Jadi, pasang surut telah membawaku kemari. -marisha
Malam itu, Marisha menangis dan bertingkah hebat. Dia berusaha melukai dirinya sendiri dan fatalnya dia berusaha bunuh diri dengan menggantung dirinya di tiang langit-langit rumahnya, untungnya ayah Marisa datang dan berusaha menyelamatkan marisha dari hembusan nafas terakhirnya.
Sebelum melakukan itu, Marisha menulis surat terakhirnya untuk Leo dengan kertas yang tercecer darah dari tangan yang disayat olehnya.Dear sweetheart ❤️
Yang pasti aku telah melangkah padamu waktu itu. Mungkin, itu pemikiran yang terbaik saat aku mengenalmu.
Terimakasih. Terimakasih telah bersamaku kala itu, terimakasih telah menjadi teman tawaku, aku sangat bahagia ketika berada tepat di sisimu, dan berkat dirimu hidupku lebih panjang dari yang aku bayangkan. Terimakasih, berkat dirimu aku bisa menjadi diriku yang sebenarnya. Aku yakin banyak sekali yang akan terjadi ketika kita terus bersama, dan ini mungkin hanya pelarian dari kenyataan dan di situlah kita dapat menjelajahi berbagai hal. Tetapi, aku yakin juga aku tidak akan sanggup dengan itu. Kini kamu telah menemukan wanita yang tepat, wanita yang jauh lebih baik dariku. Maaf, berkat diriku kamu melalui banyak hal yang menyulitkan. Maafkan aku, karena aku tidak dapat bersama dirimu hingga titik puncak kemenangan itu, dan percayalah padaku, aku tidak akan melupakan dirimu dan aku akan terus ada dalam titik terdalam kekosongan dirimu. Selamat tinggal, aku mencintaimu.dari Marisha.
*****Suara air dari toilet apartemen bercucur hening di telinga Mahkota. Suasana yang hening membuatnya terlalu dalam mimpi, Mahkota ingin sekali berdamai dengan Marisha tidak ingin Marisha mendiamkan dirinya lebih lama lagi, ini membuat dirinya merasa tidak tenang setiap harinya.
Kelak kembali berdiri kearah jendela dan menatap layar handphone, mencari sebuah cara dan tips di dalam internet "Bagaimana cara berdamai dengan pasangan". scroll keatas dan kebawah, akhirnya mendapatkan satu ide untuk memperbaiki hubungan dengannm dengan Marisha.
Mahkota bergegas pergi ke kantor dan membawakannya sekotak coklat dengan surat di dalamnya. Saat tiba, Mahkota duduk diruangannya dan berusaha menghubungi Marisha agar datang keruangan ini. Akan tetapi, sudah sudah mencoba Marisha tidak kunjung mengangkat telponnya.
Saat berusaha mengulur waktu, malah Martha yang datang dengan senyum yang indah. Dia datang dan menyapanya dengan bersentuhan pipi yang merah.
"Selamat siang Leo." Sapa Martha.
"Hey Martha."
"Coklat untuk siapa ini." Martha terseyum dan menyentuh kotak coklat itu.
"Coklat? Oh, itu hanya sebuah kotak coklat." Mahkota gugup dan asal bicara, lalu mengambil surat yang tertera di atas kotak itu.
"Apakah ini untukku?" Martha mengangkat kotak coklat itu "manis sekali."
"Apakah kamu mau? Ambil saja kalo begitu."
"Tantu saja, Kamu sangat romantis Leo. Darimana kamu mendapatkan coklat sebagus dan semewah ini?"
"Biasalah, kita dapat dengan mudah mendapatkan hal-hal seperti ini."
"Terimakasih leo." Martha mencium pipi Mahkota dan keluar ruangan dengan gembira.
"Tunggu-tunggu, apakah kamu tahu Marisha ada dimana?"
"Marisha?" Martha menoleh. "Apakah dia tidak memberi tahumu?"
"Ya, kemana dia.?"
"Dia tidak masuk hari ini, tenang saja dia tidak akan kenapa-napa. Jadi cobalah bersenang-senang denganku hari ini." Martha kembali bercanda, dan meneruskan langkah kakinya.
"Marisha tidak masuk kerja hari ini? Aku harus ke rumahnya." Gumam Mahkota.
Mahkota langsung berlari dan mengendarai mobil dengan kecepatan yang sangat tinggi. Setelah tiba di depan rumahnya, dia berteriak-teriak memanggil nama Marisha dan mengetuk rumahnya berkali-kali.
"Marisha, buka pintunya! Apa kamu ada di dalam?" Namun tidak kunjung Marisha membuka pintu untuknya.
"Ah, apa yang aku lakukan sekarang. Sial!" Mahkota kembali bergumam dan duduk di depan pintu dengan banyak penyesalan.
Tiba-tiba seseorang menelpon Mahkota, tanpa basa-basi dia langsung mengangkatnya tanpa melihat siapa yang meneleponnya.
"Leo." Ujar Martha sembari menangis.
Mahkota langsung melihat layar handphone. "Martha? Ada apa Martha, kenapa kamu menangis?"
"Leo, Ibu." Martha terus menangis histeris.
"Ibu? Ibumu kenapa?"
"Ibuku dibawa ke rumah sakit."
"Apa, astaga! Tunggu aku, aku akan segera mengantarmu. Tetap tenang dan berhenti menangis, kirimkan lokasi mu sekarang Martha." Mahkotalangsung menjemput Martha dengan kecepatan yang penuh lagi kali ini.
Menit demi menit berlalu, dia menemukan Martha yang sedang terduduk lemas di pingir trotoar jalan yang panas.
"Martha," teriakan Mahkota turun dari mobil dan mengangkat tubuh Martha. "Kenapa kamu duduk disini? Ayo masuk."
"Leo."
"Apa yang terjadi dengan ibumu?"
"Aku tidak tahu, pihak rumah sakit tiba-tiba menelponku." Martha kembali menangis.
"Ayo tenang tidak apa-apa." Peluk Mahkota.
"Ayo kita jalan Leo." Ujarnya memelas.
"Baiklah, sebelum kita sampai sebaiknya kamu istirahat terlebih dahulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Something Normal
Teen FictionTidak ada yang tidak sakit, mereka hanya belum di diagnosis.