een bericht.

55 44 7
                                    

Di dunia ini tidak ada yang kebetulan.
Semua sudah di rencanakan.

*****

Orang asing kini perlahan masuk kedalam bagian penting dari hidup Mahkota.

Pagi ini, cuaca sedikit terlalu cerah. Mata mahkota hampir tidak dapat di buka, dia terlalu lelah sampai memelar. Di pagi ini, mahkota hampir kehilangan seluruh tenaganya.

Tenaga yang kemarin dia gunakan, terkuras hingga tidak terisi dengan cepat. Dia kembali memejamkan mata dan tertidur.

Saat waktunya telah tiba, dengan sergap mahkota berjalan menuju arah toilet untuk bergegas. Dering suara handphone terus merambat lurus kearah gendang telinganya.

Bagaimana para karyawan tidak panik, sedangkan biasanya Mahkota datang lebih awal.

Mahkota berjalan dari arah toilet dengan handuk yang melilit bagian pinggang tubuhnya dengan tangan kanan yang berusaha mengeringkan rambut.

Di lihatnya handphone dari kedua ujung matanya sambil menggerutu. "Ada apa dengan mereka?"

TingTong... . TingTong... . TingTong... . TingTong... . Suara bel terus berbunyi tanpa henti.

"Siapa? Siapa?" Mahkota tersentug dan berlari ke arah pintu. "Tunggu sebentar, siapa di sana?"

Ternyata itu adalah Marisha, Mahkota dengan sangat bingung karena tiba-tiba Marisha datang di pagi hari seperti ini, di tambah dengan Mahkota yang keluar tanpa mengenakan pakaian tambahan.

"Are you okey?" Marisha terseyum melihat Mahkota.

"Ah Marisha," Mahkota dengan cepat membalikan badan. "Berbaliklah dulu, jangan melihatku."

Terdengar cekikikan marisha sangat kencang.

Mahkota berjalan masuk dan menggerutu. "Ah ini sangat memalukan, apa yang aku lakukan."

"Loh pak," teriakan Marisha. "Bagaimana dengan saya."

"Kamu boleh masuk dan tunggu saya di ruang tengah." Tembal Mahkota.

Mahkota sangat malu dan tidak bisa mengekspresikan wajahnya di hadapan Marisha. Akan tetapi, marisha terus menatapnya tanpa henti. Dia bergegas memakai kaos putih polos dan celana pendek.

Mahkota Mengepalkan kedua lengan dan menaruhnya di atas meja, dia menyuruh Marisha mendengarkan ceritanya agar dia bisa menjawab ketika mahkota bertanya.

"Marisha." Mahkota menghela nafas.

"Ya?"

"Dengarkan aku baik-baik!" menatapnya serius. "Bicaralah santai saat ini."

"Oke, what can I hear?" Jawab marisha dengan polos.

"Jika kita berdua terjebak di tengah laut. Dan kita hanya memiliki sebuah papan untuk menopang tubuh kita, akan tetapi, papan yang kita tumpangi dipenuhi rayap. Semakin kesini, papan itu rapuh dan tidak sanggup lagi menopang dua tubuh sekaligus. Di sekitar sini ada 10 hiu yang menantikan kita terjatuh. Dan salah satu dari kita harus turun agar ada yang selamat," Mahkota mengehela nafas sangat panjang. "Aku sama sekali tidak bisa berenang, sedangkan kamu adalah seorang perenang handal. Jika aku menyuruhmu turun dari papan, kamu akan mati diburu hiu saat berenang. Namun, aku tidak akan membiarkan itu. Akan tetapi, aku juga tidak mau turun karena tidak mau mati. Lalu dari cerita itu, apa yang akan kamu lakukan?"

"What kind of question?" Ujar Marisa nyaring.

"Apa yang akan kamu lakukan jika ini benar terjadi?" Mahkota memelas.

"Are you serious? Oke aku akan menjawabnya," Marisha memalingkan pandangannya. " Tentu saja, saya tidak akan turun dan mati dimakan hiu, saya tidak pernah bercita-cita mati seperti itu."

"Lalu siapa yang akan turun?" Mahkota menghampirinya.

"Tentu saja kamu, kamu akan turun untuk melindungi aku. Seseorang akan menyelamatkan barang berharga bagi hidupnya bagaimana pun caranya, walau pun taruhannya adalah nyawa." Marisha berdiri dan mentapnya.

"Kenapa aku harus menyelamatkanmu, kamu bahkan bukan sesuatu yang berharga bagiku." Jawab Mahkota sinis.

"Sungguh, aku tidak berharga?" Marisha semakin mendekat. " Jika aku turun dan dimangsa hiu, apakah ada kemungkinan yang sangat besar bahwa kamu akan selamat? kemungkinan itu sangat kecil hingga tidak dapat di deskripsikan. Kamu bahkan tidak dapat berenang jika papan itu tiba-tiba tenggelam, jika aku mati dan kamu mati siapa yang akan meneruskan bisnis ini? apakah ada yang tahu perjalanan bisnis ini selain aku? kamu tahu, para pesaing diluar sana sangat ingin meruntuhkan perusahaanmu. Dan jika salah satu dari kita tidak selamat, kamu bahkan tidak akan di ingat dan di sebut sebagi penghianat oleh sekutumu."

Mahkota hanya tersenyum tipis mendengar ucapannya.

"Tetapi aku tidak sekejam itu, aku tidak akan membiarkanmu mati dan tenggelam di mangsa hiu. Aku pasti akan melindungimu, seperti kamu melindungiku waktu itu. Aku tidak akan membiarkan salah satu dari kita mati begitu saja, aku akan mencari jalan keluarnya." Marisha berbicara dengan cepat.

"Jalan keluar seperti apa yang kamu rencanakan." Tanya kembali Mahkota.

"Aku akan berenang," jawab marisha sinis.
"Akan tetapi, sebelum berenang, aku akan mematahkan separuh papan itu dan membuatkan senapan untukmu. Aku akan menarik papan itu dan membawamu ketetepian."

"Bagaimana dengan hiunya?"

"Kamu pikir, kenapa aku membuatkanmu senapan?" Marisha semakin mendekat dan akhirnya kami saling bertatapan. "Saat aku menarik papanmu, sudah pasti hiu-hiu itu akan semakin mendekat dan memiliki banyak peluang untuk memburuku. Namun, bukan hanya hiu yang memiliki banyak peluang, kamu juga lebih memiliki banyak peluang dari pada hiu itu. Saat hiu hiu itu mendekat pada papan kita, kamu harus menyisit sirip-sirip hiu itu dengan sangat keras hingga mereka pergi menghindari dan menjauhi kita."

"Tetapi kayu itu tidak cukup kuat untuk menahan 10 hiu." Jawab Mahkota.

"Tidak masalah, selama kamu berusaha menahan hiu itu, kamu juga harus mengendalikan dan mengulur waktu. Aku memiliki kesempatan untuk berenang sangat cepat hingga ketepian. Karena mustahil hiu itu mengikuti kita sampai kedarat."

"Apakah kamu akan kuat dan yakin dengan rencanamu?" Mahkota tersenyum tipis.

"Aku sangat yakin, selama kamu bersamaku apa yang perlu aku khawatir. Kamu pasti tidak akan membiarkanku terluka bukan?" Marisha keceplosan.

"Bersamaku?" Jawab Mahkota terkaget.

Marisha langsung membalikan badannya dan kembali gugup, dia terlihat sangat salah tingkah dan tidak karuan. Begitu juga dengan Mahkota.

"Aku akan pergi ke kantor sekarang, hubungi aku jika terjadi sesuatu." Marisha bergegas pergi dengan raut wajah memerah.

******

Something Normal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang