17- Pingsan!

58 8 7
                                    

"Ayo dey bentar lagi mulai upacaranya", Rachel sudah menunggunya di depan pintu. Alisnya bertaut melihat Audrey yang seperti gelisah. "Dey?", Rachel mengahampirinya.

"Chel, topi aku ketinggalan"

"Anjrit ko bisa", Rachel panik.

"Tadi aku buru-buru soalnya kesiangan. Tadi aja ga sempet sarapan"

"Ng..gimana ya duh", mereka berdua kebingungan.

"Hey! Kalian berdua ngapain masih di kelas?"guru BK yang sedang berkeliling menemukan mereka.

"I-iya pak bentar" jawab mereka ketakutan.

"Cepet bentar lagi upacara mulai!"

"Udah dey gapapa, lo di barisan belakang aja" bisik Rachel, Audrey pun mengangguk cepat.

Mereka berdua berlari lewat belakang, menghindari para guru dan osis yang siap menyergap siswa yang tidak memakai atribut lengkap.

Bug.

Audrey bertabrakan membuatnya jatuh tersungkur.

"Ka Septian?", Audrey terbelalak. Septian membantunya berdiri.

"Topi lo mana?", tanya Septian.

"ke-ng...", Audrey gugup.

"Ketinggalan?", tebaknya.

"I-iya"

"Pake cepet!", Septian memberikan topi miliknya.

"Audrey ayo baris disana cepet!", Rachel menarik Audrey dan mereka berlari. Audrey belum sempat mengucapkan terima kasih kepada Septian.

"Septian! baris disana!"guru BK menyergapnya. Sial sekali, Septian harus mengikuti upacara di barisan yang paling dihindari para siswa SMA Angkasa. Panas matahari sangat tepat ke barisan itu.

Audrey melihat Septian dibawa guru BK ke barisan itu. Ia merasa bersalah, karenanya Septian harus dihukum seperti ini.

Upacara berlangsung dengan khidmat. Pembawa bendera sudah mengibarkan sang bendera merah putih. Para siswa dan guru melantunkan nyanyian khidmat Indonesia Raya.

"Tegak..Gerak!" lantang komando pemimpin upacara.

Audrey mulai gemetar disaat kepala sekolah sedang membacakan amanat. Ia belum sarapan sama sekali pagi ini. Rachel yang ada di sebelahnya melihat Audrey yang sudah pucat dan berkeringat dingin.

"Dey, lo sakit! Ke UKS ya?"

Audrey menggeleng, ia tidak mau pergi ke UKS.

"Beneran dey?" Rachel memegang tangan Audrey yang dingin. Audrey memejamkan matanya dengan napas yang tidak teratur.

"Heem,"Audrey berdehem.

Tangan kanan Audrey mengambil sesuatu dari sakunya. Ia menghirup gas dari inhaler. Dadanya naik turun tidak karuan. Asma Audrey sangat akut membuatnya kesulitan.

Brug!

"PMR!"Rachel berteriak memanggil PMR yang ada di dekatnya. Untung saja mereka langsung datang karena kebanyakan PMR selalu berjaga di belakang barisan. Suasana menjadi heboh, banyak yang bertanya-tanya.

"Itu siapa yang pingsan?"

"Kayanya di barisan belakang deh!"

"Bukannya dia anak pindahan ya?"

"Dia Asma deh kayanya ya"

"Udah dibawa PMR belum?"

"Namanya siapa sih?"

Arkan [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang