14

2.5K 202 28
                                    

Setelah melihat Hoseok berhasil membawa Lea pulang, barulah Jimin bisa sedikit merasa tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah melihat Hoseok berhasil membawa Lea pulang, barulah Jimin bisa sedikit merasa tenang. Pasalnya Jimin tau kalau ini bukanlah penculikan biasa, kendatipun Jimin tau kalau suatu saat Lea bisa saja diambil darinya. Tau itu bukanlah hal yang mustahil di lakukan oleh Jeon Jungkook, Jimin sadar kalau sebetulnya Jungkook hanya menunggu waktu yang tempat untuk melancarkan aksinya.

Sebetulnya Jimin sadar kalau menikahi dan menjadikan Lea permaisuri adalah kesalahan terbesar yang dia lakukan. Hal itu mungkin bisa saja berdampak buruk pada kerajaan dan tahta nya. Namun sekarang Jimin sadar, ketakutan terbesarnya adalah kehilangan Lea. Dia juga tidak bisa menahan Lea untuk tidak tau tentang asal usul dirinya sendiri.

"Lea kau baik-baik saja sayang?" Jimin memeriksa keadaan Lea yang tampak banyak diam, termenung di tempatnya berpijak.


"Maaf Yang Mulia, hamba izin pergi untuk beristirahat," bukan menjawab kekhawatirannya Lea justru malah terlihat ingin menghindari Jimin. Tentunya itu membuat Jimin merasa ada yang permaisurinya sembunyikan darinya.


"Bisa kau beristirahat di kediamanku saja? aku janji, aku tidak akan mengganggu waktu istirahatmu," Lagipun jika di kamarnya Jimin masih bisa memantau Lea, setidaknya pun Jimin tidak perlu khawatir jika sewaktu-waktu ada penyusup yang datang untuk menculik Lea lagi.

Lea menundukan kepala, "Ampun Yang Mulia, bukan maksud saya menolak ajakan Yang Mulia tapi saat ini hamba benar-benar butuh waktu sendiri."

Jimin menghembuskan nafas kuat, tidak biasanya Lea bekeras kepala seperti begini. Meski ragu namun pada akhirnya Jimin memprsilahkan Lea untuk pamit menuju kediamannya sendiri.

"Apa ada hal yang mengganjal saat permaisuri di culik?" tanya Jimin membuat Hoseok gelagapan di tanyain begitu.

Hoseok berangsur-angsur bernafas untuk menyembunyikan kegugupannya, "Ampun Yang Mulia, hasil pengejaran sama sekali tidak terjadi sesuatu yang mengganjal." Jelas itu suatu kebohongan terbesar.

"Perketat penjagaan, terutama di sekitar area kamar permaisuri. Larang segala aktivitas penduduk, terutama penduduk desa dilarang masuk ke area kerajaan." titah Jimin tidak ingin menganggap ini masalah sepele, apalagi pelaku penyusupan itu sama sekali belum tertanggap. "Periksa semua identitas penduduk maupun prajurit di istanah, jika ada yang berasal dari luar area kerajaan maka langsung dipenjarakan."


"Baik Yang Mulia," setelah itu Hoseok pamit untuk undur diri.

Terhitung baru tiga kali Hoseok melangkah sudah ada seseorang prajurit yang menabrak bahunya dan langsung berlutut di depan Jimin. "Beri aku alasan yang masuk akal agar aku bisa mengampuni nyawamu?" ucap Jimin datar begitupula dengan Hoseok yang menggerutu karna di tabrak oleh prajurit itu tadi.

"Ampun Yang Mulia, mohon ampuni hamba. Di ruang pertemuan istanah sudah ramai berkumpul para bangsawan yang protes kepada kerajaan." belum sampai satu hari Jimin sudah mendapati dua masalah.


"Hoseok, ikut aku!" perintah Jimin sambil berseru keras.

Mau tak mau Hoseok harus mengikuti perintah Jimin. Kendati Padahal harusnya dia sudah bisa beristirahat setelah tugas pengejaran tadi pagi.

Bertemani beberapa perajurit yang mengekor di belakang mereka dari kejauhan Jimin dapat mendengar kebisingan dari ruang pertemuan. Hingga saat pintu itu ia buka, serentak semua bangsawan yang berada di ruangan itu sontak terdiam. Jimin masuk kemudian langsung berjalan untuk duduk di kursi kebesarannya. "Bisa jelaskan apa yang terjadi disini?"

Seketika ruangan kembali ricuh, ada adu mulut antara kubu sebelah kanannya dan sebelah kirinya. Dimana sebelah kanan ada Tuan Jeon mertuanya dan sebelah kiri ada Tuan Jang Ayah dari Hyunji.


"DIAM!" bentak Jimin mendiamkan kebisingan yang ada. "Tuan Shin bisa jelaskan apa yang terjadi disini?" tanya Jimin acak pada salah satu bangsawan yang berada di ruangan itu.


"Ampun Yang Mulia, " Tuan Shin memberikan hormat sebelum menjawab pertanyawn Jimin, "Maafkan kelancangan kami, kami dengar bahwa permaisuri bukanlah anak kandung dari Tuan Jeon."

Terdengar bisik-bisik di dalam ruangan itu, "Siapa yang mengatakan itu pada kalian?" tanya Jimin dengan ekspresi yang sama sekali tidak terkejut.

"Tuan Jang, Yang Mulia," jawab Tuan Shin lagi.


"Apa benar itu Tuan Jang?"


"Ampun Yang Mulia, itu semua memang benar bahwa hamba yang mengatakan hal itu." kata Tuan Jang tanpa beban.

"Apa Tuan Jang tau bahwa itu sama saja dengan fitnah? apalagi yang sedang kau fitnah adalah Permaisuri?" Jimin melihat sekilas ke arah Tuan Jeon disebelahnya yang hanya terdiam sambil menundukan kepala, "Aku tidak segan-segan menghukum siapapun yanb memfitnah permaisuri sekalipun itu ayah dari selirku sendiri."

"Hamba berani membuktikan bahwa permaisuri bukanlah anak kandung dari Tuan Jeon. Dan dari beberapa saksi yang memberi kesaksian Tuan Jeon sama sekali belum menikah." Terlihat senyuman menang dari Tuan Jang, "Bukankah aib istanah seperti begitu harus segera di usir dari istanah, terutama sangat tercela sekali rasanya jika permaisuri di kerajaan ini adalah anak haram."

Jimin mengepalkan tangannya mendengar itu, meskipun dia masih tidak bisa memberikan bukti apapun yang bisa melepaskan Lea dan tuan Jeon. Karna sudah jelas 'kan kalau Jimin tidak bisa memberi tahu kebenaran yang sebenarnya.

"Tolong turunkan status permaisuri Yang Mulia."


"Tolong asingkan permaisuri dari istanah."

Berbagai sahutan bising membuat kepala Jimin semakin panas, dia Rajanya disini tapi kenapa justru dia yang disuruh-suruh. "DIAM!"

"Tidak 'kah kalian tau bahwa kalian sama sekali tidak boleh mengatur Raja?" raut wajah Jimin yang tadinya hanya datar kini sudah berubah menjadi penuh amarah. "Tuan Jeon apakah semua tuduhan itu benar?" tanya Jimin pura-pura tidak tau, tatapannya pada Tuan Jeon memberi tahu bahwa mereka harus bekerja sama.

"Ampun Yang Mulia, tuduhan itu sama sekali tidak benar. Permaisri benar-benar anak kandung hamba." seketika kondisi ruangan sedikit ribut dengan bisik-bisik. Apalagi beberapa bangsawan yang tadinya menuduh permaisuri kini terdiam ketakutan.

"Kalau begitu bisakah kau memberikan saksi yang bisa kami percayai?"

Tuan Jeon menundukan kepala, "Bisa Yang Mulia, tapi hamba mohon agar sekiranya Yang Mulia memberikan waktu bagi hamba untuk mengumpulkan saksi."

"Baiklah, aku akan memberimu waktu selama satu bulan." selama itu juga Jimin dan Tuan Jeon harus mencari cara untuk mencari cara untuk tetap melindungi status Lea.

"Yang Mulia, bukan 'kah waktu satu bulan itu terlalu lama untuk mengumpulkan saksi?" protes Tuan Jang.

"Maaf Tuan Jang, ada saksi besar yang sulit ditemui karna dia tinggal jauh di pergunungan yang sulit dikangkau." Tuan Jeon menyanggah ucapan Tuan Jang.

𝐊𝐢𝐧𝐠 𝐨𝐟 𝐄𝐯𝐢𝐥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang