αησмαℓι 11: 𝗆𝖾𝗇𝗒𝖾𝗋𝖺𝗁

87 27 3
                                    

"Gila sih!  Ini tuh udah sepekan dan si Nindy betah aja diemin gua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gila sih!  Ini tuh udah sepekan dan si Nindy betah aja diemin gua... Gua harus apa?"

Gue tentu saja langsung mendengus ketika mendengar curhatan dari Felix.  Memijit pelipis pelan, gue pun berbicara, "Kamu datang kesini buat curhat doang?"

Felix memberikan tatapan datarnya, "Ya sama siapa lagi dong kalau gak sama lu, Ka?  Sama Bian? Bah!  Dia kebanyakan teman cowok sampai kadang bikin salah paham, walau tuh orang normal-normal aja.  Si Kenzo? Lebih parah lagi dia.  Masih stucksama alumni yang udah lulus dari dua tahun yang lalu.  Eric?  Apalagi dia! Belum apa-apa aja ditolak! Terakhir si Elang.  Tahu sendiri lah dia masih ngejar siapa sampai saat ini...."

"Terus apa nyambungnya sama saya?"

"Kalau lu mah perfect,Ka!  Seimbang antara pacar sama ibu!  Jadi wajar ajalah kalau gue minta saran ke lu....."

Asem banget orang satu ini! Gue menghela nafas.  Mata gue memandang ke kerumunan orang-orang yang berlalu lalang.  Ada yang bergandengan tangan atau tidak, semuanya memiliki satu kesamaan.  Pasti salah satu tangan mereka membawa makanan atau minuman karena ini lagi di festival makanan.  Gue sedang menemani bunda yang berjualan di festival ini. Yah walau pada akhirnya gue malah disuruh keliling-keliling dan gak boleh bantu sama bunda.  Ditengah kegabutan gue si Felix tiba-tiba nyamperin. Dalihnya si ngembaliin buku catatan....

Ah, benar juga.  Sudah genap satu bulan Shea menghilang dan harus diakui, Teh Nila juga sudah kehilangan harapan untuk mencari Shea. Semua tempat sudah di datangi dengan hasil nol.  Teh Nila berkata kalau ia akan mencoba untuk membujuk orangtua Shea walau kemungkinan berhasil 0,1% mengingat watak ayah Shea.  Tapi dia bilang dia gak akan nyerah.  Begitupula gue yang masih berharap Shea baik-baik aja.  Karena bagaimanapun, Shea gak seburuk apa yang orang pikirkan. 

She deserved to be her-self. Shea right know is not her-self, is just a big wall to covered her-self-a fragile, tremble, and broken person-.  The more important is, She deserved to be happy.

Yah, semuanya juga sih....

"Gini deh..."  Gue akhirnya menyambangi omongan Felix. "Saya ngerti kalau Nindy marah ke kamu karena kitatahu kalian ada hubungan. Itu susah untuk orang seperti Nindy yang punya tanggung jawab besar di sekolah baik di bidang OSIS dan yang terpenting kelas, ketahuan weakness-nya.  Tahu sendiri gimana susahnya ngatur cowok di kelas.  Kalau Nindy marah-marah, adanya mereka malah ceng-cengin ke kamu.  Bisa tambah berabekan? Bilang aja ke si Nindy, ini tuh udah sepekan sejak kita-kita tahu, tapi gak ada berita beredar di sekolah kan?  Itu artinya kita bisa jaga rahasia."

"Udah gue bilang kayak gitu!"  Seru Felix dengan nada nyolot ft frustasi.  "Eh, tapi dia malah tambah marah.  Harus gimana coba?"

"Kamu salah kalau mengharapkan saya untuk mengerti cewek.  Yang ada, hidup saya itu dingertiin sama bunda jadi gak pernah ada konflik sama cewek."

??????? ????????? ????Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang