αησмαℓι 5: 𝗉𝖾𝗇𝗀𝖺𝗋𝗎𝗁 𝖻𝗎𝗋𝗎𝗄

121 32 2
                                    

"Lu kenapa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lu kenapa?"

Gue mengerjap sebelum menatap Felix yang sekarang sedang menatap gue bingung.

"Kenapa?"

Felix berdecak, "Gue tanya kenapa lu juga balik nanya kenapa." Ia menyenggol pelan gue, "Kenapa lu?"

Gue buru-buru menggeleng. "Bukan hal yang penting." Jawab gue sedikit berbohong.... "Ada apa ya?"

Felix pun terkekeh, "Kebiasaan ya kalau gue nyamperin lu ada perlu apa-apa?"

"Gak juga." Gue ikut terkekeh, "Palingan pinjam catatan."

"Ah, elah lu! Tapi benar nih... Gue pinjam ini catatan Fisika lu. Mau ada rapat OSIS sampai sore."

Gue mengancungkan jempol gue ke wakil ketua OSIS tersebut, "Entar lagi LDK ya? Saya jadi seksi konsumsi aja ya..."

"Nyogok gue nih jadinya?"

"Gak ada unsur nyogok. Cuman nyaranin."

"Ya... Ya... Entar gue usulin lu jadi ketua seksi konsumsi. Jangan lupa ya, taruh aja dibawah kolong meja bukunya!"

Gue kembali memberikan jempol lagi. Sebenarnya, gue memang berbicara menggunakan saya kepada semua orang, pengecualian Eric. Awalnya memang gue-lu, tapi bunda mau gue menggunakan kata saya. Jujur, gue udah banyak dosa ke bunda makanya gue menyetujui hal tersebut. Pengecualian untuk Eric sendiri dikarenakan dia sudah bareng sama gue sejak zaman SD. Mana sejak SD juga sekelas bareng. Gak ngerti lagi gimana bosannya gue sama dia.

Mata gue mengikuti Felix yang menjauh dari meja dan menghilang setelah keluar dari kelas. Lagi-lagi gue memandang pintu kelas gue lamat. Dimana Shea?

Itulah yang ada di benak gue sekarang. Gue masih ingat kalau dia bilang mau ngelapor. Awalnya gue cuek aja. Tapi, tiba-tiba ada ambulans datang ke sekolah gak lama setelah Shea bilang mau ngelapor. Bisik-bisik dari teman-teman, katanya Pak Bagus dibawa ke rumah sakit. Belum ada yang tahu penyebabnya. Tetapi karena Shea menghilang dan gadis itu ada di ruangan guru, jadilah murid-murid berasumsi Shea lah yang menyebabkan Pak Bagus masuk rumah sakit.

Gue menghela nafas gue sebelum memutuskan untuk pergi ke kantin. Perut gue masih kenyang. Hanya saja gue merasa jenuh di kelas. Pemikiran gue mengenai Shea berhasil membuat gue merasa lelah sendiri. Gue melangkahkan diri ke kantin. Memesan es teh manis dan terduduk di kantin sendirian. Ini pertama kalinya gue ke kantin semenjak sekolah di Daksaya. Biasanya gue selalu menahan rasa lapar gue dan menabung uang gue. Setiap pekan, kalau gue mau jalan-jalan, gue pakai uang jajan yang gue tabung tersebut. Gak setiap pekan juga sih.... Uang gue gak sebanyak itu. Setidaknya sebulan sekali. Kalau gak jalan-jalan, gue nangkring di rumah Eric atau Felix untuk main PS. Kadang-kadang gue juga main ke bengkelnya Bian. Dengar dia celoteh sambil main PUBG dia.

"Aih... Aih... Sendiri aja..."

Gue memberikan tatapan datar gue ketika menoleh ke Eric, "Udah pacarannya?"

??????? ????????? ????Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang