19- Pesan singkat Septian

35 8 3
                                    


Sama seperti biasanya, Alaskar memenuhi tempat perkumpulan warung si ibi. Ada yang sedang memesan kopi, josu (Extra joss susu), ada pula yang sedang termenung di pojokan; Arkan salah satunya.

"Kesurupan lo Kan!" celoteh Gilang tanpa balasan apapun dari Arkan. Arkan masih dengan tatapan kosongnya. Gilang kemudian mendekatinya dan berdiri di depannya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kudu di ruqyah ieu mah.." Gilang mencoba untuk menciprati Arkan dengan air sambil berkomat-kamit.

"Bismillahirrahmanirrahimm... siapapun setan yang berani masuk kedalam jiwa Arkan mohon keluarlah dan masuki jiwa kakak saya bernama Galang." Namun hasilnya nihil, Arkan masih tetap seperti itu Justru sial Gilang mendapatkan bogem mentah dari kakaknya; Galang.

"Mulut!" ucap Galang yang dibalas cengiran polos Gilang.

Revan yang sedang meminum josu akhirnya berdiri mendekati mereka, "Lagi kangen dia, Audrey ga masuk sekolah"

"Ohh..." semuanya ber-oh ria.

"Kita boleh jenguk Audrey ga? Mau beli parsel nih" ceplos Gilang yang dibalas dengan tatapan tajam Arkan.

TRING! Suara notifikasi terdengar nyaring dari ponsel Arkan. Ia membaca pesan yang dikirimkan seseorang kepadanya. Matanya membaca malas pesan itu namun setelahnya ia kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.

"Gue balik duluan" Arkan berdiri dan mengambil helm di kursi yang ramai ditempati anak Alaskar yang lain.

"Kunaon kang?" Tanya salah satu anak Alaskar yang merupakan adik kelasnya.

Arkan hanya menghela napas berat, diambilnya helm itu dan ia pakai. Gilang berniat mendekati Arkan namun tiba-tiba Revan menghalanginya. Revan seakan memberi isyarat kepada temannya itu.

"Hati-hati di jalan." Tidak seperti biasanya, Revan terlihat khawatir kepada temannya itu. Arkan hanya tersenyum tipis.

"Van, susul jangan?" tanya Gilang.

"Jangan, ini kayanya urusan pribadi Arkan" Jawaban Revan membuat Gilang menghela napas. Revan sepertinya tidak mau membuat rishi Arkan.

***

"Dateng juga.."

Septian bersandar tanpa menoleh, seakan ia tahu Arkan telah datang menemuinya. Asap rokok mengebul di depannya. Mereka berada di tempat gang kumuh yang sangat sepi. Septian yang menentukan tempat ini.

"Sekarang apa?" Arkan malas berbicara panjang lebar untuk manusia yang ada di depannya itu.

Septian mendongak, sudut bibirnya mengait ke atas, " Simple aja sih, lo jauhin Audrey"

Arkan langsung menarik kerah seragam Septian, "Jangan bawa-bawa Audrey" Tegasnya. Septian dengan mudahnya mengucapkan kalimat itu.

Septian menghadapi Arkan dengan santai. "Selow jangan emosi.." Septian menjauhkan tangan Arkan dari kerah seragamnya. Ia menjatuhkan putung rokoknya dan menginjaknya.

Arkan membuang muka melihat Septian yang sepertinya habis mabuk, tercium aroma yang menusuk hidung Arkan. Penampilan septian sangat berantakan. Matanya sayu dan wajahnya terlihat muram.

"Lo udah rebut kebahagiaan gue dan sekarang giliran gue yang rebut kebahagiaan lo"

"Dengan melibatkan Audrey" sambungnya dengan tatapan yang terpaku pada sahabat lamanya itu.

"Lu mabuk" Arkan meyakinkan diri bahwa Septian hanya melindur.

Septian tertawa pelan. Badannya sedikit sempoyongan.

Arkan [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang