Chapter 2

2K 192 4
                                    

Hari minggu, biasanya Salma akan berleha-leha di kamarnya, tapi hari ini pagi-pagi sekali, dia sudah membantu sang Bunda di dapur, menyusun pesanan pempek ke dalam wadah.

Selain sebagai seorang guru TK, Bunda juga pandai membuat aneka makanan khas daerah asalnya. Beda sekali dengan anak gadisnya yang tidak akrab dengan dapur. Jika ada pesanan seperti ini, Salma hanya akan membantu mengemasi saja. Sedangkan proses produksi, Bunda yang mengerjakan. Bunda tidak sering menerima pesanan, palingan jika ada waktu luang atau jika yang pesan minimal kenalan dekat.

Seperti sekarang, Bunda sedang mengerjakan pesanan dari ibu temannya Salma. Mamanya Freya. Tentu saja keluarga Salma sangat menghormati keluarga Freya. Selain Salma dan Freya yang sebagai sahabat, keluarga konglomerat itu sudah menganggap keluarga Salma sebagai saudara mereka. Jadi, kalau Tante Kirana pesan pempek pada Bunda, Bunda selalu memberikan bonus makanan yang lain. Karena pernah waktu itu Bunda tidak mau terima uang pembayaran dari Tante Kirana, lalu Tante Kirana bilang tidak mau lagi order pada Bunda jika dikasih gratis. Ya sudah, jadinya uang diterima dan Bunda memberikan bonus saja.

Salma ini tiga bersaudara. Kebetulan dia adalah anak pertama. Yang kedua namanya Adit, sekarang duduk di bangku SMA kelas 12. Sedangkan Eza si bungsu sudah kelas 8 SMP. Sudah kurang lebih selama sepuluh tahun ini mereka hidup berempat tanpa sosok seorang ayah. Awalnya memang tidak baik-baik saja, tapi lama-kelamaan mereka jadi terbiasa.

Hidup mereka nggak terlalu susah. Hanya saja cukup untuk kebutuhan mereka. Bunda seorang guru TK, yang nyambi terima orderan jajanan khas Palembang, dibantu Salma yang sudah berani mengambil kerja sambilan sejak SMA, merasa tidak kekurangan uang untuk membiayai hidup mereka. Salma selalu keras mengajari adik-adiknya untuk berhemat. Kalau ada keinginan, mereka harus menabung dari uang jajannya. Kalau mau cari jalan cepat, ya harus pandai-pandai menhambil hati kakaknya agar dapat tambahan yang banyak. Misalnya, waktu itu Adit ingin membeli gitar akustik, kalau mengandalkan separuh uang jajannya akan sangat lama terkumpul, jadi Adit menawarkan sebuah jasa cleaning service pada Salma.

"Kak, kamar lo berantakan banget. Gue bantu rapihin ya." Ucap Adit waktu itu.

Salma selalu tahu kalau adiknya punya maksud lain. Jadi, selama waktu dua minggu Adit membereskan kamar Salma setiap pagi dengan upah dua ratus ribu rupiah. Lumayan.

🍓🍓🍓🍓

Salma pergi mengantar pesanan Tante Kirana menggunakan Terios hitamnya, yang cicilannya tinggal 2 tahun lagi. Ya, Salma dan Bunda merasa sangat membutuhkan kendaraan roda empat untuk mengangkut keluarga mereka jika ingin pergi bersama, jadi Bunda memutuskan membeli mobil secara kredit. Setelah Salma bekerja di hotel, mereka membayar cicilan secara patungan.

Sesampainya di kediaman keluarga Bernardo, Salma sudah melihat ada beberapa kendaraan yang berjejer di halaman rumah mewah tersebut. Memang sih, kabarnya mereka akan ada kumpul keluarga. Anak dan cucu Grandpa Abraham.

Setelah memarkirkan kendaraannya, Salma segera menuju pintu samping. Ia akan langsung menuju dapur tanpa harus menjadi perhatian para tamu yang ada di ruang tamu.

"Assalamualaikum .... " ucap Salma dan dijawab oleh orang-orang yang ada di dalam.

"Eh, Salma. Masuk, sayang." Seru wanita dewasa yang mengenakan long dress bunga-bunga dengan paduan hijab mint membungkus kepalanya.

Salma mencium tangan Tante Kirana. Hal itu sudah jadi kebiasaannya jika bertemu dengan orang tua sahabatnya itu.

Salma meletakkan bawaannya di meja pantry. Di sana sudah ada beberapa asisten rumah tangga yang sedang menyiapkan hidangan. Tante Kirana kembali pada kegiatan ketika melihat anak gadisnya datang ke arah mereka.

"Sal ... kapan dateng?" Tanya Freya saat melihat Salma ada di dapur.

"Baru aja nih."

"Kok gue gak liat lo masuk tadi?"

"Ya kan gue lewat pintu samping. Malu lewat depan, udah rame kayaknya."

"Halah, kayak punya malu aja lo." Sahut Freya membuat Salma mencibir kesal.

"Eh, emang ada acara apaan sih? Kok semuanya pada kumpul?" Tanya Salma penasaran.

Mendengar pertanyaan Salma, Freya seperti mengingat sesuatu. Buru-buru ia mengajak Salma ke kamarnya di lantai atas.

Salma sendiri bingung kenapa Freya sampai mengajaknya ke kamar sahabatnya itu hanya untuk menjawab pertanyaannya.

"Sal, lo yang sabar ya ...."

Salma mengernyit tak mengerti ucapan Freya, "apa sih, Frey?"

"Mas Aiden ... dia mau nikah, Sal ...."

"Hah?"

Freya menceritakan bahwa kakaknya akan menikahi seorang gadis yang merupakan anak dari sepupu Tante Kirana. Tentu saja kabar itu membuat Salma shock. Pria yang selama ini ia kagumi dan jadi idaman masa depannya, kini telah menemukan wanita lain untuk menjadi pendamping  hidupnya.

Salma bisa apa? Ia hanya diam termenung di dalam kamar sahabatnya setelah gadis itu selesai bercerita dan meninggalkannya sendirian. Freya paham jika Salma kaget dengan berita ini. Apalagi hari ini rencananya keluarga besar Bernardo akan membahas acara lamaran Aiden ke Malang 2 minggu lagi.

Lama Salma termenung dalam pikirannya di kamar Freya. Ia tidak menangis. Sulit untuk mengeluarkan air mata untuk pria yang tak pernah mengetahui perasaannya. Akhirnya Salma memutuskan keluar dari kamar Freya dan memutuskan untuk segera pulang. Saat menuruni tangga, masih terdengar suara-suara dari ruang keluarga yang tak jauh dari situ, Salma memutuskan pulang lewat pintu samping. Tidak berpamitan dengan tuan rumah mungkin akan dianggap tak sopan, setidaknya akan ada para asisten di dapur dan Salma akan pamit pada mereka.

Rasanya tak sanggup jika bertemu dengan pujaan hatinya yang sedang berbahagia, sementara hatinya sedang nelangsa.

Salma melangkah menuju pintu samping, samar-samar ia mendengar bunyi kecipak air diiringi dengan teriakan anak kecil dari arah kolam renang. Rasa penasaran membuatnya berbelok ke area kolam renang. Benar saja, ia melihat seorang bocah yang sepertinya akan tenggelam. Salma tak melihat orang lain disekitarnya, ia segera berlari dan tanpa pikir panjang menceburkan dirinya yang tak pandai berenang ke dalam kolam. Untungnya kedalaman kolam madih sebatas lehernya, jadi Salma berjalan di dalam air hingga mampu menjangkau bocah yang kini sudah kehabisan nafas.

Dari arah rumah, terdengar riuh orang-orang yang terlihat terkejut dan panik melihat anak kecil yang tadi tenggelam.

Salma mengangkat anak kecil yang sudah lemah itu dan membawanya ke tepi kolam.

"Bimo! Ya Allah, Bim ...." jerit seorang wanita paruh baya.

Orang-orang segera mengerumuni anak kecil yang bernama Bimo itu. Sementara itu, Salma mulai keluar dari kolam renang dibantu oleh Aiden. Seluruh pakaiannya sudah basah kuyup. Freya datang dengan membawa handuk lebar untuk Salma.

"Lo nggak apa-apa kan, Sal?" Khawatir Freya.

"Nggak apa-apa kok. Gue masih bisa jalan di dalem air tadi."

Tampak Freya dan Aiden bernafas lega mendengar penuturan Salma. Pasalnya, mereka tahu jika Salma tidak pandai berenang.

Terdengar suara batuk dari Bimo juga membuat semua orang dewasa yang ada di sana bernafas lega. Segera Bimo dibawa oleh sang ayah yang sangat khawatir, masuk ke dalam rumah.

Grandpa yang juga ada di situ melihat Salma yang sudah basah kuyup, segera menyuruh Freya untuk membawanya ke kamar.

"Suruh Salma ganti pakaiannya, Frey." Perintah Grandpa.

"Iya, Grandpa. Ayo, Sal." Freya menuntun Salma yang menggigil menuju kamarnya.

Salma merasa apes sekali hari ini. Cintanya kandas dan sekarang ia sudah basah kuyup di depan mantan calon masa depannya.

🍓🍓🍓🍓

Tbc.


Tes ... tes... malem-malem gini ada yang mau ngasih vote gak ya??

Mas Bos, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang