Epilog

1.3K 86 16
                                    

Flashback on

"Pa, mama takut Alena kenapa-kenapa," ucapnya sambil menangis kepada suami yang sedang memeluknya.

"Alena anak kuat, kamu berdoa aja ya" papa Alena mencoba menenangkan istrinya.

"Aku menyesal, menyesal karena membiarkan alena hidup sendiri, menyesal karena sering tidak menghabiskan waktu bersamanya, menyesal karena baru menyadarinya di saat seperti ini." Mamanya menangis terus menerus sedari tadi tanpa berhenti.

Papa Giordan menghapus air mata yang jatuh ke pipi istrinya. Mengusap-ngusap punggungnya agar sedikit lebih tenang.

Dokter membuka pintunya, dengan segera mereka menghampiri dokter yang menangani alena.

Namun, mama Giordan tidak menemukan raut muka bahagia di dokter tersebut.

"Kami sudah melakukan semaksimal mungkin, Maaf, Pasien tidak bisa kami selamatkan," kata Dokter tersebut. 

Semua orang bersedih atas perkataan yang keluar dari mulut Dokter. Mama dan papa Alena menerobos masuk ke ruangan tersebut.

Mereka menangis sambil memegang tangan anak semata wayangnya.

"Alena, bangun sayang. Jangan tinggalkan Mama. Mama berjanji jika alena bangun sekarang juga mama akan menebus semua waktu yang mama sia-siakan untuk alena. Mama hanya mempunyai satu putri tolong kembali dan jangan tinggalkan Mama," ucapnya sambil menangis.

"Alena, ini Papa. Tolong jangan tinggalkan Papa, Papa sayang kamu. Papa tidak akan pergi jauh dari kamu lagi. Papa menyesal dan papa akan menepati janji itu. Jadi tolong,jangan tinggalkan kami. Haekal, Hendry, dan teman-teman kamu lainnya sedang menunggu di luar. Please wake up," kata Papanya dengan sendu.

"ALENA" teriak papanya, saat melihat jari alena bergerak dengan pelan.

Dokter langsung datang dan memeriksa Alena.

Setelah proses pemeriksaan selesai, Dokter tersenyum ke arah mama papa Alena.

"Sulit dipercaya, Tuhan masih memberi kesempatan anak ibu untuk berada di dunia ini lagi. Anak ibu sudah melewati masa kritisnya dan akan di pindahkan ke ruangan lain. Kemungkinan sebentar lagi ia akan sadar," Jelas Dokter.

Mama dan Papa Alena menangis bahagia. Kini mereka berjanji akan memenuhi janji-janjinya tadi. Menjadi orang tua yang lebih baik lagi dan tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan oleh Tuhan.

Flashback off

Alena kini berada di ruang keluarga miliknya dan sudah duduk di sofa. Alena sudah berada di rumah sejak tiga minggu lalu.

Dokter menyarankan agar Alena tidak melakukan aktifitas apapun dan fokus pada pemulihan kesehatan.

Alhasil, mamanya berinisiatif membelikan anaknya kursi roda.

Namun, Alena sempat memprotes hal tersebut. Tapi, pada akhirnya Alena menuruti orang tuanya untuk memakai kursi roda sementara dan kamarnya dipindah di lantai bawah untuk sementara.

Mamanya menghampiri Alena dengan membawa nampan yang berisi kue dan segelas teh hangat.

"Ini sayang, buat kamu"

"Ma, Hendry sama Karina udah dapet ke sini belum?" tanya Alena sambil mengambil segelas teh yang berada di depannya.

"Hari ini belum, kenapa?"

"Bosen," ucap Alena dengan cemberut.

"Temen kamu ajakin main ke sini aja, Le" mamanya memberi saran.

"Mereka lagi kuliah kayaknya"

"Oh ya, cafe aku sama butik aku gimana?"

"Hendry yang mama suruh kontrol, kamu jangan ngapa-ngapain dulu sebelum sembuh total!"

"Berarti, kalo udah sembuh total boleh balapan lagi dong?" celetuk Alena dengan santai.

"Berani kamu?!" kata mamanya galak.

"Engga Ma, bercanda" Alena menjawab perkataan mamanya dengan tersenyum seakan-akan tidak terjadi apa-apa.

"Awas aja, kamu macem-macem! Mama mau ke kamar bentar" mamanya pergi meninggalkan Alena seorang diri di ruang keluarga.

"SAYANG" Haekal memasuki area ruang keluarga dengan membawa sebuah paper bag.

"Ngapain kamu ke sini?!"

"Galak banget, bukannya seneng malah disamperin cowok ganteng" Haekal menaruh paper bagnya di meja dan duduk di samping Alena.

"Kamu bolos kan?!" tuduh Alena kepada Haekal.

"Enggak ya, jangan asal tuduh kamu.  Dosennya tiba-tiba gak jadi ngajar yaudah aku samperin kamu aja" jelas Haekal. Alena hanya mengangguk.

"Temen-temen yang lain, suruh ke sini dong. Bosen tau"

"Kan udah ada aku ini"

"Males ngeliat muka kamu mulu, bosen"

"Bener-bener ni anak, untung pacar" kata Haekal dengan sabar. Haekal segera mengirimi pesan untuk datang ke rumah Alena kepada teman-temannya.

"Sayang, tau gak?" kata Alena.

"Apa?"

"Aku gak di bolehin bawa mobil sendiri lagi sama mama." ujarnya dengan cemberut.

"Bagus"

"IH, KOK MALAH BAGUS!"

"Ya bagus, jadi kamu gak capek-capek nyetir. Jangan aneh-aneh lagi kamu. Tau gak aku pas denger kabar kamu kritis udah frustasi banget, jangan tinggalin aku. Aku serius" Haekal memegang kedua tangan Alena dan menatap mata Alena dengan dalam.

"Don't leave me," kata Haekal dengan tulus.

"Of course"

FIN

Don't Leave Me ✔ ¦ HAECHAN NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang