Chapter 12

645 53 30
                                    

Detik berganti menit. Menit berganti jam. Jam berganti hari. Hari berganti bulan. Bulan berganti tahun. Waktu terus berjalan. Kehidupan manusia semakin maju. Lebih banyak teknologi di berbagai perusahaan menggantikan manusia. Pengangguran dimana-mana. Orang miskin terlantar di sepanjang jalan. Itu bukanlah fakta yang mengejutkan lagi untuk era baru ini.

Kini, Eren Yaeger, lulusan Universitas Trost, telah membangun rumah sakitnya sendiri dan merupakan dokter yang ahli dalam bidang anestesi bedah saraf.

Tidak tanggung-tanggung, Eren menyelesaikan kuliahnya tepat 6 tahun, membangun rumah sakit dalam waktu kurang lebih 2 tahun dan sudah dioperasikan 3 tahun lamanya.

Tapi, satu hal yang membuatnya lelah bekerja hanyalah satu dan itu membuatnya stres berat.

Pintu ruangannya diketuk. Eren segera membenahi dirinya dan membuka pintu. Terlihat wanita berpakaian minim berdiri di depan pintunya.

"Anoo... Saya sudah membuat janji kemarin," ujar wanita itu malu-malu.

Eren menaikkan sebelah alisnya dan mempersilakan wanita itu masuk. Eren mempersiapkan diri untuk hal yang tidak ia inginkan.

Wanita itu duduk di kursi yang telah di sediakan, sementara Eren duduk di kursinya.

"Jadi, apa keluhan anda?" Eren bersiap mencatat.

Wanita itu tersenyum menggoda pada Eren walau dirinya menahan malu, "Saya... Err..."

Eren menatap jengah. Bolpennya ia putar sambil menunggu jawaban pasien yang tidak kunjung menjawab, "Anda hanya ingin bertemu saya, kan?" Wanita tadi terlihat kelabakan. Eren menghela nafas kasar, "Nona, silakan pulang. Saya tidak ada waktu untuk meladeni wanita penggoda."

Wanita tadi terlihat kecewa berat dan segera keluar sambil membanting pintu. Eren kembali menghela nafas kasar.

Pintu kembali diketuk pelan. Eren tidak menjawab. Ia masih setia di kursinya. Eren bisa menebak siapa yang ada di luar. Jika bukan pasien, makan itu adalah Armin atau Mikasa. Seharusnya sekarang adalah waktunya untuk memeriksa pasien yang tadi, tapi karena pasien tadi sudah keluar, Eren kosong sekarang. Berarti yang di luar bisa jadi antara dua sahabatnya.

"Eren, aku masuk sekarang."

"Masuklah," Eren melepas kacamatanya dan memijat pangkal hidungnya.

Pintu dibuka, menampilkan sosok Armin dan satu map kertas di tangannya, "Ini. Pasien yang dirawat di kamar Lavender 5 sudah mulai pulih."

Armin menyodorkan map tadi pada Eren. Eren menerimanya dengan malas dan membaca isi berkas. Armin menatap Eren lekat. Dapat ia lihat empat kerutan di dahi sahabat karibnya.

"Eren."

"Hm?" Eren masih tetap membaca berkas.

"Kupikir kau harus mengambil cuti."

Kali ini Eren menatap Armin, "Tidak."

Armin mengerutkan dahinya, "Kenapa tidak? Ini sudah sangat gila. Kau sudah bekerja selama 3 tahun dan kau tidak ada niatan untuk berlibur?"

"Ini kewajibanku."

"Tidak. Kau harus berlibur!"

Eren menatap Armin tajam, "Aku bilang tidak. Memang apa yang orang lakukan saat berlibur? Aku tidak tahu harus melakukan apa atau harus ke mana, jadi tidak usah memintaku libur."

Armin merebut kembali berkasnya dan segera keluar dari ruangan. Eren masih kesal. Ini sudah kali kelima Armin menyuruhnya libur. Eren tidak butuh libur, memang kenapa kalau dia tidak libur?

"Hah!"

Eren segera melihat jadwalnya hari ini, memastikan bahwa setelah ini tidak ada pasien lagi. Eren pun menghubungi Armin dan bilang bahwa dia akan pulang ke Shiganshina untuk satu hari. Armin memaksanya kembali untuk libur satu minggu saja, tapi Eren terlanjur mematikan ponselnya.

Eren segera melepas jas dokternya dan turun ke basement. Mobilnya terparkir elit di tengah parkiran, dihimpit oleh mobil Mikasa dan Armin. Ia segera masuk ke mobil dan melajukannya keluar kota.

꧁༺༻꧂

Levi Ackerman. Pria berusia 35 tahun yang tengah membereskan mejanya, bersiap untuk pulang. Mejanya sudah tidak ada lagi tumpukkan kertas, sekarang ruangannya kosong. Levi memilih berhenti menjadi guru dan memilih melanjutkan hobinya di sebuah perusahaan penerbit . Levi sudah memikirkan semuanya matang-matang sejak lama, ia pun juga sudah mengundurkan dirinya sejak lama, namun sekolah masih membutuhkannya hingga akhirnya Levi mendapatkan pengganti.

Hari ini adalah hari terakhirnya sebagai guru, besok dia sudah akan bekerja sebagai editor buku. Penghasilannya lumayan, perusahaan itu sangat maju. Levi dengan bangga menjawab pertanyaan orang-orang mengenai tempat ia akan bekerja. Nama perusahaan ini sudah sangat dikenal oleh masyakat Sina, yaitu Light Esther Publisher, biasa disingkat LEP.

Awal mula Levi tertarik pada perusahaan ini pun juga menarik untuk didengar. Levi menuliskan ulasan sebuah buku karya penulis terkenal di blog pribadinya dan LEP juga membacanya. Setelah melamar pekerjaan sebagai editor, Levi pun diterima di perusahaan tersebut.

Tersenyum, Levi mengusap peluhnya dan keluar dari ruangan bersama tas punggungnya. Ia sapa beberapa guru yang masih ada di sekolah karena sekarang sudah hampir petang, sekolah sudah hampir tutup.

Levi keluar dari sekolah dan segera berhenti di halte. Poninya ia sibak ke belakang

Levi memasuki bus dan duduk di bangku yang kosong. Busnya sudah agak lenggang, tidak terlalu penuh, mungkin karena sudah petang. Ini sudah hampir pukul tujuh malam. Pada musim panas membuat siang lebih lama dari pada malam.

Levi melihat ponselnya sambil menunggu. Ia masih memasang foto Eren sebagai latar belakang layarnya. Orang-orang mulai bilang kalau Levi sudah gila karena Eren, tapi Levi tidak peduli. Eren cinta pertamanya.

Sesampainya di rumah, Levi memberi Rivaille makan dan membersihkan diri. Ia harus tidur cepat.

"Rivaille, kemari," Levi menepuk kasurnya. Rivaille pun berlari dan melompat ke kasurnya. Levi memeluk Rivaille di bantalnya dan segera memejamkan mata.

꧁༺༻꧂

To be continue.

Hae. Maaf udah bikin kalian nunggu lama. Sejak akunku yang itu nggak bisa dibuka, aku langsung down, hampir kehilangan harapan, tapi aku inget masih ada akun satu lagi. Jadinya ff ini langsung aku pindahin ke akun ini.

Tapi, sampe sekarang aku tetep down. Mau nulis aja susah banget. Hehe, lemah ya :)

Jadi, aku mau minta kalian jangan terlalu berharap ma ff ini. Aku mau istirahat bentar, nggak lama-lama. Itu aja :)

Kendal, 17 September 2020

Regret || Part 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang