3

4.7K 294 20
                                    

"J—jjangan, " lirih Lea penuh ketakutan dengan bibir yang bergetar hebat. Intimnya bahkan masih terasa perih, mengingat hanya berselang beberapa jam setelah Jimin melecehkannya pria itu kembali datang menghancurkan Lea 'untuk kali kedua'.

Jimin mengeluarkan smirknya tak perduli, "kau hanya perlu mendesah dibawahku saja, sweetheart. "

Bara api itu sudah semakin tidak bisa dikendalikan lagi. Jimin ingin menikmati tubuh gadis ini sepuasnya, bahkan dibawah sana ujung selantannya sudah sangat tegang sekali. Ugh, rasanya Jimin ingin segera memuaskan kebutuhan biologisnya.

Tarikan kasar pada kaki Lea mampu membuat gadis itu terpekik kuat. Tanpa berlama-lama Jimin langsung menindih tubuh mungil itu. Dia menekan tubuh Lea kuat pada ranjang mengingat tangan Lea pada sisi ranjang—aturan klise tidak boleh ada Jimin tidak suka disentuh ketika dia melakukan hal nikmat oleh lawan mainnya.

Lea meringis dengan tatapan tajam sekaligus perlakuan kejam Jimin. Tangisnya pecah apalagi tak bisa membayangkannya bagaimana nasibnya ditangan Jimin. "Yang M—Mulia jangan."

"peraturannya diganti, kau tidak boleh mendesah selama aku memasuki mu, " sentak Jimin mengambil kain dari saku jubahnya untuk menutup mata Lea dengan itu. "jika kau bersuara aku akan melakukannya dengan sangat kasar. "

Tangan Lea terikat dan kedua matanya ditutup, ditambah dia sama sekali tidak boleh mendesah ataupun bersuara. Lalu bagaimana caranya Lea akan menyalurkan rasa sakitnya nanti?

Gelap hanya itu yang bisa Lea rasanya sampai Jimin menempelkan labiumnya pada labium Lea. Melumatnya dengan sedikit berantakan.


"Hmmphh. "


"sudah kuperingati jangan mendesah sayang, " Lea menggelengkan kepalanya, bagaimana bisa dia tidak mendesah sementara Jimin mengigit bibir bawahnya untuk menyusupkan lidahnya.

Air mata Lea mengalir membasahi pipi, dia merasakan Jimin menjauh sebentar. Sebelum akhirnya harga diri Lea rasanya sudah hilang seketika saat merasakan sebuah gunting menyobek begitu saja hanbok yang digunakannya. Menelanjangi Lea tanpa tersisa satu benangpun yang menutupi tubuhnya.

"Aghh! " pekik Lea saat Jimin menghentakan kejantannya utuk memasuki Lea dalam satu kali kesempatan. Rasanya sangat perih dengan rasa sakit yang menjalar ke seluruh tubuh Lea, karna Jimin melakukannya tanpa pettingdry sex lebih menyakitkan dari yang pertama.

Setiap kali Lea mendesah atau meringis kesakitan, bersamaan dengan itu juga Jimin menyentah batangnya lebih keras, dan lebih dalam membuat Lea mau tak mau harus meredam desahan dengan mengigit bibirnya kuat sampai-sampai bibir bawahnya terluka.

Jimin memasukan ujung selatannya hingga tertelan habis oleh milik Lea, menariknya hingga hampir keluar lalu menghentaknya dengan penuh semangat. Memberi gesekan luar biasa disetiap dinding milik Lea.

Jimin semakin memompa miliknya dengan kasar dan membabi-buta, "Ugh.... Kau sungguh nikmat manis. "

"kau boleh bersuara, " perintah Jimin bersamaan dengan dirinya menghentak kencang membuat Lea hancur berkeping-keping.

"terlalu.... d—ddalam, sakitthhh. " tangis Lea tak menikmati permainan Jimin.

Jimin membenamkan seluruh miliknya kedalam inti Lea lalu berhenti bergerak. Wajah Lea sangat pucat bahkan bibirnya sudah berdarah akibat tergigit oleh Jimin baik oleh dirinya sendiri. Jimin melepaskan ikatan pada tangan Lea yang sudah membuat pergerakan tangan pemiliknya sampai memerah.

Tangan Jimin juga turut melepaskan ikatan penutup mata Lea. Membuat mata Jimin bertemu dengan manik milik Lea yang menatapnya penuh ketakutan, meskipun begitu tetap nampak cantik dimata Jimin.

Raja Park itu menundukan wajahnya untuk melumat bibir Lea pelan. Sedikit terasa asin dan manis dari darah bibir Lea dan Jimin menyukai itu.

"Nghh—," Lea mendesah lembut tidak bercampur ringisan sakit lagi seperti pertama kali ketika Jimin mulai bergerak dibawah sana dengan sangat pelan.

Ciuman Jimin turun pada leher Lea, menghisap kuat untuk memberikan tanda kepemilikannya disana. Rasanya sungguh geli sekaligus nikmat meski rasanya perih dibawah sana masih sedikit terasa. Agar perlahan Lea juga mulai melupakan rasa sakit dibawah sana.

Ciuman Jimin turun ke payudara Lea menghisap salah satu puncak gundukan itu seperti bayi, menggigit kecil sekaligus menjilatnya. Ada rasa geli sekaligus nikmat membuat Lea merasakan gelenyar aneh. Jimin seperti menyusu padanya membuat kepala Lea terngadah hingga meremas tangan Jimin kuat.

Kali ini Jimin membiarkan Lea menyentuh tubuhnya tidak seperti tadi.


"Ahhhh, " Rasanya sungguh gila.


Jimin mengecup kulit payudara Lea yang satunya, menghisap di antara kedua gundukan itu menggambar jejak merah pada kanvas putih kulit Lea.

Dibawah sana terasa sangat dekat, membuat Lea mengepit pahanya tak kuat lagi tapi Jimin takkan membiarkan itu terjadi. Jimin membuka paha Lea agar kembali terbuka lebar untunya.


"Eughhh ahhhh pelan-pelan. "



Raja Park itu kembali menumbuhkan Lea lebih dalam hingga menyentuh ketitik sesitif Lea. Bahkan setiap hujamannya begitu menuntut, menusuk terlalu dalam hingga Lea mencapai puncaknya lebih dulu.

Rasanya terlalu penuh dan ketat, Jimin mengigit bibir bawahnya saat merasakan labia Lea semakin menjepit kejantanannya. Sangat sesak dan sangat menggoda. Semakin mengetat membuat Jimin mulai merasakan puncak gairahnya semakin dekat.

Jimin tergoda untuk semakin menghentakan miliknya dengan sangat cepat, hingga semburan cairan memenuhi liang Lea. Lalu mengakhirinya dengan mengecup bibir Lea lembut, lalu terjatuh tidur disebelah Lea.

"Eunghhh Yang Mulia, " nafas Lea tersengal saat merasakan benda keras Jimin kembali memasukinya. Membuat milik Lea kembali terisi penuh.

"biarkan begini dulu, aku ingin tidur dengan milikku berada didalam mu," bisik Jimin yang sama sekali tidak ada niatan untuk melepaskan koneksi mereka. Dia ingin tidur dengan keadaan nikmat, tapi bagi Lea sendiri dia tidak yakin bisa tidur dengan kondisi seperti ini. Karna rasanya sangat mengganjal dan penuh.

Nafas Lea memburu hebat saat Jimin memajukan tubuhnya dan menekan bokong Lea. Membuat kejantanan Jimin semakin tertanam sangat dalam.

✨💫✨

"aku ingin bertemu Jimin! " teriak Hyunji murka pada Hoseok karna terus melarangnya menemui Jimin.

"Yang Mulia tidak bisa ditemui, " jelas Hoseok tak tau harus bagaimana lagi. Jujur dia bahkan tidak tau caranya bagaimana menghadapi wanita yang sedang marah-marah.

"aku hanya mau nenemui kekasihku? Kau berani melarangku!? " bentak Hyunji sangat marah dengan wajah yang memerah.

Tentu saja berita bahwa Raja mencari calon permaisuri yang hingga menyeleksi ratusan gadis dari setiap desa sampai terdengar ditelinganya. Setidaknya Jimin harus menjelaskan apa maksud ini semua, bukannya Jimin sudah berjanji ingin menikahinya. Lalu apa maksud ini semua? Apa Jimin berencana mau mempermainkannya?

"tapi Yang Mulia tidak sedang berada di istanah, " bohong Hoseok. Meskipun istanah merah adalah tempat yang tidak bisa dimasuki sembarangan orang. Tapi jika Hyunji yang memasukinya maka Jimin sekalipun tidak bisa berkutik.

"kau tidak berbohong? " tanya Hyunji mulai percaya dengan jawaban Hoseok.

"iya aku berani bersumpah. "

"bilang padaku kalau Jimin sudah kembali, " lanjutnya dengan angkuh lalu memutar mata malas dan segera pergi dari sana.




✨💫✨

Kalau ada waktu gua bls komen, bye.

𝐊𝐢𝐧𝐠 𝐨𝐟 𝐄𝐯𝐢𝐥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang