya menuju rumah.

Sudah 6 bulan dia tidak menghirup udara dingin ini. Rasanya seperti rumah. Di mana pun dia berada, ini seperti rumah.

Dia meletakan koper nya di depan rumah. Tanpa membuka pintu di depan nya, kuro berjalan lagi ke rumah di sebelahnya.

Tok tok

Dia mengetuk pintu itu.
Ada keraguan di dalam dirinya. Namun ia tetap berharap.

Serang wanita berusia 40 an itu keluar. Ekspresinya sangat membagongkan.
Dia terkejut.

"Ini ... Kuro?" Beo nya.

"Bibi, tadaima." Ucap kuro dengan senyuman di wajah nya yg jauh lebih tirus di banding 6 bulan lalu.

"Kuro.. kuro.. bibi merindukan mu." Nyonya kozume langsung memeluk yg dia anggap anak kedua nya itu.

Kuro membalas pelukan itu.
"Ya. Aku juga merindukan bibi." Ibu kenma menangis.

"Kemana kau selama ini? Kenapa pergi tidak pamit? Apa yg terjadi? Kau semakin kurus. Apa kau baik2 saja?" Serbu nya.

"Ano, bi, bisakah kita masuk dulu?" Bujuk kuro. Dia pegal jika harus berdiri

"Dasar kau ini. Baiklah kita masuk" ujar ibu kenma sambil mengusap air mata nya.
Mereka pun masuk dan berbagi kabar.

"Ibu, tadaima." Sebuah suara yg sangat di rindukan kuro terdengar pelan di depan pintu itu.
Kuro belum berkata apa2.

"Habis ini aku akan pergi bersama shoyo. Jadi ti-" tepat saat ia kembalikan badan, mata nya bertemu dengan netra sayu kuro.

"Ku-ro.." setelah mengucapkan itu mata nya kembali tak acuh. Kuro yg dari kedatangan kenma tersenyum seketika juga ikut memudar saat melihat tatapan kenma.

"Aku ... aku akan b-berganti baju." Lalu kenma segara berlalu dari sana.

"Kozume. Apa kau tidak merindukan kuro..?" Pertanyaan dari ibu kenma itu menggantung.

"Tidak apa bibi, nanti aku akan berbicara kepadanya. Ah iya, nanti kuro ceritakan lagi. Kuro akan beres2 dulu." Ujar kuro pamit.

"Kuro apa kau benar-benar baik2 saja? Kau terlihat lebih pucat dari yg tadi." Ibu kenma memegang dahi kuro
"Suhu badan mu naik. Apa kau pusing? Sepertinya kau demam." Ujar nya khawatir.

"Ti-tidak apa2 .. bi. K-kuroo pamitt. " Kuro pun segera pulang ke rumah yg telah lama di tinggal kan nya.

Dia merebahkan badan nya di sofa.

"Bersih. Bibi pasti selalu merawat rumah ku. Aku akan berterima kasih nanti." Saat dia memejamkan mata nya, dia mendengar langkah kaki di luar.

Kenma

Kuro pun langsung bangkit. Pusing seketika menderanya.

Dia ingin memanggil kenma —nya tapi kegelapan merengut pandangan nya.

Dia pun segera merogoh saku nya dan mengambil sesuatu di dalam nya. Dengan cepat dia menelan benda kecil dari dalam saku nya.

Dia membuka matanya

KENMA

Dan segera keluar menyusul kekasih nya. Setidak nya mereka masih sepasang kekasih.
Kuro pun mengikuti nya.
.

.

.

Sampai di sebuah kafe, dada kuro sesak. Dia kelelahan berjalan.
Sedari tadi ia ingin berteriak saja. Namun hanya sebatas angan.

Kenma duduk di kursi pojok dekat jendela. Kuro ingin mendekati nya dan duduk di depan kenma, namun, seorang pemuda pendek berambut oranye mendahului nya dari pintu masuk.

Shoyo segera menghampiri kenma. Dan

Cup

Dia mengecup pipi kenma.

Kuro mematung.
"Kenma-"

Kenma ku. Apa yg- apa yg ku lakukan

Kuro masih membeku di depan kafe itu. Udara nya semakin dingin, dan matanya tidak lepas dari kedua pemuda di seberang sana. Kekasih nya. Dan teman voli nya.

Tubuh kuro mulai melemas. Dia jatuh di antara salju-salju yg turun. Namun mata nya masih terpaku di sana.

Dan untuk kesekian kali nya, ciuman itu mendarat di pipi, bahkan bibir kekasih nya.

Tidak. Kenma tidak-

Tes

Tes

Darah mewarnai salju putih di bawah nya. Kuro segera menahan darah itu agar tak terlalu banyak keluar.

Mungkin ini yg terbaik. Berada di di sisi mu lagi, hanya akan menyakiti mu. Kenma-

"Kenma, tadaima." Ujar nya lirih. Lalu tubuh nya tak bisa mempertahankan kesadaran. Dia tak sadarkan diri di antara salju-salju yg sedang berjatuhan itu.







Ga ada feel nya ya🥺 padahal nulis nya sambil nyesek

daijobu [kuroken]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang