The Waters A

74 4 2
                                    

Play that song!


Kenapa jam di dinding selalu terasingkan gunanya?.
Mata hanya difungsikan meliriknya.
Gempa kecil jatuhlah dirinya.
Hingga daya sudah hilang sia-sia.
Cek-cok-cek-cok-cek-cok,
Cek-cok.

Kucing diatas lemari menari menanti ajal.
Pasrah terhadap asal dan pasal.
Hanya hingga kakinya lepas dari kendalinya.
Sudah ratusan kali kucing mencobanya.

Gempa waktu tadi jam enam.
Bisa aku tahu karena punya jam.
Namun jam itu terjatuh dalam tangis.
Tangis akan tahu dibawahnya terdapat kucing dalam tarian.
Kucing dan jam berpelukan dengan balutan darah.

Lantai kemarin baru di bersihkan.
Harum baunya juga indah dipandang.
Tak nampak beberapa noda sekalipun disana.
Dan itu masih kemarin.
Lihat hari ini jam enam.
Warnanya berubah, merah.
Dengan bola mata yang keluar dari sarangnya,
Jadi hiasannya.

Bulu indah nan halus hilang
Putih yang bersih kini retak
Kaca demi kaca berantakan
Dan diluar sana masih bergejolak.

Enak rasanya jadi sapi.
Tahu kapan kau akan mati.
Hanya tinggal diladeni.
Makan rumput setiap hari.
Walaupun tubuh tidak suci.
Takdirmu sudah begitu lagi.
Kau tidak bisa mengubahnya sapi.

Garpu yang tadi aku jilat,
Juga menjilat kue buah itu.
Piring mengaduh sakit.
Lidah tak kuasa terjepit.
Gigi hanya pasrah tak terjerit.
Nanti daging sapi lebih rumit.

Nyamuk pingsan, hanya pingsan.
Segeralah hampiri dengan jari indahmu.
Sampaikan salammu dengan hormat.
Antarlah dia menuju surga tercepat.
Atau koleksikan dalam piring dan beberapa alat.

Anda tahu goyangan kecil di bola tadi?.
Yang meninggal total hanya tujuh nyawa.
Beberapa nyamuk, dan seekor kucing.
Kalau tidak salah aliran waktu menyebutkan enam.
Atau apakah kalau benar kita dapat hadiah?.

Sapi tetaplah kau pasrah
Dalam jurang koleksi
Lidahmu terus terpotong
Sekali-kali hantamlah dengan piring
Karena itu akan lebih enak.

Sumbernya berasal dari penggandaan.
Semuanya harus digandakan.
Karena ada cerita untuk dibagi.
Karena ada waktu untuk dilalui.
Oleh kita semua, dan bagi mereka semua.

Ratu yang bijak selalu termenung.
Entah memikirkan suaminya atau rakyatnya.
Tak habis ingat akan jam enam.
Karena kita hidup di dunia yang tidak benar.

Dandanan yang paling cantik,
Adalah dandanan dari daun.
Alami fungsinya, alami hasilnya.
Tapi tahun nanti kita punya banyak emas.
Buanglah daun itu.
Kita tunggu beberapa tahun lagi, daun yang sama akan lebih mahal dari emas.

Tagihan janji selalu ditepati.
Namun dirinya juga tak sudi.
Suburnya selalu dinanti.
Padahal hari sudah berganti.
Tak tahu apa yang kau cari.
Mungkin gempa kau dapati.

Bintik pelangi muncul entah kapan.
Pertanda awal zaman?.
Karena kita sudah meninggal dari dulu.
Dari sejak kita membunuh.
Sejak membunuh harapan kelangsungan.
Dan langsung menyentuhkan kematian.

Jari-jari selalu sibuk.
Sibuknya hanya dengan menyentuhkan jari-jari.
Berpadu suara aneh.
Tak tahu gerbang asrama menanti.
Lihatlah asrama dengan seragam.
Aneh karena warnanya oranye.

Semuanya terasa bodoh jika aku pintar,
Maka kita senantiasa harus bodoh demi menjaga status pintar yang sangat langka.

The WatersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang