Chapter 15

1.3K 127 9
                                    

Abyan sempat sedikit tersinggung dengan ucapan Salma yang mengatakan bahwa dirinya gagal move on. Asistennya itu terlihat senang menertawakannya. Memang tidak salah sih yang diucapkan Salma. Tapi itu dulu, sekarang 'kan ia sudah mampu menatap ke depan. Ke arah mana hatinya akan ia labuhkan selanjutnya.

Walaupun pagi itu Salma terang-terangan menolak dirinya, namun hal itu bukan masalah. Saat itu Salma menganggap pengakuannya hanya sebagai penghibur kesedihan setelah gadis itu dicampakan. Tapi sekarang, ia takkan menyia-nyiakan kesempatan yang sudah terbuka lebar agar bisa mendapatkan hati sang asisten.

"Pak Bos!" Suara teriakan Salma dari dalam, membuyarkan lamunan Abyan.

Atasannya itu sedang menikmati waktu sore dengan berenang di private pool, di luar kamarnya.

"Pak, Bimo video call nih." Ujar Salma mendekat dan mengarahkan layar ponsel pada Abyan, sambil duduk bersimpuh.

Abyan menyapa putra semata wayangnya dari tepian kolam renang. Dengan tangannya yang basah, ia mememgang perelangan tangan Salma untuk mengarahkan kamera agar tepat mengenai dirinya.

Basah, dingin, berotot. Apa bosnya tidak sadar kalau sudah membuat jantung gadis perawan ini berdebar. Kalau saja Salma bisa bercermin, pasti ia semakin malu karena wajahnya yang bersemu merah. Salma menunduk, tak berani menatap ciptaan Tuhan di depannya. Hingga ia tak sadar jika sejak tadi Bimo memanggil dirinya.

"Mama! Iya kan, Ma?" Bimo berseru namun Salma tak kunjung menyahut.

Melihat itu pun, Abyan ikut memanggilnya, "Salma!"

"Eh. Iya, Pak?" Sahut Salma kaget.

"Kamu ngelamun ya? Dari tadi diajak Bimo ngobrol. Dia tanya tuh, iya apa nggak katanya."

"Hah?" Salma menampilkan raut wajah kebingungan.

"Udah jawab aja iya."

"Ee ... Iya, Bimo sayang. Iya." Jawab Salma akhirnya.

"Yeay!!!" Seru Bimo dari ujung sana. "Kalo gitu Papa sama Mama bikinin adik yang banyak ya buat Bimbim. Bye Papa, bye Mama ...." setelah itu Bimo langsung mematikan sambungan video call mereka.

Mata Salma seketika terbelalak. Salma terkejut bukan main mendengar omongan Bimo tadi. Apa katanya? bikin adik? Sedangkan Abyan melihat ekspresi asistennya itu berusaha menahan tawa. Kemudian ia naik, menyudahi kegiatan berenangnya.

"Hah? Maksudnya apa sih?" Salma kebingungan. "Emang bimo nanya apa sih, Pak kok ada 'bikin adik' segala?" Tanya Salma.

Abyan tertawa kecil dan menggeleng, "makanya jangan melamun. Bimo kira kita lagi bulan madu di sini. Makanya dia minta adik."

"Astaga! Kok dia bisa ngira kayak gitu? Tau dari mana dia soal 'bulan madu bulan madu'?"

"Ya siapa lagi kalo bukan omanya." Sahutnya.

"Lagian, apa yang kamu pikirin sampe melamun? Heumm?" Tanya Abyan lirih. Matanya yang berubah sendu menatap tepat pada mata coklat Salma.

Salma gugup bukan main. Ia mencoba mengalihkan pandangan dari tatapan Abyan. Namun saat ia menunduk, malah pahatan perutnya Abyan makin membuat Salma panas dingin.

"Sal?" Panggil Abyan lembut.

"I - iya, Pak." Salma gugup, masih menunduk tak berani membalas tatapan Abyan.

Abyan gemas sendiri melihat sikap Salma. Ia jadi ingin menggoda gadis itu. Abyan ingin tahu sampai di mana Salma akan bertahan.

"Kamu, mau berenang?"

Mas Bos, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang