BUBBLEGUM 08
Keheningan di atap dan embusan lembut angin yang menyapa tubuhnya, Wang Yibo diterpa kegundahan. Mengenai perasaan yang selama ini disimpannya sendirian. Ada dorongan yang seakan memaksanya untuk mengatakan perihal itu pada sosok Xiao Zhan, pemuda yang disukainya sejak duduk di awal sekolah dasar. Sosok yang tanpa sadar telah memaksanya kembali ke kota ini, meski tanpa ditemani oleh kedua orang tuanya. Dalam dua minggu dia berada di sekolah yang sama dengan Xiao Zhan dan mulai menjalin pertemanan yang dekat, membuat perasaanya semakin tak terkendali. Membesar dan sulit ditahan. Rasanya sangat mengesalkan ketika dia harus berbagi Xiao Zhan dengan orang lain, bahkan Xiao Chen sendiri yang notabene kakak laki-laki pemuda itu.
Berulang kali Wang Yibo menghela napas sampai akhirnya dia benar-benar terlelap dan tidak menyadari telah melewatkan hampir semua jam pelajaran hari itu. pertama kalinya Wang Yibo bolos setelah sepuluh tahun berlalu, karena setelah jauh dari Xiao Zhan dia perlahan berubah. Itulah mengapa banyak orang yang mengenalnya dulu mendadak hilang ingatan tentang dia yang sangat berbeda.
Wang Yibo yang sekarang terbilang tampan dan tanpa celah, sangat berbanding terbalik dengan dirinya yang dulu seperti seorang gadis manis. Tak heran jika Xiao Zhan bahkan sampai tidak mengenalinya dan dulu Wang Yibo menggunakan nama yang berbeda.
"Yibo," panggil Xiao Zhan. Mengguncang tubuh Wang Yibo yang terbaring di kursi panjang atap sekolah.
Merasakan gangguan dalam tidurnya, perlahan kelopak mata Wang Yibo terbuka dan mendapati Xiao Zhan yang menatap ke arahnya.
"Sudah kuduga kau ada di sini," kata Xiao Zhan datar. Menyerahkan tas hitam milik pemuda yang masih berusaha menguasai kesadaran. "Kata Guru Lie hukuman kita sudah dipotong, jadi mulai hari ini semuanya berakhir." Senyuman lebar terpatri di wajah Xiao Zhan. Demikian halnya pada Wang Yibo, tapi itu bukanlah senyuman yang tampak bahagia dan Xiao Zhan menyadari hal itu. menatap penuh tanya pada pemuda wang. Sejak pagi sikap Wang Yibo sangat aneh dan entah apa yang mendasari semua itu. yang jelas Xiao Zhan tidak menyukai hal tersebut.
"Yibo, ada apa denganmu? " Xiao Zhan mendudukkan diri di kursi yang bersebelahan dengan Wang Yibo. "satu hari ini sikapmu sangat aneh," lanjutnya lagi.
Wang Yibo bangkit dari baringannya dan duduk menghadap Xiao Zhan. Kini mata mereka saling beradu dalam hening. Tidak bisa lagi Wang Yibo menahan segala perasaanya, dia sudah bertekad akan mengungkapkan pada pemuda yang masih bergeming menanti ucapannya.
"Zhan," gumam Wang Yibo. Tatapan matanya sama sekali tidak berubah. "Aku menyukaimu."
Bola mata Xiao Zhan melebar, terkejut dengan perkataan yang sangat mendadak itu, tapi dia berusaha menetralkan keterkejutannya dan berpikir positif tentang hal itu. "Tentu saja aku tahu." Dia terkekeh pelan.
Wajah yang semakin serius terpampang di depan mata Xiao Zhan, tidak pernah sekali pun selain saat ini Wang Yibo terlihat separti ini. Membuatnya dirundung gelisah.
"Aku menyukaimu, Zhan. Lebih dari apa yang kau pikirkan, bukan sebagai seorang teman sekolah yang kebetulan sekelas, bukan pula sebagai sahabat, apalagi tetangga. Aku menyukaimu seperti papaku yang menyukai mamaku," jelas Wang Yibo. Memperhatikan gerakan-gerakan gelisah pemuda di hadapannya. Tampak kebingungan yang besar di mata Xiao Zhan.
"Tidak perlu bingung mencari jawaban yang tepat. Itu pernyataan bukan pertanyaan." Bangkit berdiri dan menyingsingkan tasnya di bahu. "Ayo, pulang," ajaknya dan berjalan lebih dulu diikuti oleh Xiao Zhan yang enggan berjalan berdampingan.
.
Seperti biasanya, Xiao Zhan tidur terlalu larut sehingga susah bangun ketika pagi. Namun beruntung karena tetangganya masih berbaik hati untuk membangunkan seperti biasa. Dengan kecanggungan yang tampak kentara di wajah Xiao Zhan dia mengucapkan terima kasih, padahal tidak pernah sekalipun dia mengatakan hal itu sebelumnya.
Sepanjang perjalan ke sekolah pun hanya diisi keheningan yang mencekik. Mereka sama-sama bingung memulai pembicaraan dari mana. Terlebih bagi Xiao Zhan, dia merasa sangat ingin menghindari pemuda di sampingnya. Ketika mereka tiba di sekolah, Song Zu Er menghampiri dua seniornya tersebut dan membawa Xiao Zhan menuju perpustakaan, sementara Wang Yibo melanjutkan perjalanan memasuki kelasnya dengan lesu.
Semuanya berubah. Wang Yibo sangat menyadarinya dan merasa bersalah di saat yang sama. Seandainya dia tidak egois dengan mengungkapkan perasaan aneh nya tersebut pada Xiao Zhan, mungkin pemuda itu masih dekat dengannya.
Tak jauh berbeda dengan Xiao Zhan. Dia merasa bersalah atas apa yang telah terjadi di antara mereka. Pandangannya mungkin terarah pada Song Zu Er, tapi pikirannya melang-lang buana entah ke mana saja. Memikirkan kerenggangan hubungannya dengan Wang Yibo, namun yang paling besar terbesit di benaknya adalah cara menghindar dari Wang Yibo. Mungkin untuk sementara. Karena bagaimanapun Xiao Zhan itu pemuda lurus yang menyukai seorang gadis cantik seperti Song Zu Er. Dia normal dan sangat normal.
"Zhan Ge."
Panggilan itu menyadarkan Xiao Zhan dari lamunannya. Memfokuskan perhatian pada gadis di hadapannya. "Zu Er, maaf," ujar Xiao Zhan dengan senyuman.
"Tidak masalah," balas Song Zu Er dengan senyum yang tak kalah manisnya. "Zhan Ge, sedang ada masalah, ya? Jika aku bisa membantu akan kulakukan yang terbaik," lanjutnnya lagi dengan lembut.
Xiao Zhan mengangguk dan tersenyum.
Tak terasa waktu bergulir dengan cepat. Bel terakhir berbunyi dan sukses menghamburkan para siswa dalam sekejap. Ruang-ruang kelas mulai kosong dan serbuan di gerbang tampak seperti gerombolan anak ayam yang banyak.
Layaknya hari-hari biasa, Xiao Zhan dan Wang Yibo membawa langkah mereka menyusuri jalan pulang. Masih dalam keheningan yang mencekam selama bermeter-meter. Wang Yibo kemudian mampir ke salah satu toko swalayan.
"Zhan, tunggu sebentar," uajrnya dan melenggang meninggalkan Xiao Zhan yang setia menunggu.
Tak sampai 15 menit Wang Yibo sudah kembali dengan sebungkus besar permen karet dan memberikannya pada Xiao Zhan yang tersenyum cerah.
"Terima kasih, Yibo," katanya seperti sedia kala. Sempat membuat Wang Yibo mengembangkan senyuman.
Mereka kembali berjalan berdampingan dengan Xiao Zhan yang tak henti-henti mengunyah permen karetnya. Namun tiba-tiba sebuah ingatan menghampiri kepala Xiao Zhan. Dengan ragu dia memanggil Wang Yibo, namun kemudian terdiam dan mulutnya terasa kelu. Pada akhirnya tidak ada kata yang tersampaikan dari mulutnya.
Pagi harinya masih seperti biasa, Xiao Zhan dibangunkan dengan ketukan penghapus pada jendela kaca di kamarnya. Namun, ada yang berbeda. Jumlah penghapus yang dikeluarkan hanya sedikit, bahkan tidak sampai setengah jumlah biasanya. Xiao Zhan menyembulkan wajah di depan jendela kamarnya dan tersenyum ragu pada pemuda di seberang.
"Yibo," panggil Xiao Zhan sebelum dia beranjank ke kamar mandi.
Dari seberang Wang Yibo menanggapi dan memberikan telinga untuk mendengar perkataan Xiao Zhan selanjutnya.
"Mulai besok tidak perlu membangunkanku lagi, Zu Er akan membantuku bangun pagi dengan menelepon-"
"Baiklah," Wang Yibo memutus ucapan Xiao Zhan dan berjalan mundur kemudian menutup jendelanya.
"Maaf!" teriak Xiao Zhan untuk terakhir kalinya.
Helaan napas kasar terdengar dari belah bibir Wang Yibo, merasa kesal akan tindakan Xiao Zhan yang menurutnya terlalu semena-mena. Pemuda itu jelas tahu jika dia menyukainya, tapi malah terlihat semakin mempererat hubungan dengan gadis bernama Song Zu Er. Xiao Zhan seperti berusaha keras untuk menunjukkan jika dia normal dan terang-terangan menolak Wang Yibo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bubble Gum ✓
FanfictionLENGKAP Apa yang kamu pikirkan tentang Xiao Zhan? "Pemuda permen karet." _____