Seven

8.9K 962 27
                                    

 K I D N A P P E D

Jadi, aku buat alurnya agak mundur ya. Balik ke saat Bakugou diculik.

Kami sudah mengetahui satu tujuan para penjahat yang mereka incar adalah murid bernama 'Kacchan'. Kacchan harus menghindari pertarungan dan tidak bertindak gegabah. Kau mengerti kan, kacchan?

Mereka mengincar Katsuki. Midoriya pasti mengetahui hal ini. Mereka mengincar Katsuki, pikir [Name] panik.

Latihan musim panas yang seharusnya diisi dengan siksaan dari para sensei dikacaukan dengan kedatangan villain di tengah uji keberanian malam hari. [Name] berada di salah satu kelompok yang paling depan, tapi belum mencapai titik tengah. Ia sempat bertemu dengan Yaoyorozu yang membagikan masker dan sekarang ia sibuk mencari temannya yang lain kalau-kalau mereka membutuhkan bantuan.

Yang [Name] tidak sangka ia akan bertemu dengan Nomu, salah satu villain yang bertarung melawan All Might di USJ. Kakinya gemetar melihat begitu banyak senjata keluar dari tubuh Nomu, bahkan beberapa siap merobek kulit dan mengoyak tubuhnya jika terkena sedikit saja. Hal yang bisa [Name] lakukan adalah melarikan diri sambil terus berusaha mementalkan Nomu ke arah yang berlawanan. Kali ini, ia berharap tidak bertemu dengan teman-temannya dalam pelariannya.

Mendengar apa yang dikatakan oleh Mandalay, pikiran [Name] semakin runyam. Ia tahu kalau Bakugou Katsuki adalah orang yang kuat, bersama dengan Todoroki yang menjadi teman sekelompoknya, hampir tidak mungkin Bakugou diculik jika mereka bertarung satu lawan satu. Namun, jika para penjahat sampai mengirim Nomu, bagaimana jika Bakugou melawan seseorang yang jauh lebih hebat daripada Nomu?

[Name] menghentikan pergerakan salah satu senjata Nomu yang mirip seperti bor. Ia menarik nafas panjang dan menghentikan pergerakan Nomu sepenuhnya. Kemudian ia melempar Nomu ke pohon yang paling besar dan menumpuknya dengan beberapa pohon yang tidak kalah besar. Beruntung, ia adalah tipe petarung jarak jauh sehingga bisa dengan mudah menghindari serangan Nomu.

"Ayo, [Name]. Lakukan sesuatu untuk mengalahkannya. Kau tidak bisa kalah di sini. Gunakan otakmu," gumam [Name]. Matanya melihat sekitar, berusaha mencari cara untuk mengalahkan Nomu.

Dengan kekuatan yang masih tersisa, [Name] berusaha melubangi tanah di dekatnya. Ia berusaha mempercepat galiannya dengan menggunakan batang pohon, sebelum Nomu bisa menghancurkan pohon yang menahannya. Saat dirasa lubang yang ia buat sudah cukup besar dan dalam untuk menahan makhluk seperti Nomu, saat itu juga Nomu menerjang ke arahnya dengan begitu banyak senjata. Bisingnya suara mesin juga pekikan Nomu, sejenak melemahkan hati [Name]. namun, bergerak dengan insting, [Name] kembali melempar Nomu ke dalam lubang yang ia buat lalu menutup lubang itu kembali dengan tanah dan menimpanya lagi dengan pohon-pohon besar di sekitarnya.

Selama beberapa saat, [Name] terdiam. Menunggu adanya pergerakan dari lubang yang menimbun Nomu. Saat tidak ada tanda-tanda pergerakan lain, [Name] menarik nafas lega. Kepalanya terasa ringan dan pandangannya mulai mengabur. Begitu banyak pohon yang ia gerakkan dan pelarian yang ia lakukan membuat tubuhnya terasa lemas.

Ia menarik nafas panjang. Pertarungannya belum selesai. Ia masih harus mencari Bakugou dan memastikan keselamatannya. Masa bodoh dengan kritikan Bakugou setelah melihat keadaannya berantakan, yang terpenting adalah keselamatan kekasihnya.

Belum ada beberapa langkah [Name] meninggalkan tempatnya berdiri, suara mirip gemuruh menahan langkahnya. Perasaan takut dan panik mulai menyelimutinya saat timbunan pohon yang ia buat beberapa saat lalu bergerak samar.

"Sial."

Pekikan Nomu menggema bersamaan dengan hancurnya timbunan yang susah payah ia buat. Baik bor raksasa ataupun gergaji mesin yang berdengung tidak mengurangi ketakutan [Name]. Tangannya mengepal, jika ingin menyelamatkan Bakugou, ia tidak boleh kalah di sini.

Ground Zero's PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang