αησмαℓι 9: 𝖺𝖻𝗌𝖾𝗇

93 26 1
                                    

"Nomor yang Anda tuju tidak aktif atau berada di luar jangkauan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nomor yang Anda tuju tidak aktif atau berada di luar jangkauan...."

Tanpa menunggu opereator selesai, gue langsung memutus telepon. Memberikan tenaga berlebih akibat kekesalan yang berasal dari ke khawatiran.

Dimana dia?

Pastinya ini bukan Eric, yang kalau sampai gak masuk selama tiga hari tanpa kabar, gue bisa langsung mendatangi rumah nya. Tapi boro-boro sih.... Tunggu aja dua hari nantinya dia sendiri yang datang ke rumah gue. Ini juga bukan teman-teman gue yang lain. Apalagi teman-teman SMA yang kadar ke akrabannya rendah banget sampai gue miris  memanggil mereka teman. Yah kecuali Felix, Kenzo, dan Elang. Itu sih mereka sudah kenal gue sejak SMP jadi pengecualian. Walau tidak pengecualian dalam panggil gue-lu.

Ini orang adalah orang yang tidak terlalu dekat sama gue pada awalnya, bahkan sampai sekarang masih gak terlalu dekat. Terlalu banyak hal yang tidak gue ketahui tentang dia. Termasuk alamat rumahnya yang buat gue khawatir. Pasalnya tiga hari setelah ia mengirimkan pesan melalui aplikasi line, yang menyatakan dia sakit, Narashea Kamilia belum masuk-masuk juga.

Kalau dia sakit beneran sih gak apa-apa. Tapi ini janggal.

Shea cuman minta tolong ke gue untuk mengizinkan dirinya tidak masuk sekolah. Artinya cuman gue yang dikasih tahu. Pada awalnya ya gue menyanggupi. Mengingat dia kecapekan kemarin malam setelah membantu bunda, ini bisa aja terjadi. Gue menuruskan pesan dia ke ketua kelas. Tapi keesokan harinya, saat Nindy, si ketua kelas, kembali menanyakan kepada gue apa yang terjadi sama Shea, gue masih menjawab sakit. Kali ini Nindy bilang kalau ia mendengar dari guru Shea tidak sakit. Karena orangtuanya sendiri membantah hal tersebut.

Semenjak itu hingga sekarang, gue terus berusaha menghubungi Shea. Yang anehnya hp-nya menjadi tidak aktif. Terlihat dari dia tidak membuka pesan sama sekali dari gue sejak tiga hari yang lalu.

"Nyariin Shea?"

Gue hanya tersenyum tipis. Terlalu malu untuk mengakui. Sayangnya hati kecil gue menolak untuk membantah.

Felix, orang yang bertanya tersebut, tertawa kecil, "Gak nyangka sih kalau lu beneran pacaran sama Shea."

Gue menggaruk kepala gue seraya berpikir tanggapan gue ke Felix. "Yah... Itu gak se-simple yang kamu kira."

"Ya, gue tahu." Ujar Felix santai. "Si Eric cerita sama gue sebenarnya."

Helaan nafas keluar dari diri gue. Tatapan menyipit sejenak sebelum kembali datar. Mengetahui apa tujuan Felix datang kesini. "Siapa aja yang khawatir tentang Saya?"

Felix langsung tertawa lebar mendengar hal itu.

Eric memang lagi khawatir-khawatirnya tentang gue. Karena ia juga dipanggil sama Pak Ari tiga hari yang lalu untuk memantau gue. Pak Ari berkata supaya dapat menjaga gue dari pengaruh buruknya Shea. Ia meminta Eric merahasiakan ini dari gue. Seribu sayang, namanya juga Eric. Kalau hal yang berhubungan sama gue, ia pasti langsung kasih tahu. Apalagi, Eric jadi panik banget setelah di panggil Pak Ari. Bukan karena tekanan dari Pak Ari, ia panik karena takut gue terseret masalah Shea.

??????? ????????? ????Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang