[ Follow Sebelum Membaca! ]
[ Story 4 ] Park Jimin, seorang mata-mata profesional, yang dimana dirinya harus siap sedia apabila diberi komando untuk bertugas dimanapun dan kapanpun tanpa mengkhawatirkan segala macam resiko yang menghampirinya
Namun...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jimin tengah mencari sesuatu di meja kerjanya, ia buka laci kedua lalu laci ketiga dan lacu seterusnya, berharap dirinya menemukan benda yang ia cari tadi
Hingga akhirnya, ia mendapatkan kotak berwarna merah itu, kotak yang berisi cincin peninggalan ibunya yang sengaja diberikan olehnya untuk nantinya Jimin pakaikan pada wanita yang ia cintai
Ia ambil benda itu, perlahan ia buka kotaknya. Hingga terpampanglah cincin berwarna rose gold itu masih terlihat memukau meskipun sudah sangat lama tak di pakai
"Kenapa gua sampe mikir kesini ya? Gua sama Rosé belum juga ada setengah tahun pacaran, masa dia udah gua kasih cincin ini aja? Bukannya ini terlalu cepat ya?"
Jimin sempat terdiam sejenak, ia masih bingung dengan dirinya sendiri. Sampai-sampai, terjadilah pergelutan batin pada dirinya
Hingga finalnya, Jimin memutuskan untuk memberikan cincin itu pada Rosé. Lagipula, sayang juga jika cincinnya tidak dipakai, toh, anggap saja ini tahap awal ia mencoba move on dari Lia
Ia segera mencari keberadaan Rosé, tapi wanita yang dicari malah tidak terkihat olehnya. Di dapur tak ia temukan, bahkan di ruang tamu dan keluarga pun Jimin tak bisa temukan keberadaan wanita itu
Hingga akhirnya Jimin memutuskan untuk mencari Rosé dikamarnya, saat ia lihat. Wanita itu tengah merapihkan spring bad miliknya, mungkin karena ia terlalu fokus, dirinya sampai-sampai tidak menyadari keberadaan Jimin
Tanpa permisi, Jimin langsung saja duduk disalah satu sisi, tepatnya di ujung ranjang milik Rosé. Wanita itu tentu sedikit terkejut, "Loh kamu kesini? Seharusnya aku aja–"
"Saya sudah baikkan, kan saya sudah bilang itu berkali-kali"
"Tapi tetap aja, kamu belum sembuh total"
Jimin menggeleng, Rosé memang cerewet sekali dengannya akhir-akhir ini. Tapi anehnya, Jimin menyukai hal sekecil itu. Ia merasa, tengah dirawat sangat baik olehnya
"Ada yang ingin saya berikan kepada kamu?"
"Benarkah? Apa itu?"
Tangan Rosé segera Jimin gapai, lalu setelahnya ia keluarkan kotak cincin milik ibunya tadi dari saku celananya, "Semoga cincin ini pas dijari manis kamu"
Rosé menganga, ia tentu masih tak percaya kalau Jimin memberikannya benda seromantis itu. Toh, hubungan mereka juga masih biasa saja walaupun mulai ada kemajuan sedikit
Tapi ntah kenapa, rasanya Rosé ingin pingsan saja detik itu juga saat Jimin menyematkan cincin itu di jari manisnya. Ini adalah momen terindah yang baru ia dapatkan dari kawan jenisnya
"Kamu menyukainya?"
"Eumhh– sukaa..."
"Ini cincin peninggalan ibu saya, bisa kamu jaga ini untuk saya?"