19

69 13 0
                                    

Enam minggu sudah berlalu, Rosie belum juga sadarkan diri sejak peristiwa yang menimpanya malam itu. Orangtua dan teman-teman Rosie silih berganti untuk menemani wanita itu selama dalam keadaan koma.

"Gimana, Bim? Ochi sampe sekarang masih belum sadar terus, om takut"

"Om yang tenang ya, kita juga masih terus pantau perkembangan Rosie sejauh ini" jawab Bimo, kakak kandung June yang sekaligus sebagai dokter penanggung jawab Rosie selama di rumah sakit.

"Makasih ya dan maaf, Rosie harus kecelakaan kayak gini sampe kalian juga harus berkorban"

"Gapapa, Om. Aku sama bunda ikhlas kok, lagipula ini semua udah keinginan June. Aku sama bunda cuma bisa pasrah dan ikuti apa yang jadi bahagia buat mereka"

"Tapi kenapa harus sampe June yang lakuin itu. Om sebagai orangtua Rosie jadi malu sama apa yang udah June kasih sampai sekarang"

"Udah ya, Om. Itu pilihannya, mungkin juga sebagai rasa tanggung jawabnya sama Rosie selama ini"

Bimo mengelus punggung pria paruh baya itu. Hati kecilnya juga ingin menangis, melihat apa yang dilakukan adiknya itu sungguh diluar dugaan.

"Oh iya, Om. Kalo mau pulang sekarang silahkan aja, biar Rosie Bimo yang jaga selagi nunggu Bagas datang"

"Ngga, Bim. Om masih pengen disini"

"Tapi Om butuh istirahat, dari kemarin Om belum tidur sama sekali Bimo perhatiin. Tenang aja, Om. Setiap perkembangan yang ada dari Rosie pasti aku kabarin"

Andre berpikir cukup lama, sebelum akhirnya ia mengangguk dan menitipkan Rosie pada Bimo. Ia juga butuh istirahat selama menunggu putrinya kembali.

~𝓪𝓫𝓱𝓲𝓿𝓪𝓷𝓭𝔂𝓪~

Pergerakan kecil yang dinantikan selama enam minggu ini, akhirnya Rosie berikan juga. Jari kelingkingnya mulai bergerak sedikit yang menandakan dirinya kembali pada dunia yang fana ini.

Bagas sebagai orang pertama yang menyaksikan itu tak dapat menahan rasa haru dan bahagianya. Dengan segera ia menekan bel agar tenaga medis yang menangani Rosie dapat segera memeriksa wanita yang kini terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit.

"Bang" panggil Bagas begitu Bimo masuk ke dalam ruangan. Bimo hanya mengangguk dan tersenyum pada Bagas.

Setelah diperiksa, mata Rosie juga perlahan mulai mengerjap. Menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam netranya yang selama ini tertutup, seakan tak ingin melihat apa yang terjadi.

"Lo bisa telfonin yang lain kan? Kasih mereka kabar ini sekarang" ucap Bimo yang langsung dituruti oleh Bagas.

"Rosie" panggil Bimo pelan, ia menunggu responnya.

Secara perlahan Rosie menoleh pada Bimo yang tengah menatapnya dengan dua orang perawat disampingnya.

"Pusing?" Rosie mengangguk pelan. Tubuhnya benar-benar lemas, kepala pusing, dan tenggorokannya seakan tercekat.

"Jangan buru-buru, pelan aja" ucap Bimo, begitu Rosie ingin bangun dari posisi tidurnya.

Dengan bantuan dari dua orang perawat dan juga Bimo, Rosie mulai duduk. Bimo juga memberikan Rosie air mineral, agar wanita itu bisa menetralkan rasa kering di tenggorokannya.

Bagas yang sudah menghubungi orang-orang tentang kabar Rosie saat ini, masuk kembali ke dalam ruangan dan langsung mendapatkan perhatian dari Rosie.

"M-mana June?" tanya Rosie pelan, bahkan suaranya hampir tak terdengar.

"Nanti ya, sekarang kamu fokus buat pulihin diri kamu dulu" jawab Bimo.

Wajah Rosie langsung terlihat lesu. Bukan, bukan karena ia baru saja sadar dari koma. Melainkan wajah yang sedih karena lelaki yang ia sayangi itu tak ada disisinya.

[✔]Abhivandya |June x Rosé|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang