1

290 32 4
                                    

Jika ada yang berkata, aku paham perasaanmu.

Itu adalah kebohongan besar.

Orang lain tak akan paham, bagaimana cara matamu melihat, bagaimana cara otakmu berpikir, dan bagaimana cara hatimu merasakan.

Karena pada dasarnya, setiap manusia tak akan pernah bisa mengerti bagaimana perasaan yang lainnya.

Bahkan orang terdekatmu saja tak akan bisa memahaminya.

Maka dari itu, jangan pernah bersikap seolah-olah kamu mengerti segalanya. Jangan pernah mengatakan bahwa, aku tahu posisimu sekarang.

Kalimat itu malah akan semakin menyakiti. Lebih baik diam dan perhatikan dengan baik.

Tak perlu berlagak menjadi pahlawan, jika aslinya kamu adalah lawan.

Jika aku bertanya pada kalian, apakah kalian pernah mendengar ucapan seperti itu dari orang-orang disekitarmu? Aku yakin, jawabannya pasti pernah.

Sama sepertiku, setiap saat aku selalu mendengar kalimat-kalimat sampah dari mulut mereka.

Di saat bersedih, lalu mereka ada. Jangan percaya begitu saja. Mereka ada, hanya untuk tahu apa yang terjadi. Selebihnya mereka tak ingin membantu.

Mereka hanya penasaran, bukan peduli.

Mungkin hanya ada 1 dari 10 orang yang benar-benar tulus ingin membantu di saat terpuruk, dan 1 orang itulah yang sulit untuk ditemukan dengan pasti.

"Ci, lo masih mau bertahan sama berandalan itu?"

Dia Anya Ratisya, sahabatku sejak SMP. Gadis manis dengan rambut hitam sebahu.

Anya dan dua temanku yang lain memang tak pernah suka dengan kekasihku.

Ah tidak, bukan hanya mereka bertiga saja yang tak suka dengan kekasihku. Tapi hampir satu sekolah tak menyukai kelakuan kekasihku itu.

Mereka sering memanggilnya bocah berandal yang tak tahu etika dan tata krama.

Padahal apa hak mereka untuk berkata seperti itu padanya? Bukankah mereka tak tahu apa yang terjadi padanya, hingga membuatnya menjadi seperti itu.

Manusia itu memang lucu ya, mereka selalu merasa bahwa dirinya adalah yang paling benar. Hingga berani menyalahkan orang sedemikian rupa.

Tanpa mereka sadari, bahwa mereka juga akan terlihat begitu hina dan salah dimata yang lain.

"Hm, kenapa emang?" tanyaku seraya membereskan alat tulis yang telah digunakan hari ini.

"Astaga, dia itu gak baik buat lo"

Aku menghela nafas dan melempar senyumku padanya.

"Udah seberapa baik lo sampe bisa bilang kaya gitu?"

Mata Anya terbelak mendengar balasanku.

Memang ini adalah kali pertama aku membalas semua kalimat tak suka Anya pada kekasihku.

"Are you kidding me, Rosie? Wow! Hebat banget ya dia sampe bisa ngerubah lo segininya—"

"Anya, please. Gue gak mau berantem sama lo, cuma gara-gara June.

Lo sahabat gue, June pacar gue. Tolong hargain dia sebagai pasangan gue. Mau sejahat apapun June dimata lo, dia tetep orang yang bakal gue pertahanin buat jadi pasangan gue.

Lo juga gak tau kan gimana aslinya June memperlakukan gue, karena lo gak ada di posisi gue.

Jadi stop bilang June gak baik buat gue, karena gue yang rasain apa yang June lakuin ke gue.

[✔]Abhivandya |June x Rosé|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang