αησмαℓι 6: 𝗉𝖾𝗇𝗀𝖺𝗄𝗎𝖺𝗇

111 27 1
                                    

Previously:

Arka memberikan tas gue, "Kata Rama paling kamu palingan disini. Awalnya saya gak percaya, tapi pas setengah jam gak balik saya samperin." 
Gue menatap Arka lamat-lamat.  Jadi gini rasanya jatuh cinta?  Rasanya gue ingin tertawa karena orang yang buat gue jatuh cinta pertama kali itu adalah orang yang 100% berbeda dari bayangan gue..

Perlahan gue bangkit dan mengambil tas gue.  Helaan nafas keluar dari mulut gue sebelum berkata, "Ayo putus!"

.

.

.

.

.

Gue terdiam beberapa saat ketika mendengar perkataan Shea

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue terdiam beberapa saat ketika mendengar perkataan Shea. Tentu gue terkejut.  Secara tiba-tiba, dia berkata seperti itu.  Tapi mungkin aja dia berkata seperti itu karena tekanan Pak Ari.  Gue berani bertaruh kalau Pak Ari menganggap Shea telah memberikan pengaruh buruk ke gue, dan menekan Shea untuk mengakhiri hubungan ini.  Tetap, ini mengejutkan.

Gue tersenyum sebelum berkata, "Kalau boleh tahu apa alasannya?"

Seharusnya gue senang dong Shea mengatakan seperti itu. Berarti gue gak harus ngejelasin kesalahan paham yang bisa-bisa, membuat gue dalam bahaya kalau Shea merasa gak terima. Tapi itu juga berarti Shea sendirian lagi.  Gue gak tahu apa yang terjadi sama gue.  Shea gak seburuk yang orang kira.  Dia gak semasa bodoh yang orang pikirkan.  Dan dia gak sekuat apa yang semua orang pikirkan, termasuk dirinya sendiri.

Shea mengalihkan pandangannnya dari gue.  "Apapun itu alasannya, kita putus!"  Katanya dengan nada ketus.  Tapi gue bisa melihat kalau Shea menghindari kontak matanya ke gue. Dan dia menggigit bibirnya dengan keras.

"Setidaknya saya punya hak untuk tahu."

Shea semakin membuang mukanya  "Please Ka....  Lu gak bisa maksa gue."  Kali ini nadanya berubah menjadi bergetar.

Gue menghela nafas, "Sori kalau saya seakan memaksa.  Tapi salah kalau saya mau tahu alasannya?"

Pada akhirnya Shea menatap gue,  "Lu liat kejadian hari ini?!"  Serunya kesal.  "Apa yang orang-orang katakan?!  Gue capek dengarnya!  Udah mendingan kita putus aja!"

"Sejak kapan kamu dengerin apa yang orang katakan?  Bukannya biasanya kamu cuek bebek?"  Tanya gue bingung.  Hal ini membuat gue tambah yakin kalau ia ditekan untuk memutuskan gue.

"Lu buat semuanya tambah ribet tahu gak?!"  Teriak Shea kesal.  Membuat gue tertegun karena nih cewek memang sangat menyeramkan kalau lagi marah.  "Ini tuh bukan gue aja yang diomongin tapi lu juga!  Males gue dengernya!  Kalau soal gue aja, gue terima!  Tapi kalau bawa-bawa orang lain?!  Gak, gue gak bisa..."

Gue tersenyum mendengar alasan Shea.  See? Dia gak seburuk orang-orang pikirkan. "Jadi kalau kita putus, kamu yakin rumor tentang kita berhenti?"

??????? ????????? ????Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang