Benci banget sama manusia-manusia yang suka nge-gampangin semua hal, cuma karena dia bisa ngelakuin apa aja tanpa usaha. Berasa hidup ini gak adil gitu gak sih. Kesel gue—Sonia Radela.
•
•
Hening.
Gak ada satupun dari mereka, yang ngasih tanggapan ke pertanyaan yang di ajukan Yuwi.
"Okay. Kalo memang gak ada." Yuwi senyum, sambil liatin satu persatu rekannya
"Mohon bantuannya buat sebar info ke departemen dan angkatan. Jangan lupa kontak gue atau Yuda kalo ada yg daftar." Yuwi masih senyum. Dalem hati ngata-ngatain semua manusia yang lagi dengerin dia tapi gak ngasih respon apa pun.
Kecuali mas Jen ya. Orang ganteng itu bebas mau ngapain aja.
"Yaudah segitu aja dari pengmas."
Sialan dikacangin.
Yuwi noleh ke Yuda yang udah ngacungin dua jempolnya ke arah Yuwi, sambil ngasih tatapan kagum—gak lupa sama senyum gemesnya.
Duh yang ini malah mintak dikarungin.
"Tunggu."
Yuwi yang tadinya udah mau balik ke rutinitasnya—mengagumi wajah ganteng mas Jeno—harus rela balik fokus ke rapat mereka, setelah denger kalimat yang di ucapkan Sonia.
"Gue masih gak paham."
Yuwi masih berusaha mempertahankan raut ramahnya. Perasaannya mulai gak enak. Entah kenapa Yuwi ngerasa ada aura-aura jahat aja tiap kali Sonia ngomong.
Kayak mau di terkam terus dilempar ke danau.
Sadeess.
"Ini proker lo kan? Walaupun ini proker insidentil—proker ini tetep tanggung jawab lo kan?"
Dahlah bakal ribut ini, kalo begini.
"Iya tanggung jawab pengmas"
Itu Yuda. Yang udah masang raut datar sambil ngeliatin Sonia gak selo.
Yuwi sebenernya kaget. Yuda jarang banget marah—malah hampir gak pernah.
Anak nya itu lebih sering masang muka gemes mintak dikarungin.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARKA COKELAT
FanfictionBercerita tentang realita Himpunan di Jurusan Teknik Sipil, yang kemudian mereka sebut sebagai kepengurusan Kabinet Laskar Tujuh Belas. Tentang Himpunan yang di sebut - sebut sebagai tempat penyaluran aspirasi mahasiswa-pun hanya kedok dari sebuah a...