-31

48 9 0
                                    

Hallooo kawan-kawan!

Ketemu lagi nih sama akuuu:D

Happy reading!^^

.....

Arvin turun dari motor, matanya menatap Kinan, Diaz, Miko, dan Anin yang baru saja keluar dari apartemen. "Mau pulang lo pada?"

"Iya lah, anjir. Ya kali kita nginep di sini, mana muat."

"Tau aja gitu kaaan." Arvin melempar kunci motor Miko dan ditangkap Miko dengan sigap, dan Miko melakukan hal yang sama saat memberikan kunci mobil milik Arvin.

"Thanks buat hari ini, nanti gue traktir lo pada. Gue masuk ya." Arvin menepuk pundak kedua sahabatnya dan masuk ke apartemen.

Arvin membuka pintu, matanya sudah mendapati Dira yang sedang duduk di kursi menatap fokus televisi. Lelaki itu menghampiri Dira, menyimpan tas yang berat itu di bawah dan memeluk Dira dari samping sambil menyimpan kepalanya di pundak gadis itu dan memejamkan matanya. Hari ini sungguh lelah sekali.

"Dari mana aja sih, kok lama?" Tangan gadis itu mengusap lengan Arvin yang memeluknya.

"Ada deh, kamu kepo."

"Iya deh aku nggak perlu tau."

"Tadi bunda telepon aku, nyuruh kita besok ke rumah bunda," lanjut Dira.

Arvin mengangguk. "Iya, besok siang kita ke sana."

"Tumben kamu manja kayak gini?" tanya Dira sambil masih mengusap-usap lengan Arvin.

"Capek banget hari ini."

Dira melepas pelukannya, mengubah posisi duduknya menjadi menghadap ke Arvin. Gadis itu langsung memeluk erat tubuh Arvin. Lelaki itu tersenyum dan membalas pelukan gadis bertubuh mungil itu tak kalah erat.

"Makasih banyak, Vin," ucap Dira sangat pelan namun terdengar Arvin.

"Sama-sama, sayang. Tumben juga nih kamu kayak gini?"

"Ya udah deh nggak jadi." Arvin tersenyum lebar dan mempererat pelukannya sebelum Dira melepas pelukannya.

"Udah diobatin lukanya?" Dira menggeleng. Arvin melepas pelukannya, mengambil obat yang ada di atas meja dan mulai mengobati luka-luka Dira.

.....

Kini, Dira dan Arvin sedang berada di rumah Lalita dan Zayden. Semua keluarga dari Lalita dan Zayden berkumpul di rumahnya.

Sedari tadi Dira bermain dengan dua bayi kembar laki-laki yang ada di depannya, dan mendiami Arvin yang duduk di sebelahnya dengan wajahnya yang masam.

"Ih gemes banget deh kamuuu." Dira mencubit pelan pipi tembam bayi berumur 5 bulan yang kerap dipanggil Nevin.

"Ini juga sama, gemes banget iih." Tangannya berpindah ke bayi yang ada di sebelahnya, yang sering dipanggil Nevan dengan tahi lalat di dekat mata kanannya.

"Jangan keras-keras, Ra. Nanti nangis bayinya."

"Nggak kok, aku pelan-pelan ya?" tanya Dira kepada bayi kembar itu sambil mengusap-usap pipi tembam mereka.

"Sakit kakak," ucap Arvin meniru suara bayi.

Dira memukul lengan Arvin dan melanjutkan bermain dengan dua bayi laki-laki kembar itu. Karena kedua bayi itu mulai menangis tanda mengantuk, Dira menyerahkan dua bayi kembar itu kepada ibunya.

Dira menyenderkan punggungnya di kursi, merasa bingung dengan suasana yang hening. Sedari tadi juga ia bingung dengan semua orang yang ada di sini, keluarga Lalita dan Zayden terpisah, tidak tergabung seperti keluarga lainnya.

RAVIN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang