Kring...Kring...kring...
Bea berjalan keluar kelas dengan lengkungan yang terus terukir di bibir tipisnya. Gadis itu duduk di bangku depan kelas. Ia sedang menunggu seseorang yang satu bulan ini sudah mengisi kekosongan dalam hatinya.
"Nugguin Delwin?" Seseorang tiba-tiba sudah berdiri di sampingnya. Seorang gadis dengan wajah khas baby face-nya itu sedang menatap Bea dengan alis terangkat.
Bea hanya tersenyum menimpali pertanyaan sahabatnya itu.
Senyuman itu sudah cukup membuat gadis yang kerap di panggil Nora itu mengerti akan apa jawaban Bea. "Gak mau pulang bareng gue?"
"Gak, deh. Kasian Delwin. Nanti nyariin lagi kalau aku pulang duluan."
Nora hanya mengangguk-anggukkan kepala. "Yaudah, gue duluan. Nanti kalau ada apa-apa langsung hubungin gue."
Bea mengangguk, setelahnya Nora langsung berpamitan pada Bea.
Gadis itu mengayunkan-ayunkan kakinya. Ukiran yang ada di ujung bibirnya masih terpantri indah. Ia juga tak ada henti-hentinya melihat ke sana kemari mencari keberadaan pria bernama Delwin Hamilton itu.
Koridor nampak terlihat sepi tidak ada satu pun manusia yang berlalu lalang atau yang bisa di jangkau oleh penglihatan Bea. Mungkin hanya dirinya yang ada di sini. Dengan rasa nyeri yang tiba-tiba menyerang punggungnya Bea mencoba berdiri dari duduknya. Ia mencoba menghilangkan rasa pegal pada bagian punggungnya.
Tanpa ia sadari satu jam sudah berlalu. Selama itu ia berdiri dan mendudukkan tubuhnya berulang-berulang, jika di rasa mulai pegal ia akan berdiri lalu duduk kembali setelah rasa itu hilang. Tapi sampai sekarang pun ia sama sekali tak melihat Delwin bahkan batang hidungnya saja Bea tak melihatnya.
Gadis itu menghela napas panjang. Melihat matahari mulai tenggelam Bea mengambil ponselnya, melihat jam angka yang tertera di layar miliknya.
Pupil gadis itu seketika membesar. Ia bahkan sudah membekap mulutnya sendiri. Ini sudah sangat lebih dari jam pulang. Terpaksa atau gak-nya ia harus pulang sekarang.
"Maafin aku Delwin tapi aku harus pulang. Aku gak bisa nunggu lama lagi," gumannya setelah itu berjalan meninggalkan tempat itu.
Di tempat lain, seorang pria mengendari motor besar dengan seorang gadis yang ada di jok belakangnya. Mereka terlihat seperti sepasang kekasih. Tangan gadis berkulit gelap eksotis itu melingkar sempurna di pinggang pria di depannya.
Gadis itu tersenyum licik mengingat nama seseorang yang terlintas di pikirannya.
Tidak akan gue biarin lu bahagia. Justru lu akan semakin menderita karena keputusan lu sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eligere [On Going]
RandomWarning : Di mohon untuk follow sebelum membaca!!! ***** "Bunda." "Apa? Gak usah teriak-teriak bunda gak budeg." "Boleh gak Bea pinjam uang bunda dulu?" tanya Bea sedikit ragu. "Gak! Bunda udah kasih kamu uang untuk satu bulan ini!" "U-angnya gak cu...