17

1.5K 153 34
                                    

"Kau tidak bilang padaku jika kau sedang hamil?" itu adalah kalimat pertama yang Jimin katakan pagi ini setelah Lea mendiamkannya selama satu malam.


"Aku hanya ingin memberikan kejutan, makanya aku tidak memberitahumu," sangkal Lea berharap Jimin akan percaya padanya.

Jimin terlihat menghembuskan nafas, "Sekecil apapun itu jangan pernah coba-coba kau tutupi dariku, Lea," ucap Jimin entah kenapa merasa sangat takut.

"Aku janji, maaf sebelum jika aku menutupi berita kehamilanku darimu," ucap Lea dengan senyuman yang entah kenapa seperti terpaksa, dia sendiri bahkan tidak tahu harus merasa bahagia atau sedih atas kehadiran anak yang sedang dikandungnya saat ini.


Hingga tak lama seorang dayang pribadi Hyunji datang ke kamar mereka, "Ampun Yang Mulia jika hamba mengganggu, hamba datang kesini ingin menyampaikan berita bahwa Yang Mulia selir akan melahirkan," ucap dayang itu membuat Jimin jelas tidak menyangka jika Hyunji akan melahirkan secepat ini.

"Aku akan menyusul, Yang Mulia bisa duluan saja untuk menemani selir Hyunji melahirkan," ucap Lea tidak masalah jika Jimin ingin meninggalkannya, lagipula Lea juga takut jika melihat orang melahirkan. Apalagi itu bisa saja membuat Lea menjadi trauma sebelum melahirkan.

Sebelum meninggalkan Lea, Jimin mengecup pelan pipi permaisurinya kemudian menuju kedalam kediaman Hyunji. Sebetulnya ada satu hal yang tidak Lea tahu, jika sebenarnya Jimin sama sekali tidak tahu ciri-ciri wanita yang sedang hamil. Malam itu entah kenapa firasat Jimin sangat begitu kuat jika Lea sedang hamil dan untungnya Lea sama sekali tidak mengelak tentang kehamilannya setelah Jimin memojokannya tadi malam. Lagipula jika Jimin tau dengan jelas ciri-ciri wanita yang sedang hamil, sudah pasti dia tau jika Hyunji sedang hamil tanpa wanita itu sendiri yang mengatakannya pada Jimin.


"Selamat pagi permaisuri," Ara memberikan hormat kemudian menghidangkan sarapan pagi kepada Lea.

"Apa permaisuri baik-baik saja?" tanya nya saat melihat wajah Lea yang begitu murung.

"Jimin tau soal kehamilanku," ucap Lea seperti tidak ada semangat.

"Yang Mulia kenapa bersedih, bukannya itu adalah berita bagus. Seluruh kerajaan juga pasti akan senang jika tau permaisuri sedang mengandung," ucap Ara sama sekali tidak mengerti padada ratu nya saat ini.


"Kau tidak mengerti," ucap Lea pelan, "Oppa ku pasti akan membunuhku jika tau aku sedang hamil," Lea meneruskan ucapannya membuat Ara kebingungan, lagipula siapa yang berani membunuh penerus keturunan dari kerajaan Park ini?

"Maksud Yang Mulia apa hamba tidak mengerti, apa yang Mulia sedang merasa terancam, bilang pada hamba siapa orang yang berani menyakiti Yang Mulia?" tanya Ara bertubi-tubi.

Kepala Lea bahkan terasa pecah mendengar pertanyaan Ara yang tidak ada habisnya, dia kemudian mengambil sebuah kain merah yang sengaja dia selipkan pada bawah kasur kepada Ara. Dengan rasa yang penuh penasaran Ara membuka isi dari kain tersebut lalu membaca isi surat yang dalam gulungan kain tersebut.


Mata Ara membulat lalu menatap Lea tidak percaya, "Jadi Yang Mulia adalah adik dari Raja—," Ara buru-buru membekap mulutnya sendiri, lagipula tidak boleh ada yang tau jika Lea adalah adik kandung dari raja Jeon Jungkook.

"Berarti tidak lama lagi akan ada penyerangan, Yang Mulia apakah kita mesti memberitahu Yang Mulia Raja soal ini?" tanya Ara panik, karna disurat itu tertulis jika Jungkook akan menjemput Lea dari kerajaan Jimin dengan melakukan penyerangan.

"Aku tidak bisa," lirih Lea pelan, Lea sendiri bahkan bingung mau berbuat apa. Ingin memihak kepada Jungkook abang kandungnya atau Jimin yang sekarang sudah menjadi suaminya?

Lea bahkan merasa bahwa dirinya sekarang ini sudah seperti seorang mata-mata atau bahkan penyusup dikerajaan suaminya sendiri.

"Ara apa bisa kau membantu aku?" minta Lea setengah memohon.

"Hamba berjanji akan membantu Yang Mulia apapun itu," ucap Ara tidak main-main akan sumpahnya.

"Tolong bantu aku untuk menggugurkan kandunganku," ucap Lea jelas hal itu membuat Ara menggelengkan kepala.


"Yang Mulia ampun, hukum saja hamba. Hamba tidak bisa melakukan itu," ucap Ara langsung berlutut di hadapan Lea. Karna jika dia membantu Lea menggugurkan kandungannya makan itu sama saja seperti dia sedang bermusuk kepada kerajaan karena berani-berani membunuh calon penerus kerajaan.

"Yang Mulia hamba mohon jangan lakukan itu, apa Yang Mulia tidak sayang dengan anak Yang Mulia sendiri?"

"Aku sayang, sangat sayang dengan anakku. Tapi aku tidak mau Oppa ku kecewa," ucap Lea seperti orang bodoh yang rela melakukan apa saja hanya demi berkumpul dengan keluarganya kandungnya. Lea bahkan tidak bisa berpikiran jernih lagu.

"Hamba tau yang Mulia pasti ingin sekali menemui ibu Yang Mulia, tapi hamba mohon jangan lakukan hal itu. Lagipula disini juga ada keluarga Yang Mulia, ada Yang Mulia Raja sebagai suami Yang Mulia. Yang Mulia permaisuri bahkan juga bagian terpenting dalam kerajaan ini."

Lea sempat terdiam mendengar ucapan Ara, "Tapi seluruh kerajaan akan mau menerima kehadiranku jika mereka semua tau asal usulku yang sebenarnya?" tanya Lea tidak yakin akan hal itu, Ara sendiri bahkan tidak mampu menjawab pertanyaan Lea barusan.

Lagipula hanya di tempat asalnya, bukan. Lea akan merasa aman dan diterima dengan tulus oleh orang-orang yang benar-benar menyayanginya?

 Lea akan merasa aman dan diterima dengan tulus oleh orang-orang yang benar-benar menyayanginya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐊𝐢𝐧𝐠 𝐨𝐟 𝐄𝐯𝐢𝐥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang