"Terima kasih hidangannya. Aku sangat menyukai masakanmu," Eren tersenyum lebar sembari mengusap bibirnya dengan tisu.
"Aku senang mendengarnya," Levi tersipu. Hidangannya simpel, hanya ramen dan dumpling siap saji. Untuk minuman, Eren membelikan sake aroma buah yang rasanya ringan.
"Setelah ini kau mau pulang?"
Eren menggeleng, "Aku ingin mengetahui cerita dari masa kecilmu."
Levi nampak terkejut, "Tapi tidak ada yang istimewa. Kau bilang kau tahu semuanya."
"Aku ingin mendengarnya langsung darimu."
"Hmm..." Levi nampak berpikir. Sake kembali diminum, "Baiklah."
"Yatta!" Eren mengepalkan tangannya ke atas. Levi menggeleng pelan dan kembali meminum sake.
Mereka mengakhiri acara makan malam dengan mencuci piring bersama. Sebenarnya hanya Levi yang mencuci piring, Eren mengganggunya.
"Di mana kau akan bercerita?"
"Di kamar? Di depan TV? Senyamanmu saja," Levi meletakkan piring dan mangkuk basah di rak pengering.
"Di kamar kalau begitu," pelukan dieratkan. Eren menghirup aroma tubuh Levi lewat tengkuknya, "Kau wangi sekali."
Levi mengabaikannya dan mencuci tangannya. Pergerakannya cukup terbatas mengingat Eren memeluknya erat, "Kalau begitu, kenapa kau tidak menyiapkan camilan untuk kita bersantai nanti?"
"Wah, ide yang bagus," Eren langsung melepaskan pelukannya dan membuka kulkas.
Selesai mencuci tangan, Levi membantu Eren dengan menyiapkan nampan. Plastik belanja dibuka dan dilihat isinya. Ia ambil dua bungkus keripik kentang. Lalu Levi ambil dua gelas besar untuk wadah jus. Lalu mereka berdua masuk ke kamar setelah mematikan lampu yang tidak dipakai.
Eren meletaklan nampan di meja kecil dekat kasur merebahkan dirinya. Levi menyusul di sebelah Eren, "Kau tidak mengganti pakaianmu dulu?"
Eren menggeleng dan memeluk Levi dari belakang. Toh Eren tidak berkeringat karena ruangannya memiliki pendingin. Levi pun membalikkan tubuhnya dan menatap Eren. Eren mengecup bibirnya, "Aku siap mendengarkan ceritamu, dari awal sampai sekarang."
"Itu sangat panjang. Kau bilang kau ingin cerita masa kecilku saja."
"Aku berubah pikiran," Eren mengerucutkan bibirnya, "Kau mau?"
Levi menggeleng, "Malam ini hanya cerita masa kecilku. Selebihnya lain waktu."
Bibir Eren masih mengerucut. Jujur saja itu membuat Levi gemas. Akhirnya Eren mengalah.
"Emm... Sebenarnya aku bingung mau memulai dari mana, jadi kalau kau ada pertanyaan, tanyakan saja," Eren mengangguk paham, "Dulu, aku bernama Levina-"
"Wow, manis sekali namamu," Eren nampak terkejut.
Levi merona, "Ya, seperti itu, lah. Bisakah kau tidak memotong ceritaku. Kau boleh berkomentar di akhir cerita."
"Ups, maaf," Eren menutup mulutnya rapat.
Levi menghela nafas pelan, "Dulu, aku dan keluargaku hidup bahagia sekali, sangat berkecukupan. Bahkan Ayahku membuatkan Nenekku rumah megah untuk anggota keluarga singgah, karena anak dari Nenek cukup banyak.
"Kemudian, saat aku berumur 12 tahun, sifat Ayah berubah sedikit. Dia seperti ketakutan dan sering mengurung di kamar untuk semalam. Ibu juga berubah. Dia juga ketakutan. Nenek juga bingung akan perubahan sifat mereka, tapi Ayah dan Ibu memilih bungkam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret || Part 2
Fiksi PenggemarCerita ini adalah cerita dari akun Angely_Luciana101 yang akan diteruskan di akun ini. Tidak ada pelanggaran hak cipta sama sekali karena saya adalah author yang sama. --- "Yang aku tahu, guru pun membuat kesalahan yang lebih besar dariku." Eren Yea...