17. Perpisahan

3K 161 10
                                    

Cintia menatap Adam dengan heran karena Sabtu sore ini, tunangannya itu sudah berdiri manis di depan pintu. Biasanya, laki-laki itu akan datang agak malam sepulang bekerja atau di hari Minggu.

"Tumben Mas datang awal."

"Jadi gak boleh, nih? Kalau gitu Mas pulang aja," kata Adam.

"Eh, jangan." Cintia menarik lengan Adam dengan manja dan menyuruhnya masuk.

"Kok sepi?" tanya laki-laki itu sembari duduk di sofa sambil menatap sekeliling.

"Mama sama papa lagi ada undangan. Untung Mas datang. Kalau gak, aku bakalan sendirian," jelas Cintia.

"Kita jalan, yuk. Siap-siap sana," ajak Adam. Mereka harus bicara dari hati ke hati, dan sepertinya di luar lebih nyaman.

"Sekarang?"

Adam mengangguk dan sabar menunggu. Cintia biasanya akan lama kalau sudah berdandan. Hanya sesekali dia tampil simpel tanpa make-up lengkap.

"Mau ke mana sih, Mas?" tanya gadis itu saat mobil sudah meluncur membelah jalanan ibukota.

Malam minggu kendaraan cukup padat berlalu-lalang. Banyak orang yang membutuhkan hiburan untuk melepas penat setelah enam hari bekerja.

"Biasa, makan," kata Adam santai.

Cintia menatap tunangannya dengan heran. Entah mengapa dia merasa ada yang janggal dengan sikap Adam kali ini.

Setelah berhari-hari Adam mengabaikan pesan dan menjawab telepon sekadarnya, hari ini laki-laki itu justru mengajaknya pergi. Cintia masih berpikiran postif bahwa tunangannya ingin menebus rasa bersalah karena terlalu sibuk bekerja.

"Steak?" tanya Adam.

"Masih terlalu awal, Mas," tolak Cintia halus. Sore hari begini, dia tidak ingin makan yang berat dulu.

"Gimana kalau roti bakar, kentang goreng sama es krim?" tanya Adam sambil menyebut satu per satu camilan yang disukai Cintia.

"Boleh."

Mobil berbelok ke sebuah jalan di mana sebuah kedai es krim terkenal di kota ini terletak. Mereka mencari tempat duduk dan mulai memesan.

Dalam sekejap, dua porsi kentang goreng, chicken wings, dan roti bakar tersaji di meja. Tak lupa dua cup besar es krim yang menggungah selera ikut menemani.

"Kayaknya Mas mau bicara sesuatu," kata Cintia sembari mengambil kentang goreng dan mencocolnya dengan saus sambal yang pedas.

"Kok kamu tau?" jawab Adam dengan mulut penuh es krim rasa taro mix vanila.

"Feeling wanita. Jangan-jangan ini malah kabar yang gak enak," kata Cintia sambil menatap Adam dengan tajam.

Perasaannya bercampur aduk kali ini. Semoga sang kekasih tak akan menyampaikan berita buruk, mengingat mantan istrinya sudah tak lagi bekerja di sana.

Diam-diam, Cintia mengutus seseorang untuk mencari informasi. Papanya sendiri tak mungkin selalu ditanya karena kesibukan yang padat. Lagipula, itu bukan pekerjaan utama seorang direktur utama perusahaan. Jadi, tentu saja beliau akan mengabaikannya karena memang tidak penting.

"Sayang, Mas mau tanya sesuatu," kata Adam memulai pembicaraan.

Cintia meletakkan sendok es krim yang baru saja hendak masuk ke dalam mulutnya dan menatap Adam dengan lekat.

"Apa?"

"Kamu benaran sayang Mas sebagai pacar atau seperti kakak?" tanya Adam serius. Tangannya meraih jemari sang kekasih dan menggenggamnya erat.

Me & My Ex [Tamat/Cetak Buku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang