Bagian 04

967 182 8
                                    

BUBBLEGUM 04

Membosankan. Itulah kata yang terus diucapkan Xiao Zhan sejak setengah jam yang lalu. Bagaimana tidak? Dia hanya mampu berdiam diri di tangga lantai dua dengan ponsel di genggaman, menunggu Wang Yibo yang tak kunjung muncul. Sembari tetap setia menanti, dia bermain games mengandalkan fasilitas yang disediakan. Untuk sesaat dia melupakan kebosanannya dan tenggelam ke dunia games, tapi ketika kekalahan merundung timnya, tiba-tiba suasana hatinya berubah kacau. Hal itu membuat Xiao Zhan malas memainkan games di ponsel lagi.

Tidak tahan untuk terus menanti, pada akhirnya dia menyerah dan memutuskan pulang lebih dulu. Masa bodoh dengan permen karet. Jika Wang Yibo tidak memberikan sebungkus, maka tidak ada pertemanan di antara mereka. Kurang lebih begitulah isi pemikirannya.

Xiao Zhan menyusuri jalanan dengan perasaan dongkol. Matanya sesekali melirik pada mini market maupun toko swalayan yang dulu sering dia singgahi. Bersama teman masa kecilnya mereka akan menghabiskan uang jajan hanya untuk membeli berbungkus-bungkus permen karet dan bermain hingga permen-permen itu habis. Rasanya Xiao Zhan ingin kembali ke masa-masa itu. Saat di mana semuanya terasa menyenangkan.

Sebuah tangan mengulurkan sebungkus besar permen karet tepat di depan wajah Xiao Zhan. Sontak saja membuatnya terkejut, tapi tak memperlihatkan sedikit pun kemarahan atau perasaan negatif lainnya. Wajah Xiao Zhan yang semula menekuk ke bawah kini berubah cerah. Senyumnya merekah dengan lebar dan menatap kagum pada bungkus permen karet yang segera berpindah kepemilikan.

"Kita berteman?" tanya Wang Yibo yang tampak masih memburu napas. Dia berlari cepat dari sekolah hanya untuk membeli permen tersebut dan terbur-buru pula mengejar Xiao Zhan. Untungnya pemuda itu belum sampai ke rumah dan masih berada di pertengahan jalan.

Dengan semangat tinggi Xiao Zhan mengangguk seraya menjawab, "Ya, dengan sogokan permen karet." Tak butuh waktu lama untuk memindahkan tempat singgah sang permen karet dari baringan nyaman di dalam bungkus plastiknya kini sudah bergerak liar di mulut Xiao Zhan yang terus tersenyum.

Wang Yibo yang melihat pancaran di wajah pemuda itu, tidak bisa untuk tidak ikut berbahagia. Nyatanya begitu sederhana membuat sebuah pertemanan. Dia pun melakukan hal yang sama, memakan permen karet yang di beli berbarengan dengan milik Xiao Zhan.

"Kau terlihat sangat menyukai permen karet itu, aku jadi cemburu," celetuk Wang Yibo tanpa dasar.

Hal itu spontan mengundang perhatian Xiao Zhan yang langsung melirik ke arahnya dengan tatapan aneh. "Cemburu?" tanyanya dengan nada sedikit geli. "Kau tidak normal?!" langkah kakinya bergerak menjauh, memberi jarak di antara mereka.

Mengerti dengan maksud Xiao Zhan, Wang Yibo bergerak cepat mendekatinya dan menepuk jidat pemuda itu. "Apa yang kau pikirkan, bodoh? Aku bahkan tidak tertarik dengan laki-laki," Wang Yibo mengatakannya dengan bersungguh-sungguh. Memang benar adanya jika dia bukanlah seorang penyuka sesama jenis, tapi hanya tertarik dengan seseorang yang kebetulan seorang laki-laki.

"Sudah kuduga, tidak mungkin kau begitu cuek pada orang yang kau sukai."

"Apa kau sedang menyatakan jika aku akan berbaik hati pada seseorang yang aku sukai?"

"Ya, tentu saja."

Tatapan mata Wang Yibo berubah, demikian juga dengan perasaanya yang mulai menemui titik terang. Kepalanya condong ke arah Xiao Zhan dan dengan nada menggoda dia berkata, "Jadi, apa menurutmu aku menyukaimu?"

Xiao Zhan menatap jijik pada ekspersi Wang Yibo yang terlihat mengerikan dengan senyum miring. Sebelah tangannya bergerak menjauhkan kepala pemuda itu dan mendengkus. "Tentu saja tidak. Kalau kau menyukaiku, pasti sudah berbuat baik sejak pertama kita bertemu. Bukannya membuat kesal setiap saat."

"Hei, bagaimana dengan permen karet?!" sahut Wang Yibo cepat. Memburu perkataan Xiao Zhan.

"Itu bayaran pertemanan."

"Jadi, ada bayaran lagi untuk menjadi kekasihmu?!" Wang Yibo bertanya iseng. Sama sekali tidak mengharapkan jawaban dari yang bersangkutan. Mengingat reaksi Xiao Zhan ketika mempertanyakan kenormalannya. Sudah pasti pemuda itu tidak akan menanggapi omong kosong seorang pemuda lainnya mengenai kekasih.

"Tentu saja."

Jawaban Xiao Zhan itu sedikit membuat Wang Yibo tersenyum, tapi dia berusaha menyembunyuikan kesenangannya dengan bertanya, "Apa? Menanam saham di pabrik permen karet atau membeli pabrik permen karet?" Pemikiran itu terlintas begitu saja.

"Dua-duanya." Xiao Zhan masih sangat santai dengan pembicaraan mereka yang terkesan bercanda.

"Ck, matre! Calonmu pasti akan mundur lebih dulu."

Kali ini Xiao Zhan mulai merasa tidak senang. Bukan karena perkataan yang Wang Yibo lontarkan, melainkan karena topik pembahasan yang mereka bicarakan. Xiao Zhan tidak tertarik menjalin hubungan bersama siapa pun untuk saat ini, sehingga merasa risih ketika dihadapkan dengan percakapan tersebut. "Kenapa membahas itu? Kau menyukaiku? Menggelikan. Aku laki-laki, pasti pihak perempuan yang meminta mahar."

Kedua alis Wang Yibo menyatu dengan apik. Pandangan matanya sulit diartikan melihat pada pemuda yang berjalan di sampingnya. "Kau ngebet nikah?" tanyanya santai.

Nyaris saja kedua bola mata Xiao Zhan meloncat dari tempatnya, mendengar pertanyaan tak masuk akal itu. Tangannya melayang ke kepala bagian belakang Wang Yibo dan berseru, " Kau gila!"

Wang Yibo meringis pelan dengan tangan mengelus bagian yang menjadi korban kekerasan teman barunya itu. Dia hendak protes dengan berbagai kalimat yang sudah berada di ujung tenggorokan, tapi terpaksa ditelan lagi. Xiao Zhan mencekal tangannya dan menahan tubuh Wang Yibo di pinggiran tembok, tepat di belokan sebelum ke arah rumah mereka. Tidak sempat mempertanyakan apa-apa, tangannya kembali ditarik ke arah mulut Xiao Zhan. Hal itu sempat membuat Wang Yibo nyaris kejang-kejang karena berpikiran aneh. Namun, dia harus menelan ludah dengan kasar. Xiao Zhan mengeluarkan permen karet dalam mulutnya dan ditaruh di telapak tangan Wang Yibo.

"Ada Chen Ge di depan, aku tidak mau ketahuan." Xiao Zhan jalan lebih dulu meninggalkan Wang Yibo yang masih bengong.

Setelah sadar dengan kejadian yang menimpanya, dia berseru nyaring, "Xiao Zhan!"

Tawa renyah mengalun lembut dari bibir pemuda yang bersangkutan. "Jangan buang sampah sembarangan, Yibo!" teriaknya tak kalah kencang.

Bubble Gum ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang