15

1.8K 174 27
                                    

Seisi ruangan kembali ricuh, membuat kepala Jimin mau meledak rasanya. Yang dipikirkan Raja Park itu satu-satunya hanya bagaimana caranya dia mempertahankan Lea, sesederhana itu sebenarnya. Namun tampak rumit jika dilihat dari sisi lain.

Hingga tiba-tiba  pintu ruang pertemuan kembali terbuka, menampakan wanita yang sangat dia cintai dibalik pintu tersebut. Seluruh mata fokus kepada Lea, dimana wanita itu malah berjalan santai seolah-olah apa yang terjadi di ruangan ini bukan masalah untuknya, "aku dengar ada kericuhan yang disebabkan oleh diriku, benarkah itu Yang Mulia?" tanya Lea lalu duduk di kursi tepat disebelah Jimin.

"Lea apa yang kau lakukan disini?" tutur Jimin dengan raut wajah yang khawatir.

Lea tampak tersenyum kepada seisi ruangan, tampak anggun dan cantik seperti biasanya, "Aku dengar para petinggi kerajaan sangat penasaran sekali dengan latar belakang ku, benarkah itu?" seketika sorot mata Lea tampak menajam, terutama saat dia terang-terangan menatap tuan Jang tajam.


Menyadari sorot mata ratu yang sangat mengitimidasi, seketika tidak ada satupun yang orang berani menjawab pertanyaan Lea barusan. "Aku membawakan seseorang yang spesial untuk kalian," imbuh Lea kemudian menatap ke arah pintu masuk, "Dayang Ji hyun silahkan masuk," seperti yang diperintahkan seorang wanita paruh baya memasuki ruangan pertemuan.

"Dayang Ji hyun adalah tabib yang membantuku ibuku saat melahirkan ku, dan jika kalian ragu tentang latar belakangku kalian bisa bertanya padanya," seketika Lea seolah-olah seperti membalikan keadaan.

"Ampun yang Mulia," tuan Jang memberi hormat sedikit panik, "Dayang Ji hyun apa benar yang Mulia permaisuri adalah anak kandung dari tuan Jeon?"

Dayang Ji hyung mengangguk, "Itu benar, hamba sendiri yang membantu Ibu permaisuri dalam melahirkan permaisuri."

Mendengar itu tuan Jang tampak benar-benar ketakutan, "Lantas jika itu benar, dimana ibu kandung permaisuri berada?"

"Ibu permaisuri sudah lama meninggal, kira-kira setelah sepuluh hari dia melahirkan permaisuri."

"Apa jawaban itu sudah cukup jelas untuk kalian?" Jimin angkat bicara, "sejak awal aku sudah memperingati jika aku tidak akan segan-segan menghukum orang yang menuduh ratu, bahkan tidak perduli orang itu adalah ayah dari selirku."

"Ampun yang Mulia, mohon ampuni hamba," secara cepat tuan Jang berlutut dan diikuti oleh beberapa petinggi kerajaan yang juga menfitnah Lea tadi.

"Apa yang telah kalian lakukan tidak bisa di tolerani lagi. Tuan Jang aku mencabut jabatan mu dari kepala pertahanan perang, mulai sekarang kau tidak perlu datang ke istanahku lagi." titah Jimin membuat tuan Jang tidak bisa berkutik apa-apa lagi.

"Dan untung para petinggi lainnya aku juga mencabut semua jabatan kalian berserta semua keturunan kalian di istanahku," bukan rahasia umum lagi jika anak-anak dari para petinggi kerajaan selama ini juga mengabdikan diri dengan bekerja di istanah.

Seluruh orang yang berada di ruangan dibubarkan, begitu pula dengan Lea yang hendak keluar jika saja Jimin tidak menahannya, "Sayang bisa kita bicara sebentar."

"Tidak bisa aku sibuk," cetus Lea membuat Jimin harus menarik nafas dalam. Entahlah tapi Jimin merasakan ada yang berubah dari ratunya.

"Hanya sebentar aku janji," ucap Jimin sampai memohon.

"Maaf yang Mulia ada urusan yang lebih penting yang harus hamba lakukan," akhirnya Lea berhasil melepaskan jeratan tangan Jimin pada lengannya.

"Apa hal yang lebih penting daripada perintah raja mu sendiri?!" Sentak Jimin membuat langkah kaki Lea berhenti sebentar, sebelum akhirnya sang permaisuri tetap melanjutkan langkah kakinya untuk meninggalkan Jimin.

Saat Lea sudah memasuki area kediamannya wanita itu segera memasuki kamarnya sambil menangis pelan, "Yang Mulia apa yang sedang terjadi?" tanya Ara menghampiri Lea.

"Ara kau harus berjanji padaku," ucap Lea disela-sela isakan tangisnya.

"Apapun itu hamba pasti akan berusaha memenuhinya," ucap Ara pada sang permaisuri.

"Kau harus berjanji, kau tidak boleh memberitahu siapapun jika aku sedang hamil," imbuh Lea membuat Ara tampak terkejut tidak percaya jika ratunya sedang hamil. Bukan 'kah ini harusnya menjadi berita bahagia untuk seluruh istanah?

"Tapi bukankah itu tindakan kejahatan jika hamba menutupi kehamilan permaisuri apalagi didepan raja."

"Aku mohon, jangan beritahu siapapun tentang kehamilanku," lirih Lea semakin meneteskan air matanya. Waktu dayang Ji hyun berkunjung ke istanah Lea sempat merasakan pusing dan mual yang sangat kuat. Jika saja dayang Ji hyun tidak memeriksanya mungkin Lea tidak akan tau jika dia sedang hamil.

"Ba—baik yang Mulia."









"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐊𝐢𝐧𝐠 𝐨𝐟 𝐄𝐯𝐢𝐥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang