Perlahan, Levi membuka matanya. Dahinya mengerut kecil setelah melihat langit-langit yang sudah tidak asing baginya. Mencoba memutar kepala, Levi malah merasakan pegal pada lehernya. Akhirnya, seluruh tubuh ia coba gerakkan, dan mendapatkan hasil yang sama, pegal sekali.
"Uh," Levi memejamkan matanya. Nekat ia mendudukkan dirinya dan bersandar di kepala ranjang. Netranya ia gulirkan pada penjuru ruangan. Tidak salah lagi, ini kamarnya.
Pintu di depan kamar terbuka, menampilkan Eren dan nampan di tangannya, "Syukurlah kau sudah bangun," senyuman kecil dari Eren tepat menghantam hati Levi.
"Berapa lama aku tidur?"
Eren mendekat dan duduk di sisi ranjangnya. Nampan yang dibawanya diletakkan di sisi kasur, "Sebenarnya kau pingsan. Sekitar satu hari."
Levi mengerutkan keningnya dalam, "Apa yang terjadi?"
Eren menggeleng pelan, "Makanlah dulu. Sejak kemarin kau belum makan," mangkuk berisi bubur diangkat dan diaduk serta ditiup agar tidak terlalu panas.
"Aku ingin jawabannya sekarang."
Disodorkannya sesendok bubur ayam, "Setelah satu suapan ini."
"Aku bisa makan sendiri."
"Kalau begitu, aku tidak akan ada jawaban," Eren mulai tidak sabar akan sifat keras kepala Levi.
Di sisi lain, Levi juga malu jika harus disuapi. Dia tidak selemah itu. Menyerah, Levi pun menerima suapan Eren.
Senyum senang tercetak jelas di bibir Eren, "Singkatnya, kemarin kita kehujanan, lalu kau pingsan setelah sampai di rumah."
Sambil mengunyah, ingatan Levi perlahan kembali. Segera ia menunduk dan menatap pakaiannya, "Siapa yang mengganti pakaianku?"
"Hanya ada aku di sini."
Pipi Levi merona padam. Membayangkan Eren melepas seluruh pakaiannya dan menatap tubuh bugilnya itu benar-benar sangat memalukan.
"Hanya bercanda," Eren terkekeh melihat reaksi menggemaskan Levi, "Kemarin temanmu kemari, tepat setelah kau pingsan. Dia yang membantuku merawatmu, setengah hari."
"Dasar, kau!" Lengan kekar Eren dipukul dan tidak berdampak pada Eren, hanya geli. Kekehan kecil keluar dari bibir Eren. Levi menggemaskan sekali.
"Iya, iya, aku minta maaf," tapi Eren terus terkekeh. Itu membuat Levi semakin kesal, "Lagipula, aku merasa aneh melihat tubuh telanjang orang lain. Dulu kita hanya bertelanjang dada, tidak lebih. Jadi, aku merasa belum siap melihat tubuhmu secara keseluruhan, walaupun aku pernah."
Bubur kembali diaduk dan disuapkan pada Levi. Mendengar ucapan Eren, Levi merasa sangat kotor. Itu berarti Eren masih bersih, tidak patut bersanding dengan Levi yang sudah pernah dipakai berkali-kali oleh Erwin.
Selera makan Levi turun drastis. Apa yang akan dikatakan Eren kepadanya? Apa yang akan Eren pikirkan tentangnya?
"Apa kau jijik?"
Pertanyaan itu keluar begitu saja. Beban pikiran Levi terlalu besar sampai dia sendiri tidak sadar.
"Dulu iya, sekarang sudah tidak. Aku tahu kau tidak bermaksud demikian."
"Kau meninggalkanku saat itu," Tidak! Seharusnya kau tidak membahas ini sekarang! Bersikaplah dewasa, Levi!
Dengan perlahan, Eren memindahkan nampan dan mangkuk bubur ke meja kecil di samping ranjang Levi. Ia tatap Levi lekat.
"Yang terakhir itu tidak akan terjadi lagi, aku menjamin hal itu," Eren berkata pelan sembari mendekat pada Levi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret || Part 2
أدب الهواةCerita ini adalah cerita dari akun Angely_Luciana101 yang akan diteruskan di akun ini. Tidak ada pelanggaran hak cipta sama sekali karena saya adalah author yang sama. --- "Yang aku tahu, guru pun membuat kesalahan yang lebih besar dariku." Eren Yea...