Siang hari yang terik, jalan raya nampak ramai. Beberapa kafe terlihat penuh oleh pelanggan, berkat sinar matahari yang membakar kulit. Di salah satu kafe, duduk seorang perempuan berkucir kuda di meja paling ujung. Jarinya menekan ganas tombol-tombol pada keyboard laptop sambil sesekali menyesap kopi hitam tanpa gula. Tidak ada satu tanda yang menunjukkan kalau perempuan ini sedang bersantai.
Seorang pria berambut pirang menghampiri meja perempuan tersebut dan duduk di depannya, "Makanlah sedikit, Hanji."
"Mana bisa, Mike? Batas waktunya pukul empat nanti, aku harus segera menyelesaikannya," Hanji kembali fokus ke layar.
Mike menghela nafas pelan, "Kenapa tidak dikerjakan semalam?"
Hanji menatapnya tajam, "Karena aku malas," dan berkata penuh penekanan.
Mike menghela nafas. Ia meminum kopinya dan menatap sekitar, "Jadi kau mengajakku kemari untuk menemanimu bekerja?"
"Tepat sekali," Hanji tertawa pelan. Mike mendengus. Roti hangat rasa kopi diambil dan digigit. Suasananya memang ramai, tapi ini lebih baik daripada di kantor. Mike bersyukur sekali Hanji mengajaknya ke kafe untuk menemaninya bekerja di waktu istirahatnya.
"By the way, Mike. Apa kau masih sering berbincang dengan Levi?"
Mike menengok, "Masih. Ada apa?"
Hanji menyesap kopinya, "Sepertinya dia menemukan kebahagiaannya. Dia lebih sering berbicara."
Mike menghela nafas, "Aku baru menyadarinya. Kau tahu kenapa?"
Bahu terangkat, "Tidak. Semoga Levi tetap bahagia."
"Aku berharap demikian," Mike juga merupakan karyawan di kantor yang sama dengan Hanji dan Levi, tapi pada bagian yang berbeda. Mike awalnya hanya melihat Hanji sebagai orang aneh karena selalu mengikuti dan mengganggu Levi. Tapi ternyata mereka bersahabat.
"Bagaimana dengan Erwin?" Mike ganti bertanya.
Hanji balas mengangkat bahu, "Tidak pernah tahu. Kau sendiri teman kuliahnya, kenapa kau yang bertanya?"
"Hei, kau juga teman kuliahnya."
Hanji tertawa, "Tapi aku lebih muda dari Erwin," Mike memberi tatapan datar dan kembali memakan rotinya.
꧁༺༻꧂
Levi merenggangkan tubuhnya. Sudah waktunya pulang, tapi pekerjaannya masih tersisa sedikit, jadi Levi memutuskan untuk tinggal sebentar lagi.
Pintu kaca di belakangnya diketuk pelan. Levi memutar tubuhnya.
"Ya?" Levi beranjak dan berhadapan dengan Farlan.
Farlan memberinya senyum, "Masih menyelesaikan artikelmu?"
"Iya, bukunya sangat menakjubkan," Levi menunjuk buku di sebelah komputernya dan kembali menatao Farlan, "Aku sangat menyukainya. Terima kasih padamu."
Farlan mengangguk, "Ada klien yang mengirim naskah untuk novel mereka."
"Apa itu untukku?" Untuk proses revisi dan menyunting cerita, Levi benar-benar ahli. Untuk beberapa novel, Levi orang pertama yang membacanya karena dia yang menyunting novel tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret || Part 2
FanfictionCerita ini adalah cerita dari akun Angely_Luciana101 yang akan diteruskan di akun ini. Tidak ada pelanggaran hak cipta sama sekali karena saya adalah author yang sama. --- "Yang aku tahu, guru pun membuat kesalahan yang lebih besar dariku." Eren Yea...