Arsen
Tak sedikit orang yang memanggilku sebagai makhluk bengis yang tak memiliki hati. Ya, itu merupakan perkataan orang-orang yang belum mengenalku dari dalam.
Rabu, 25 Desember 2030
Semenjak mamaku meninggal, hatiku rasanya sudah kehilangan arti dari kata cinta. Mama adalah satu-satunya orang yang aku cintai, setidaknya aku mencintainya sampai akhir hidupnya. Lagipula, untuk apa kita mencintai orang yang sudah meninggalkan dunia ini? Setelah Mama pergi dari hidupku, aku menutup diri dari semua hubungan luar. Namun, aku tak pernah menyangka bahwa Tuhan masih mengirimkan makhluk ciptaan-Nya yang indah kepadaku.
Semalam, perempuan itu berhasil untuk membangun tembok hatiku yang tadinya sudah runtuh. Aku pun tidak mengerti mengapa perempuan itu berhasil untuk membangunnya kembali. Aku juga tidak mengerti mengapa aku lebih memilih untuk menyelamatkannya dan membuatnya aman untuk berada di sampingku. Bukankah aku merupakan makhluk bengis yang selalu dibenci oleh orang-orang di sekitarku?
Aku tidak akan pernah melupakan pantulan bayanganku yang ada pada matanya yang indah. Ditambah dengan bantuan sinar rembulan yang semakin membuat matanya bersinar. Inilah perempuan yang selalu kucari-cari dalam hidupku. Inilah dia yang bisa melepaskan belengu antara aku dan pekerjaan keluargaku. Entah mengapa, pada saat ia sedang merasa ketakukan lalu memelukku, justru di situlah aku merasa senang dan lega. Senang karena akhirnya aku menemukannya dan lega karena ia ada bersama denganku di saat yang mencegangkan baginya.
Masih kuingat, ucapan lembut yang keluar dari mulutnya.
"Aku takut." Ucap perempuan itu kepadaku.
Mendengar pernyataan itu, jiwaku tak bisa menunggu lebih lama lagi untuk membuatnya merasa semakin aman saat berada di dekatku.
"Jangan takut. Aku ada di sini dengan kamu," balasku kepadanya.
"Apakah aku akan mati?" Tanya perempuan itu.
"Tentu saja tidak! Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi." Jawabku kepadanya.
"Lalu, apakah yang akan mereka lakukan kepadamu kalau mereka menemukan kita?" Kata perempuan itu cemas.
"Tenang saja. Aku punya caraku sendiri untuk mengalahkan mereka." Jawabku dengan mantap sambil berusaha untuk berdiri lagi dan meninggalkannya.
Namun, langkahku terhenti saat mendengarnya berteriak,
"Hei!" Teriaknya.
"Kamu... mau ke mana?" Tanyanya padaku.
Mendengar pertanyaan itu, aku hanya menoleh ke belakang tanpa menjawabnya dengan sepatah kata pun.
"Bolehkah aku ikut denganmu? A-a... aku tidak tahu daerah sekitar sini." Kata perempuan itu.
Sekarang, hatiku terasa sudah penuh lagi, hatiku telah diisi dengan kehadirannya dalam hidupku. Aku sudah tersadarkan bahwa ternyata aku telah jatuh cinta padanya. Hatiku jatuh untuknya, bahkan aku sudah tidak bisa menahan hatiku yang sudah jatuh terlalu dalam untuknya. Hari ini adalah hari Natal. Biasanya, aku dan Mama akan pergi ke gereja. Namun, sudah dua tahun belakangan ini, aku sudah tak pernah menginjakkan kakiku lagi ke dalam gedung tua itu. Anehnya, perasaanku sekarang sudah kembali. Sedikit demi sedikit, mulai ada keinginan dari dalam hatiku untuk kembali ke gedung tua itu.
Tepat pada pukul 9.00, muncul sebuah notifikasi dari teleponku. Aku pun membuka notifikasi yang berada pada atas layar teleponku. Ternyata, notifikasi itu berasal dari Alena.
Alena: Apakah kamu mau ikut ibadah Natal malam ini?
Tentu saja tanpa berpikir lama, aku segera membuka aplikasi pesan dan menggerakkan jemariku untuk membalas pesannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu, dan Mis(i)teri Kita
Mystery / ThrillerSudah menjadi hal yang biasa apabila Arsen mendapatkan misi khusus dari ayahnya. Namun, pada suatu hari Arsen diberikan misi khusus oleh ayahnya, yang menurutnya berbeda dari sebelumnya dan harus ia selesaikan dalam waktu satu minggu. Apa yang akan...