Thirty

7.7K 680 151
                                    

T H R O U G H O U T   T H E   Y E A R S

Hari itu adalah pertama kalinya [Name] menyaksikan Bakugou menangis bahagia. Napasnya terengah karena langsung berlari ke rumah sakit setelah melaksanakan tugasnya sebagai pro-hero, tetapi senyumnya tidak luntur. Kedua lengannya menimang lembut bayi mereka. Untuk pertama kalinya, iris kemerahan suaminya berkilauan karena air mata namun tidak mengurangi intensitas kebahagiaannya. Hari kelahiran putri mereka.

Seperti yang telah diduga oleh Bakugou, anak mereka adalah perempuan. Sesuai dengan sosok dalam mimpinya, bayi mereka lahir dengan rambut pirang juga mata kemerahan. [Name] diam-diam mengamati Bakugou yang menyeringai mendapati bahwa putri mereka mirip seperti dirinya.

"Katsumi."

"Hm?" [Name] mendongak, menatap Bakugou yang masih memusatkan perhatiannya pada putri mereka.

"Namanya Bakugou Katsumi. Nama yang pantas untuk calon pahlawan nomor satu selanjutnya," cetus Bakugou.

[Name] tertawa kecil. Bayi mereka baru berumur beberapa jam dan Bakugou sudah memiliki rencana untuk membesarkannya menjadi pahlawan nomor satu. Walaupun begitu... [Name] suka dengan nama yang diusulkan. Katsumi... terdengar luar biasa.

"Aku suka namanya," senyum [Name]. ia membelai pipi tembam putrinya dengan ibu jari. Bakugou masih enggan melepaskan pelukannya pada bayi kecil mereka. "Selamat datang ke dunia, Bakugou Katsumi."

Hari itu [Name] tidak banyak mendapat istirahat karena teman-teman mereka bergantian berkunjung. Ia tergelak setiap kali Bakugou bersikukuh agar Kirishima atau Kaminari mencuci tangan dulu sebelum menggendong Katsumi atau ketika suaminya berulang kali menegur Midoriya yang masih belum bisa menghilangkan kebiasaannya yang sering menggumam untuk tidak mengganggu tidur putrinya.

[Name] masih ingat komentar Sero dan Kaminari saat melihat Katsumi yang mirip dengan ayahnya. "Kalau Katsumi-chan tidak hanya mendapat penampilan Bakugou, tapi juga sifatnya. Habislah kita. Menangani satu Bakugou saja dunia sudah kesulitan, apalagi kalau ada dua Bakugou."

Sialnya, itulah yang terjadi. Semakin hari putri kecil mereka semakin mirip dengan ayahnya. Setelah pulang, tidak pernah sehari pun suaminya absen bercerita tentang apa yang ia lakukan di luar sana. [Name] mendesak agar Bakugou meninggalkan detail tentang luka dan aksinya—ia tidak ingin Katsumi mengalami mimpi buruk hanya dengan membayangkan apa yang terjadi dalam pekerjaan ayahnya sebagai pro-hero. Begitu umur Katsumi menginjak dua tahun, ia sudah tidak tertarik lagi dengan dongeng atau fabel. Putri kecilnya lebih tertarik menonton aksi para hero melalui televisi sebelum tidur.

Kurasa gen Bakugou memang gen superior.

"Ti au!" teriak Katsumi ke arah televisi.

[Name] tercengang saat Katsumi menunjuk layar yang menampilkan sosok suaminya yang baru saja menangkap dua perampok. Katsumi melonjak ketika suaminya mengangkat kepalan tangannya tinggi-tinggi.

"Kau bilang apa, Katsumi?" tanya [Name] memastikan.

"Ti au!" Katsumi menunjuk Ayahnya.

Perasaan [Name] bergejolak antara senang atau kesal. Ini adalah pertama kalinya Katsumi berbicara, tentu saja sebagai seorang ibu ia merasa bahagia. Namun, kata pertama putrinya adalah 'Mati kau'. Tidak mengejutkan, mengingat suaminya adalah Bakugou Katsuki, tapi tidak mengurangi perasaan jengkelnya.

"Jangan bicara seperti itu di luar rumah, mengerti ucapan Mama?" [Name] memangku putrinya, menatap iris kemerahan yang familiar berusaha memberi penegasan. "Kata-kata itu buruk."

Dahi Katsumi mengerut, mengekspresikan ketidak sukaannya pada nada yang digunakan [Name]. "Papa!"

[Name] mendesah pasrah. "Nanti mama juga bilang pada papa untuk tidak mengatakan kata buruk, oke?"

Ground Zero's PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang