5

95 14 0
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Namun Rosie masih belum terlelap dalam tidurnya. Ia masih menanti June yang belum juga kembali.

Ponselnya juga sangat sulit untuk dihubungi. Berulangkali juga Rosie melihat ke arah luar, memastikan apakah kekasihnya itu sudah pulang atau belum. Tapi hasilnya tetap saja sama, tak ada tanda-tanda dari June akan kembali.

"Tck. Telfon Reza aja gitu ya?" gumamnya.

Dengan segera Rosie menekan kontak Reza untuk dia hubungi.

Tak perlu waktu lama, sahabat June itu langsung menjawab panggilan Rosie.

"Halo, Za"

"Halo, kenapa Ros?"

"June lagi sama lo gak?"

"Ngga, gue dari maghrib juga udah diem di rumah"

"Terus lo tau June kemana gak?"

"Aduhh, gue kurang tau. Dia gak bilang sih mau ketemuan dimana"

"Ketemuan? Sama siapa?"

Reza diam. Dia lupa dengan pesan June untuk tak memberitahu siapapun, terutama Rosie.

"Za?"

"Reza!"

"Ah, ketemuan sama si Kevin kayanya"

"Hah? Ngapain ketemuan?"

"Audah ngapain. Maneh wartawan, Ros? Aing asa ditanyaan wae"

[Lo wartawan, Ros? Perasaan gue ditanyain terus]

"Ya udah deh, makasih Za"




Broom!




Bertepatan dengan percakapan Rosie dan Reza berakhir, suara motor June terdengar dari luar rumahnya.

Buru-buru Rosie berlari ke luar rumah untuk menghampiri June.

"Sayang, kamu kenapa?" tanya Rosie khawatir saat melihat wajah June yang terdapat bercak darah yang sudah mengering.

"Kok kamu belum tidur?" bukannya menjawab, June malah balik bertanya.

"Aku nungguin kamu, aku khawatir soalnya kamu susah dihubungin"

"Boleh peluk?" lirih June saat dirinya sudah berdiri tepat dihadapan Rosie.

Tanpa menjawab pertanyaan June lewat lisannya, Rosie langsung saja memeluk June dan memberinya kehangatan.

Rosie sadar bahwa punggung June bergetar, lelakinya menangis dipelukannya. Meskipun Rosie tak tahu apa yang membuatnya begini, tapi ia juga turut merasakan sakit dihatinya.

"Aku gak tau apa yang kamu alami sekarang, tapi aku harap kamu tetep bisa lewatin semuanya" bisik Rosie.

Perlahan June melepaskan pelukannya dan menatap Rosie sendu.

Kedua tangannya terulur untuk mengelus pipi chubby wanita yang selalu menemaninya selama hampir 2 tahun ini.

"Janji sama aku, kalau kamu bakal tetep stay di sini. Kamu gak boleh biarin siapapun untuk sentuh kamu, apalagi bawa kamu pergi"

Rosie bingung dengan ucapan June yang ia anggap melantur. Lagipula siapa yang berani menyentuh dirinya? Bukankah para lelaki akan selalu mundur saat mendekatinya, karena mereka tahu akan berhadapan dengan siapa nantinya.

Apalagi sampai berani membawanya pergi? Itu sebuah hal yang konyol bagi Rosie.

"Masuk yuk, aku mau obatin luka kamu" ucap Rosie yang memilih untuk mengabaikan perkataan June sebelumnya.




[✔]Abhivandya |June x Rosé|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang