♨️Part 005♨️

18 9 3
                                    

Satu minggu kemudian...

Seorang gadis membuka perlahan pintu kamar dan satu tangannya yang berusaha menekan-nekan sisi kepalanya yang sakit, ia berusaha meredakan rasa nyeri yang menghantam kepalanya dan  bersamaan dengan itu ia berteriak memanggil seseorang yang telah melahirkannya ke dunia.

Langkahnya tak berhenti hingga suara bariton yang berasal dari dapur mengalihkan, membuat gadis itu segera berjalan ke sana.

"Gak usah teriak-teriak, Bea. Bunda gak budeg!"

Ia melihat bunda sedang memotong bawang dengan celemek yang melekat di tubuhnya. Gadis itu ragu melangkah lebih dekat tapi ia tak mengurungkan niat untuk tak membuka suara. "B-unda, boleh gak Bea pinjam uang bunda dulu?" tanyanya seperti sebuah gumaman saja tapi sudah mampu terdengar di telinga wanita paruh baya yang masih terlihat mudah itu.

"Apa katamu?" Wanita paruh baya itu langsung menghentikan irisannya pada bawang saat mendengar pertanyaan putrinya.

"P-injam uang," cicitnya mengulang.

Wanita itu melengos. Melihat ke arah lain,"Gak! Bunda udah kasih uang satu bulan ini untuk kamu! Tidak ada uang lain atau pinjaman lainnya!" tegasnya kembali melanjutkan aktifitasnya.

"Tapi uangnya gak cukup, Bunda," sanggah Bea.

"Kepala Bea sakit. Bea butuh uang buat naik angkot sama periksa ke rumah sakit, Bunda."

"Itu urusan kamu! Mau tidak mau kamu harus menghemat!"

"Dan salah kamu sendiri yang gak becus jaga diri!"

"T-api, Bund--"

"Bisa gak? Gak nyusahin orang mulu, Bea."

"Lihat kakak mu, dia sudah sukses. Setiap bulan ngirim bunda uang gak kamu cuma minta uang doang!" lanjut bundanya kemudian pergi meninggalkan Bea begitu saja.

"Lagi dan lagi bunda mengatakan hal yang sama," lirih gadis itu menatap sendu punggung wanita paruh baya yang semakin jauh dari pandangannya.

"Sekarang kemana lagi aku harus meminta bantuan?" monolognya.

Ah mungkin Delwin. Siapa tahu dia bisa. Hanya dia satu-satunya harapanku saat ini.

Hallo, Delwin

Apa sih? Ganggu gue ngegame tahu gak.

Sebelumnya maaf kalau aku ganggu. Aku cuma mau minta anterin ke rumah sakit. Boleh gak?

Lu punya kaki kan? Jalan aja sendiri!

Kepalaku sakit Delwin. Aku takut nanti kalau pingsan di tengah jalan.

Naik taxi kan bisa. Ribet amat hidup lu!

Bea gak ada uang.
Lirihnya sambil menunduk.

Sekere itu lu? Sampai buat naik taxi aja gak ada?

Aku mohon Delwin. Sekali ini saja. Tolong aku. Bea mohon jangan nolak.

Eh siapa lu berani-berani ngatur gue? Terserah gue lah mau apa gaknya, hidup-hidup gue.

Eligere [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang