Levi menatap datar benda panjang yang ia pegang. Sudah berkali-kali percobaan, hasil yang ditampilkan juga tetap sama. Ia mengusap wajahnya kasar dan menggeram.
"Aaah, apa reaksi Eren nanti?"
Entah geramannya terlalu keras atau karena hal lain, pintu kamar mandi diketuk. Si Pengetuk, tak lain dan tak bukan adalah suaminya, Eren Yeager.
"Sayang? Ada apa? Kau lama sekali di kamar mandi."
Levi menoleh cepat. Ia bernafas lega setelah ingat bahwa pintu kamar mandi sudah ia kunci, "Tidak ada apa-apa. Hanya.. sedikit.. sembelit."
"Akan kuambilkan obat. Tunggulah!"
Setelah itu, Levi mendengar suara langkah kaki menjauh. Kembali ia tatap benda panjang di tangannya lagi.
Satu tahun berlalu sejak pernikahan Levi. Eren membatalkan bulan madu mereka dan disibukkan dengan urusan rumah sakit. Ada wabah virus mematikan yang sedang merajalela hingga membuat Eren tidak bisa pulang selama lebih dari 8 bulan. Walaupun Eren dan Levi masih sempat berkomunikasi melalui ponsel, tetap saja rasanya berbeda dengan bertemu langsung. Tapi apalah daya Eren.
Beruntungnya wabah virus itu dapat teratasi setelah 9 bulan. Eren diperbolehkan pulang dan bertemu dengan istri tercintanya. Tapi Eren masih tetap sibuk. Levi tidak ingin membebani Eren, jadi ia meminum obat agar menghalanginya hamil. Eren antara setuju dan tidak setuju dengan tindakan yang dilakukan Levi. Tapi kesibukannya tetap menjadi prioritas. Sampai akhirnya, satu bulan yang lalu, Levi lupa meminum obatnya dan berhubungan badan dengan Eren satu hari penuh. Ia baru sadar setelah mengalami mual di pagi hari dan perubahan emosi yang sangat drastis.
Kemarin Levi membeli test pack dan mencobanya pagi ini. Empat kali melakukan tes, hasil yang ditunjukkan masih sama. Dia hamil.
Ketukan kembali terdengar. Levi segera menyembunyikan alat-alatnya dan membukakan pintu. Di depannya, terlihat Eren sambil membawa obat untuk mengatasi sembelit.
"He? Kau tidak sembelit, kan?"
Mata Levi membulat, "Bagaimana kau tahu?"
Eren mengerutkan keningnya, "Kau rutin buang air besar. Kau akan mengalami sakit perut. Tapi kau terlihat normal, kecuali kau lebih pucat."
Situasi ini cukup canggung menurut Levi. Dia hampir tidak pernah berbohong pada Eren, dia tidak tahu caranya. Pasti dia terlihat sedang berbohong.
"Apa yang kau tutupi? Aku spesialis penyakit dalam, Levi, bukan spesialis membaca isi hati istri."
Eren tertawa pelan saat Levi memukul pelan perutnya. Tidak sakit, hanya terasa geli.
"Kau tidak akan marah kalau aku beru tahu, kan? Janji." Levi menegakkan jari kelingking kanannya di hadapan Eren.
"Janji," Eren menautkan kelingkingnya pada kelingking Levi, "Sekarang katakan!"
Levi melepas tautan kelingking mereka dan berjalan cepat ke depan kaca kamar mandi. Ia mengambil satu alat yang tadi ia gunakan dan kembali ke pintu. Disodorkannya test pack tersebut. Eren mengerutkan keningnya. Ia mengambil alat itu dan menelitinya.
"Kau.. hamil?"
"Kau janji tidak akan marah, kan?" Levi sangat ketakutan.
Tapi Eren tertawa. Ia memeluk Levi dan menggendongnya. Dengan bersemangat, Eren memutar tubuhnya hingga kaki Levi melayang di udara.
"Untuk apa aku marah? Aku sangat senang. Justru aku tidak suka jika kau menggunakan pil anti hamil seperti kemarin."
Levi menatapnya tidak percaya, "Sungguh?"
"Iyaa. Sekarang, ayo kita makan di luar."
Eren membawa Levi keluar dari kamar mandi dan hendak keluar rumah. Levi sedikit memberontak.
"Tunggu! Mandi dulu."
"Apa itu mandi? Kita makan sekarang juga!"
"Eren bau!"
꧁༺༻꧂
Kali ini beneran tamat :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret || Part 2
FanfictionCerita ini adalah cerita dari akun Angely_Luciana101 yang akan diteruskan di akun ini. Tidak ada pelanggaran hak cipta sama sekali karena saya adalah author yang sama. --- "Yang aku tahu, guru pun membuat kesalahan yang lebih besar dariku." Eren Yea...