Chapter 21

241 36 28
                                    

Erwin Smith. Selama hidupnya dia tidak pernah merasa dipermainkan oleh wanita manapun. Tapi perempuan muda di depannya seolah menantang kesabarannya. Pertemuan ini sudah hampir satu jam lamanya dan perempuan itu hanya membaca berkas yang diberinya sebanyak 5 kali, atau lebih.

"Cepatlah, Nona. Aku yakin berkas tersebut sangat mudah dipahami oleh pekerja kantoran manapun. Apa yang susah menurut Anda?"

Historia mengerutkan kening, "Tuan Erwin yang angkuh, saya belum bekerja, apalagi menjadi orang kantoran. Satu lagi, berhenti memanggil saya Nona, cukup Historia."

Erwin berdecih, "Bagaimana?"

Historia menutup berkas tersebut dan meletakkannya di meja kerja Erwin. Ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan, "Jadi, keluarga anda telah ditipu oleh Kenny Ackerman, ayah dari Levi. Lalu saat anda ingin mengambil Levi sebagai tawanan, anda kehilangan dia. Begitu, kah?"

"Ya."

Jujur saja, Historia tidak suka orang angkuh, namun melihat Erwin, dia berpikir dua kali. Tapi mendengar cerita Erwin membuatnya berpikir juga. Orang dewasa ini belum dewasa.

"Maaf, Tuan. Bukankah ini urusan keluarga Tuan Erwin dan Levi? Saya sebagai orang luar tidak boleh ikut campur urusan keluarga lain."

Tiba-tiba Erwin memukul mejanya kuat dan berdiri. Historia berjengit takut apalagi saat Erwin mendekatkan wajahnya pada wajah Historia.

"Aku membawamu kemari karena ingin mengajak bekerja sama, Nona. Tidak perlu menceramahiku karena jika kau menerima tawaranku maka akan kubayar kau mahal!"

Alis Erwin menukik tajam. Historia kembali menatap dokumen tadi dan kembali menatap Erwin, "Dengar, Tuan, dari yang kulihat Dokter Eren dan Levi itu sangat dekat. Aku bisa melihat mereka saling mencintai. Niat Tuan Erwin saja yang licik."

Benar. Eren dan Levi saling mencintai. Historia akui itu benar. Maka dari itu, Historia akan berhenti mengejar Eren.

"Ck!" Erwin kembali duduk di kursinya, "Aku menyesal mengajakmu bekerja sama."

"Saya merasa iba terhadap kejadian yang menimpa keluarga Anda dan keluarga Levi. Bersikaplah layaknya orang dewasa."

Historia bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu keluar. Gagang pintu digenggam, "Satu lagi, Tuan. Mendengar cerita Tuan Erwin membuat saya berpikir bahwa Tuan Erwin hanya ingin balas dendam. Bicarakan hal ini baik-baik pada kedua belah pihak dan selesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah lain. Saya permisi keluar," lalu historia keluar dari ruangan.

Erwin mencerna perkataan Historia dalam dia. Ia pun menghela nafas pelan dan berdiri dari kursinya. Matanya menatap lurus pada kaca ruangan yang menampilkan pemandangan kota.

"Nona muda itu," Erwin memijat keningnya, "Kenapa tidak pernah terpikirkan olehku. Selama ini ayah memaksaku untuk membalaskan dendam mereka. Tapi, keluarga Smith yang tersisa sekarang hanya aku."

Erwin mundur beberapa langkah dan bersandar pada meja, "Kalau aku hanya memikirkan balas dendam, tidak menikah, tidak punya anak, maka tidak akan ada yang mengurus kantor ini," lalu Erwin tersenyum kecil.

꧁༺༻꧂

Eren menutup kopernya. Hidungnya diusap dan ditutup, kemudian dia bersin-bersin lagi. Levi yang mendengar suara Eren dari ruang tamu pun berlari ke kamar Eren.

"Flu? Kita bisa undur keberangkatan."

Eren menggeleng cepat, "Aku sudah lama tidak pergi, koperku berdebu. Tenang saja," ia tatap Levi dan tersenyum kecil.

Regret || Part 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang