[ Follow Sebelum Membaca! ]
[ Story 4 ] Park Jimin, seorang mata-mata profesional, yang dimana dirinya harus siap sedia apabila diberi komando untuk bertugas dimanapun dan kapanpun tanpa mengkhawatirkan segala macam resiko yang menghampirinya
Namun...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Malamnya, setelah prosesi pernikahan selesai. Baik Jimin dan Rosé langsung terlelap tidur, tak ada malam pertama seperti biasanya, hal ini karena Rosé yang sudah sangat kelelahan setelah seharian melayani tamu yang datang silih berganti untuk memberikannya beragam doa atas pernikahannya dengan Jimin
Meskipun Jimin ingin, tapi ia tak mungkin memaksa istrinya untuk melayaninya sekarang. Tidurnya saja sudah sangat pulas, mana tega ia melakukan itu kepada istri tercintanya
Yang bisa Jimin lakukan sekarang hanyalah mengecup kening Rosé, cukup lama, setelah puas. Barulah ia rengkuh tubuh mungil wanitanya itu, lalu tertidur pulas menyusulnya di alam mimpi
Hingga paginya, saat Rosé terbangun lebih awal. Ia tersenyum sangat lebar, melihat bagaimana Jimin memeluknya begitu erat, melihat pemandangan seindah ini dipagi hari, berhasil memberikan debaran hebat pada jantungnya
Pantas saja semalam ia nyaman sekali saat tertidur, ternyata, Jimin aka suaminya ini memeluknya. Ia merasa bersalah kemarin, karena harus melewatkan malam pertama pengantin baru bersama Jimin, padahal Rosé tahu pria itu pasti menginginkannya
Perlahan, ia usap pelan surai gelap suaminya. Tak lupa ia kecup bibirnya berkali-kali, sampai akhirnya, Jimin merasa terganggu dan mengerjapkan matanya, guna menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam netra gelapnya
Pria itu semakin mengeratkan pelukannya tak kala tahu apa yang istrinya tengah lakukan padanya saat ini, sepertinya, ia ingin mengurung diri saja disini seharian bersama Rosé, karena melihat betapa menggemaskannya istrinya ini
"Morning, sayang!"
"Morning, bangun yuk! Aku mau masak sama bebenah, kamu mandi ya, habis itu anterin aku ke supermarket"
"Mau ngapain?"
"Loh, katanya kamu mau susu kedelai kemarin"
"Gak usah, susu kamu aja!"
"Mulutnya!!"
Jimin terkekeh saat wanita itu memukul pelan bibirnya, tapi, bukannya berhenti menggoda istrinya. Jimin justru semakin menjadi, ia bahkan kini sudah mendaratkan kecupan bertubi-tubi pada bibir Rosé. Tak peduli Rosé yang menyuruhnya berhenti, "Stop it, aku mau ke dapur, Jim"
"Aku mau sarapan dulu"
"Ya makanya itu, kamu lepasin aku dulu, biar aku masak di dapur"
"Gak perlu, kan aku mau makan kamu"
Jimin segera membalik tubuhnya, mengunci pergerakan Rosé yang berada dibawah kurungannya. Rosé menghela nafasnya pelan, kalau begini jadinya, ia dan Jimin siap-siap men-delivery makanan untuk sarapan nanti
Karena ia tahu, seperti apa Jimin kalau sudah bersemayam di dalam dirinya. Disuruh berhenti malah lanjut lagi, dasar suami nafsuan!
"Kamu gak kangen masakan aku? Aku masak dulu ya, nanti baru aku kasih jatah"