♨️Part 006♨️

14 7 1
                                    

Happy Reading Fren♡

♨️♨️♨️♨️

Ke esokannya Bea sudah siap dengan seragam sekolah. Gadis itu duduk di kursi meja makan sendirian. Kali ini ia hanya memakan roti untuk mengganjal perut. Sejak malam ia tak bisa tidur. Gadis itu menunggu bundanya.

Wanita paruh baya itu bilang jika ia akan pulang agak malam tapi kenyataanya sampai menjelang pagi pun wanita itu tak kunjung datang. Bea semakin cemas apalagi sekarang jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh artinya tinggal beberapa menit lagi bell sekolahnya akan berbunyi ia harus segera berangkat. Namun, ia tak melihat tanda-tanda jika wanita paruh baya itu akan kembali, gadis itu semakin di rundung gelisah. Ia bingung antara berangkat sekolah atau menunggu sampai bundanya di rumah.

Drt...drt...drt...

Bea, lu dimana? Sebentar lagi bell bunyi. Lu gak masuk?

Sepertinya aku tidak masuk Nora. Tolong izinkan aku yah. Bilang jika aku sedang tidak enak badan.

Lu sakit? Sakit apa? Lu kok gak ngomong ke gue.

Tidak, aku hanya pusing saja. Kamu tidak---

Gadis itu tak melanjutkan ucapannya. Ia langsung mematikan telfonnya sepihak saat mata itu menangkap siluet seseorang yang sejak tadi ia tunggu kedatangannya.

"Bunda."

"Bunda gapapa, 'kan?" Gadis itu mengekori langkah bundanya dari belakang.

"Kenapa bunda tidak pulang tadi malam?"

"Bea, tidak bisa tidur. Bea terus kepikiran sama, Bunda."

"Kau bisa diam tidak!" bentak bundanya membuat gadis itu mundur beberapa langkah sebab keterkejutannya.

"Bunda capek. Lebih baik buatkan bunda teh sekarang!" lanjutnya dengan tegas yang langsung di angguki oleh Bea.

Gadis itu melepas ranselnya. Ia berjalan ke dapur membuatkan teh untuk bunda. Tidak butuh waktu lama, secangkir teh hangat sudah berada di tangannya. Ia berjalan perlahan menghampiri wanita yang duduk dengan kaki bersila di sofa ruang tamu.

Rumah Bea tidak lah besar. Jarak antara ruang tamu dan ruang makan hanya di batasi oleh kayu saja.

"Ini tehnya, Bunda."

Wanita itu langsung mengambilnya dan menyeruput tehnya.

Bea ikut duduk di depan bundanya. Ia menatap lekat wajah wanita yang telah memberikan kehidupan untuknya. Ia merasa ada sedikit yang aneh dari wanita paruh baya itu,"B-unda terlihat sangat lelah. Kalau boleh Bea tahu bunda dari mana semalaman ini?"

"Dan itu apa. Banyak sekali belanjaan, Bunda?" Tak sengaja melihat beberapa paperbag yang tergeletak di samping bundanya.

"Kau ini cerewet sekali. Kalau kau tidak bisa memberikan bunda uang setidaknya jangan ikut campur urusan bunda."

"Bea hanya bertanya, bunda. Apa salahnya?"

"Kenapa yang bunda katakan hanya lah uang, uang, uang dan uang saja."

"Kau itu bodoh sama seperti papamu tidak bisa memberikan uang yang banyak untuk Bunda."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Eligere [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang