Chapter 22

251 34 5
                                    

"Baiklah, nampaknya Anda pulih dengan cepat, Tuan Reiss," Eren tersenyum sambil menatap layar monitor.

Rod dan Historia bernafas lega, "Syukurlah. Berarti, rencana Ayah pulang tidak akan berubah kan, Dok?"

Eren menengok Historia dan tersenyum, "Kau menjaga ayahmu dengan baik, Hisu," kepala Historia dielus perlahan. Historia merona.

"Dokter, putriku ini menaruh rasa pada Anda," Rod terkekeh sambil menatao keduanya.

Historia membulatkan mata, "A-ayaah! Dokter Eren sudah punya kekasih."

Baik Eren dan Rod sama terkejutnya. Rod menatap Eren tidak percaya, "Apakah itu benar, Dokter?"

Eren mengusap tengkuknya canggung, "Emm... Itu benar. Dua hari lagi kami akan ke Perancis untuk menemui orang tuanya." Eren kembali menatap Historia, "Kau tahu dari mana?"

Historia menunjukkan senyum malaikatnya, "Aku pernah melihat Dokter di depan rumah sakit bersama kekasihnya. Namanya Levi, bukan? Lalu, ada pria besar yang mencoba memisahkan kalian dan mengajakku bekerja sama, tapi aku menolak. Aku ingin Dokter Eren bahagia."

Eren benar-benar tidak bisa bersuara. Mungkin ini yang dimaksud Erwin tadi sore, "Begitu, ya. Terima kasih banyak, Historia. Itu sangat berharga untukku."

Rod masih belum bisa mencerna keadaan. Ia pun menatap keduanya bergantian, "Maksudnya?"

Eren dan Historia menengok bersamaan dan terkekeh, "Rahasia!" Seru keduanya serentak.

"Astaga. Ya, sudah. Semoga pertunanganmu berjalan lancar, Dok. Kami berharap bisa mendatangi acara pernikahannya."

Eren mengangguk mantab, "Segera, Tuan. Sekarang, saya pamit dulu."

Historia mengantar Eren keluar kamar. Di depan kamar, Historia menahan lengan Eren, "Dokter."

Eren menengok dan menaikkan sebelah alisnya, "Ya?"

Historia menunduk dalam, "Aku pernah mengirim surat ke Dokter dengan inisial H.R. Aku mengenali Dokter sejak lama dan mulai menyukai. Maaf jika Dokter merasa terganggu."

Mengerjab pelan, Eren teringat dengan surat yang pernah ia dapatkan. Ah, itu, Eren mengangguk pelan, "Ternyata itu darimu. Tidak apa-apa. Aku berharap kau menemukan seseorang yang bisa kau miliki, dan orang itu juga bisa memilikimu."

Historia mendongak dan mengangguk, "Aku juga berharap Dokter Eren bahagia. Selamat atas pertunangannya, Dokter."

"Sebenarnya masih belum resmi, aku belum bertemu orang tua Levi," Eren mendongak, menatap langit-langit. Ia merasa jika orang tua dari kedua belah pihak belum mengetahui maka itu belum termasuk pertunangan. Tapi Eren selalu menganggap Levi tunangannya, "tapi terima kasih banyak, Historia."

Sekali lagi, Historia mengangguk. Eren pun pamit dan menuju ruangannya. Ia melepas jas dokter dan mengambil tas kerjanya, lalu ia keluar dari ruangan dan menuju tempat parkir. Eren memasuki mobil dan menjalankan kendaraannya ke luar perkarangan rumah sakit.

Mulai besok ia akan cuti kerja dan akan bekerja dua minggu lagi. Ia berharap acara pernikahannya bisa segera dibahas dengan keluarga Levi karena dia tidak sabar mengikat Levi hanya untuk dirinya, selamanya. Alasan lain, tadi sore setelah berbelanjs, Eren tidak sengaja melihat tubuh bugil Levi di kamar mandi yang terletak di depan kamar Eren. Eren melihat semuanya, tubuh mungil Levi entah mengapa bisa terlihat sangat seksi. Bahkan cahaya lampu kamar mandi bisa membuat pantat seksi Levi mengkilat. Bagaimana bisa?

Sadar dengan pikirannya, Eren menggeleng cepat dan kembali fokus ke jalan. Ini tidak baik, sangat! Eren tidak seperti pria bejat yang mudah tergoda oleh wanita seksi berpakaian minim. Tapi, kalau wanita itu adalah tunangannya, boleh saja, bukan? Lagi, Eren menggeleng kencang. Pikirannya benar-benar kacau. Yang paling parah, gundukan besar di balik resleting celananya. Astaga, Eren masih perjaka! Salahkan pantat mengkilat Levi!

Regret || Part 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang