[🌖] O6. - Misi di Musim Salju

120 22 8
                                    

ㅡ Almost, hampir yang tak akan pernah terjadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ㅡ Almost, hampir yang tak akan pernah terjadi. ㅡ

"T-tolong aku," ucapnya pelan pada empu daun telinga pucat yang bertengger di pundaknya.

Usapan itu berhenti, berganti dengan rengkuhannya yang mengerat pada tubuh mungil Sumire. "Apa yang terjadi?"

Mulut itu terbuka, ia ingin mengatakan rahasia sebenarnya pada Mitsuki, mengatakan alasan di balik tangisan sesenggukannya, juga menyuarakan permintaan tolongnya.

"M-Mitsuki ...." Kelopak mata itu tertutup, suaranya kembali tercekat, rahangnya kaku untuk sekedar melanjutkan kata-katanya.

Bayangan Katasuke malam itu terbayang dalam gelapnya kelopak mata tertutup itu, badannya bergetar mengingat kunai yang hampir memisahkan kepala dan tubuhnya.

Relakan dia secepatnya.

Suara pria itu pagi ini terngiang dalam pikirannya, ia tidak mau nyawanya tercabut, ia juga tidak mau berpisah dengan Mitsuki. Sumire takut ... juga bingung. Apa yang harus ia lakukan?

Lengannya terangkat untuk membalas pelukan Mitsuki, sangat erat, kalau bisa gadis itu tak mau melepaskan rengkuhan itu.

"J-jangan pergi," bisiknya kecil, mengeluarkan lelehan dari bendungan kristal dari kedua maniknya.

"Aku tidak pergi ke mana-mana, aku di sini."

"Jangan s-sampai terluka."

"Aku baik-baik saja, aku tidak terluka."

"J-jangan s-sampai ...." Kata-kata itu terhenti, Sumire menghembuskan nafas dinginnya dengan sedikit sesenggukan yang terdengar lemah. "T-terbunuh."

Alis kanan biru Mitsuki terangkat, kata terakhir yang diucapkan Sumire sungguh aneh, apa gadis itu sedang mabuk?

Kedua tangannya menggenggam kedua pundak gadis itu, wajah manisnya telah basah dengan air mata, matanya basah juga sembab. Netranya menatap lelaki di depannya dengan pilu yang tersirat.

"Kau berbicara aneh, Sumire." Tangan kanannya kembali mengusap pipi kirinya, menunjukan senyum menawan dari bibir pucatnya. "Tidak ada yang mau membunuhku."

Ada, Mitsuki. Ada.

"Tubuhmu semakin menghangat, kau sakit dan berbicara aneh, tubuhmu perlu istirahat."

Jemarinya kembali mengusir genangan air di pipinya. "Ayo pulang."

"A-aku akan pulang sendiri." Sumire melepas kedua telapak tangan Mitsuki yang menempel di wajahnya juga pundaknya, sedikit berjalan cepat menuju gedung apartment tempat tinggalnya.

Almost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang