Part 56

5.6K 469 5
                                    

Allah tak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan manusia.
.
.
.
Serpihan Senja

Meski kejadian telah berlalu, namun kejadian itu tak jua pergi dari benak. Para santri sibuk membicarakan kejadian di sela-sela aktivitas mereka. Bahkan saat menyetor hafalan pun, mereka gunakan untuk membicarakannya.

"Siapa akhy itu? berani sekali dia menyelakai kesayangan Pesantren." geramnya.

"Siapapun dia, semoga dia mendapat karma yang setimpal!!"

"Siapa sih yang bawa dia kemari dan siapa yang dia cari? gegara dia, Ust kesayangan kita jadi terbaring di Rs." ujarnya.

"Ssst, jangan keras-keras ngomongnya. Kalian ga mikirin hatinya Zahlia? biar gimanapun, dialah yang paling terpukul atas kejadian itu." ujarnya.

"Tetep aja ukh, pemuda itu bisanya bikin masalah aja!!" geramnya.

Zahlia bungkam dan memilih menyendiri di bawah pohon. Niatnya memaknai kitab malah mendengar geraman mereka. Meski suaminya sudah boleh pulang dan beristirahat di rumah barunya. Tetap saja membuat hatinya teriris.

Sementara di kantor keamanan, ada seorang pemudi yang terus memohon agar kakaknya di bebaskan dari ruangan khusus tersebut. Ia tau bahwa ruangan itu sangat sempit dan sama sekali tak nyaman untuk di gunakan.

"Ana mohon akhy, tolong bebaskan mas saya." mohonnya.

"Afwan ukh, ini sudah peraturan disini!!" tegas Rafan.

"Mas saya tidak gila, dia hanya terganggu psikisnya. Ayolah akhy, ana mohon." melasnya.

Harus dengan cara apalagi ia memohon agar kakaknya di bebaskan. Sebagai adik, dia tak tega melihat kakaknya terkurung disana.

Dia menghapus air matanya dan pergi ke ruangan tersebut yang sebelumnya ia sudah meminta ijin ke Rafan. Toh, disana ada Gus Fatah dan kang Zein yang menjaganya.

Zahlia yang awalnya melamun, tersadar, saat melihat akhwat yang ia kenali masuk ke ruangan khusus itu seorang diri dalam keadaan menangis. Siapakah dia?

Ia pun bangkit dan mencari tahu semuanya dari balik jendela ruangan itu. Apakah mungkin dia itu, kakaknya? karna ia harus tau, siapa pemuda itu yang telah membuat suaminya mengalami kebutaan.

"Boleh saya berbicara dengannya?" tanyanya kepada Gus Fatah.

"Tafadholy ya ukhty."

Dia hanya bisa melihat kakaknya, tengah ketakutan dari balik kaca yang menjadi penghalang mereka. Iba dan teriris, itulah yang kini ia rasakan.

"Assalamu'alaikum mas Rasyad." salamnya dan seketika, pemuda itu menghampiri kaca yang ada adiknya di balik kaca itu.

"Diandra, kaukah itu?" girangnya.

"Iya mas, aku Diandramu. Adik kesayanganmu, bagaimana kabarmu?" tanya Dian.

"tolong lepaskan mas Dian, mas takut di sini." takutnya dan melihat sekelilingnya.

"Sabar ya mas, sedang aku usahakan. Mas baik-baik disini ya?"

"Jangan tinggalin mas, mas mau ikut kamu Dian. Mas rindu kamu,"

Cinta seorang ustad killer {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang